Berita Nasional Terpercaya

Kondisi Industri Pariwisata DIY Ditengah Pandemi

0

YOGYAKARTA, BERNAS.ID – Kondisi pariwisata merupakan salahsatu industri yang sangat terdampak ditengah pandemi covid-19 yang hampir satu tahun melanda Indonesia. Karena inti dari Pariwisata itu adalah perjalanan manusia, sementara manusia itu sendiri yang tidak diperbolehkan melakukan perjalanan ataupun perpindahan.

“Otomatis all industry semuanya berhenti, mau bagaimana lagi kita tidak bisa berbuat apa-apa. Dari komponen semua perjalanan wisata mulai hotel, restoran, transportasi, pemandu wisata, dan destinasi semuanya terdampak yang luar biasa,” ujar Ketua Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI) DIY, Hari Rachmadi, Jumat (19/2/2021).

Makanya, lanjut Hari harus dibutuhkan kreasi produk pariwisata untuk bisa bertahan. “Salah satu jalan pada saat pandemi ini adalah mengkreasikan produk pariwisatanya melalui teknologi virtual tour. Memang ini bukan real tourism tapi ini untuk menghidupi perusahaan ataupun diri sendiri saat ini,” katanya.

Disini peran pemerintah sangat dibutuhkan sekali pada saat ini, karena berhubungan dengan kebijakan dan peraturan. “Karena kondisinya seperti buah simalakama, dimakan mati, tidak dimakan keluarga yang mati. Walaupun telah ada beberapa stimulan-stimulan dari pemerintah, tapi usaha pariwisata saat ini benar-benar tidak bisa berjalan,” tambahnya.

Disebutkan Hari, apabila pandemi covid-19 ini tidak kunjung berakhir, berarti kehidupan industri pariwisata juga akan mengalami keterpurukan dalam waktu lama. “Untuk perusahaan pariwisata kalau tidak ada pendapatan ya terpaksanya jual aset atau mungkin sampai ke PHK karyawannya, bahkan bisa sampai menutup usahanya itu sendiri,” tandasnya.

Sementara itu, General Manager Hotel Dafam Fortuna Yogyakarta, Aris Dwi Atmoko menuturkan, kondisi pariwisata di kawasan Malioboro yang memang menurun sejak pemberlakuan pengetatan secara terbatas kegiatan masyarakat (PTKM) dimulai, meskipun kawasan tersebut sudah menerapkan protokol kesehatan dan menyediakan fasilitas cuci tangan yang sangat memadai.

“Menurunnya kondisi pariwisata di kawasan Malioboro juga mempengaruhi hotel kami yang juga berada di kawasan Malioboro, occupancy cukup berat, rata-rata dibawah 40 persen,” ujar Aris ketika dihubungi melalui sambungan Whatsapp.

Dia menyampaikan, saat ini yang dibutuhkannya adalah sedikit kelonggaran dari PTKM, supaya kegiatan pariwisata bisa bergeliat dan ekonomi masyarakat juga bisa terangkat kembali meskipun secara perlahan.

“Memang ini (PTKM) merupakan kebijakan dari pemerintah pusat, tapi kalau ada pelonggaran sedikit bisa berdampak bagus, misal tidak ada pelarangan buat PNS untuk melakukan perjalanan wisata ataupun pribadi keluar kota, yang pentingkan hotel sudah menerapkan prokes yang ketat dan juga sudah bersertifikasi CHSE,” katanya.

Aris berharap kedepannya kebijakan-kebijakan yang ada juga akan mempertimbangkan kondisi para pelaku pariwisata, salahsatunya sektor perhotelan seperti dirinya. Untuk mengoptimalkan kunjungan pada hotelnya, dia telah membuat program Jelajah Jogja dengan Sepeda.

“Tamu akan menginap sekalian paket wisata jelajah Jogja dengan sepeda roadbike. Kami siapkan pemandu sepeda (road captain). Rute-rute yang dilalui merupakan rute wisata alam yang bagus, termasuk coffee break selama perjalanan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan,” paparnya. (cdr)

Leave A Reply

Your email address will not be published.