Berita Nasional Terpercaya

Tak Dapat Ditawar, Dunia Pariwisata Wajib Hidup Berdampingan dengan Covid-19

0

YOGYAKARTA, BERNAS.ID – Destinasi wisata dan usaha-usaha terkait di bidang pariwisata, seperti akomodasi, tour and travel, dan obyek wisata menjadi sektor yang sangat terpukul di masa Pandemi Covid-19. Kunjungan mengalami penurunan yang luar biasa, bahkan sampai tutup sementara seperti Jogja Bay, Kids Fun, dan kebun binatang di masa Pandemi Covid-19.

Agus Budi Rahmanto, Ketua Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (PUTRI) DIY mengatakan, dampak masa Pandemi Covid-19 sungguh luar biasa terhadap usaha pariwisata. “Tentunya, memang sangat signifikan dampaknya.Tahun 2020, kita mengalami krisis ekonomi atau istilahnya masa kepekatan, maju juga sulit dan mundur juga tidak, hidup segan dan mati pun tak mau,” jelasnya. 

Ia mengatakan seluruh anggota PUTRI memasuki masa-masa yang sangat sulit dari sisi ekonomi. Namun, ia harus tetap optimis di sisi lain. “Artinya secara pribadi kita tidak bisa melawan Covid-19 dan kita harus hidup berdampingan. Menerapkan protokol kesehatan dengan sangat ketat saat bergerak dan beraktivitas,” bebernya.

“Kalau kita menghentikan semua aktivitas akan sangat berat sekali,” imbuhnya.

Untuk bertahan di masa pandemi, Agus menyampaikan sesama anggota PUTRI saling menguatkan dan kolaborasi secara bersama-sama. Ia pun mencontohkan dengan meningkatkan sumber daya yang ada di Yogyakarta.

“Kita membangun kemandirian secara internal, menawarkan produk yang lebih didahulukan masyarakat Yogyakarta. Misal, terkait akomodasi, kalau bisa pemerintah setempat, pemda, kabupaten/kota, bisa memanfaatkan seperti staycation, yaitu bisa tinggal di hotel atau tempat akomodasi yang sudah direkomendasikan protokol kesehatannya. Pemerintah bisa melakukan rapat di hotel,” paparnya.

Untuk titik cerah usaha pariwisata di tahun 2021, Agus mengungkapkan belum melihat titik cerah itu karena vaksin secara global baru bisa selesai 1 sampai 3 tahun ke depan. “Kita harus hidup beriringan dengan Covid-19. Kita perlu melakukan aktivitas dengan membangun kesadaran masyarakat,” ujarnya.

“Untuk itu, kalau dulu mengedepankan kuantitas atau jumlah tamu, kini kita harus mengedepankan kualitas dengan pelayanan yang ditingkatkan sesuai protokol kesehatan sehingga memunculkan rasa aman dan nyaman,” imbuhnya.

Ia juga berharap agar dana hibah atau bantuan sosial bagi destinasi yang sudah tutup, nantinya persyaratannya tidak perlu terlalu ketat karena sudah tidak bisa apa-apa. “Artinya, ada fleksibilitas dan relaksasi, misal listrik dan pajak diberi keringanan. Harapan kami, pemerintah bisa mendorong pemulihan ekonomi di bidang pariwisata, tetapi juga mengawal protokol kesehatan untuk masyarakat,” jelasnya.

“Ekonomi dan kesehatan itu seiring. Kita harus berdampingan dengan Covid-19. Ekonomi masyarakat di Jogja perlu ditingkatkan agar supply dan demand berjalan,” tuturnya.

Doto Yogantoro, Ketua Desa Wisata Pentingsari, Cangkringan, Sleman mengatakan selama pandemi membatasi intensitas kunjungan tamu. “Karena basisnya kegiatan masyarakat, kami mencoba mengurangi atau membatasi intensitas kunjungan di awal pandemi sampai bulan Oktober,” jelasnya. 

Lanjut Doto, bulan November, rencananya akan buka, tapi karena ada erupsi Merapi membuat beberapa grup yang mau masuk, membatalkan diri sampai akhir tahun. “Saat ini, kami mencoba menahan diri untuk tidak menjual paket, tapi menerima tamu yang dikenal saja, misal yang mau belajar dengan tidak menginap,” ujarnya.

“Satu bulan selama pandemi hanya menerima 1-3 grup, misal untuk studi banding seperti melihat kelembagaan Desa Wisata Pentingsari. Menerima tamu yang yakin dengan kegiatan kita, berbasis masyarakat dan kami yakin mereka menerapkan protokol kesehatan,” jelasnya. 

Kegiatan paket yang ditawarkan saat ini, Doto menyebut misalnya interaksi dengan masyarakat seperti budaya dan petualangan. “Awal tahun banyak yang ingin menginap, tapi kami masih khawatir sehingga kita gunakan untuk berbenah. Dari awal tahun sampai sekarang belum menerima tamu. Rencananya, bulan Maret kita sudah buka karena ada beberapa untuk booking menginap.

Sebelum pandemi, Desa Wisata Pentingsari itu melibatkan semua golongan, misal ibu yang punya homestay bisa masak, bapaknya dengan atraksi, atau kebun atau halaman yang dibikin kegiatan, nanti bisa mendapatkan rejeki dari situ.

“Untuk saat ini, cara bertahannya kembali ke kepala keluarganya, misal PNS atau pegawai masih bisa bertahan. Untuk kelompok tanggung ada beberapa teman kepala keluarga, saling menciptakan pekerjaan untuk menukang atau beres-beres. Sehari seratus ribu, satu bulan bisa mendapatkan 1,5 juta-2 juta,” terangnya.

Untuk kelompok bawah, Doto menyebut sudah ada BLT. Ia menerangkan pada prinsipnya, konsepnya saling membantu antarwarga. “Saat ini kami disupport Kementerian Pariwisata seperti mendapat paket dari Kominfo, internet gratis untuk homestay yang jumlahnya ada 45,” katanya. 

Internet tersebut, lanjut Doto, digunakan untuk mencukupi kebutuhan dasar informasi, misal untuk media promosi UMKM di Pentingsari atau kebutuhan sekolah online untuk anaknya. “Untuk promosi UMKM, kita ada buka warung Sabtu-Minggu, pengolahan kopi, dan tanaman hias. Internet untuk pelatihan pendampingan dan mengingatkan klien tentang Desa Wisata Pentingsari,” ucapnya. (jat)

Leave A Reply

Your email address will not be published.