Berita Nasional Terpercaya

Menyiapkan Mental Keluarga saat Bisnis Bangkrut

0

HarianBernas.com — Tidak ada satupun pemilik bisnis yang menginginkan bisnis yang dijalankannya bangkrut, ini berlaku tidak hanya pada pemilik bisnis skala kecil, namun juga skala menengah bahkan skala besar. Logikanya sederhana, bisnis ibarat adalah kehidupan, sehingga diperlakukan layaknya “anak”, disayang dan dipenuhi kebutuhan yang diperlukan hingga bisnis bisa “hidup”.

Namun apa dinyana, terkadang harapan tidak sesuai dengan keinginan, bisa saja dalam bisnis terjadi “salah perhitungan” sehingga mengakibatkan bisnis tergoyang dan yang terburuk adalah kolaps. Kalau sudah terjadi kolaps atau bangkrut, pemilik bisnis yang memiliki jiwa bisnis tulen biasanya akan merasa “drop” untuk sementara waktu, namun akan bangkit seketika dengan tidak memakan waktu yang terlalu lama untuk memulai kembali.

Baca juga: Inilah 7 Daftar Aplikasi Investasi Resmi Versi OJK

Hanya saja, ada yang terlupa, bahwa “mental” berani jatuh ini tidak bisa begitu saja diwariskan, terutama pada keluarga.

Vina adalah anak kedua dari dua bersaudara, selisih usia dengan kakak kandungnya hanya satu tahun, begitu dekatnya usia kedua kakak beradik ini karena berdasarkan cerita dari Vina, kedua orang tua mereka terlambat diberi amanah oleh Tuhan dan sengaja memendekkan jarak kelahiran.

Ayah Vina dan kakaknya, Riko, adalah seorang pengusaha transportasi antar kota, yang merintis bisnis dari nol, sedangkan ibunda Vina adalah seorang Ibu yang memilih untuk fokus di rumah tangga.

Menurut cerita Vina, awal ayah terjun di bidang transportasi diawali dari menjadi seorang kernet bis antar kota. Beruntungnya, ayah Vina yakni Bapak Darmo adalah seorang pekerja keras dan pembelajar, sehingga tidak hanya berhenti pada pekerjaan sebagai kernet bis, namun perlahan merangkak untuk meningkatkan penghasilan dan pengalamannya.

Setelah dari posisi seorang kernet, dilanjutkan menjadi supir bis, kemudian melamar menjadi kepala pengawas supir dan kernet bis, selanjutnya menjadi administrasi di kantor transportasi. Titik balik Bapak Darmo adalah pada saat menjadi pegawai “kantoran”, yang mana dia banyak menimba pengalaman baru, sehingga memicunya untuk mengumpulkan uang lembar demi lembar yang kemudian membuatnya berani menanamkan saham di perusahaan transportasi tersebut.

Baca juga: Inilah Jam Buka Bursa Saham di Indonesia 2021

Setelah bertahun-tahun dari menjadi kernet hingga berubah menjadi pengusaha transportasi, kurang lebih berjalan 10 tahun, Bapak Darmo berhasil memiliki banyak aset diantaranya rumah tinggal di beberapa lokasi yang strategis di Jakarta Utara. Menurut cerita Vina, cukup lama keluarganya merasakan berkah dari hasil kerja keras sang ayah, hingga suatu waktu terjadi force majeure (kejadian yang terjadi di luar kendali manusia), pada tahun kesebelas Bapak Darmo jatuh sakit.

Pada saat jatuh sakit, kondisi Vina saat itu tengah akan memasuki bangku kuliah di salah satu PTS di Jakarta, sedangkan Riko sudah memasuki tingkat dua bangku kuliah di salah satu PTS yang juga di Jakarta.

Bisa ditebak apa yang terjadi selanjutnya. Karena Bapak Darmo tidak lagi aktif, dan sang Ibunda lebih memilih rumah tangga, bisnis yang dijalankan Bapak Darmo (meskipun dalam konteks menanam saham) kemudian goyang. Salah satu penyebab goyangnya bisnis Bapak Darmo adalah karena setiap uang yang masuk dari putaran bisnis bukan digunakan untuk bisnis namun untuk membayar keperluan pengobatan.

Hal ini, dari cerita Vina hingga akhirnya membuat bisnis Bapak Darmo terpaksa tutup dan kemudian hampir seluruh aset yang dimiliki berangsur dijual untuk menutupi biaya pengobatan dan biaya kehidupan keluarga dan disisakan hanya satu yang dijadikan tempat tinggal. Hanya dalam waktu singkat, kurang dari satu tahun, penyakit Bapak Darmo tidak kunjung membaik, hingga akhirnya Bapak Darmo menghembuskan nafas terakhir.

Baca juga: Mengenal IHSG, Cara Membaca, Jenis, Manfaat, dan Istilah Terkait

Selepas kepergian Bapak Darmo, beberapa hal terjadi, Vina dan Riko putus studi, aset satu-satunya kemudian dijual dan dibelikan rumah yang lebih berukuran kecil. Ibunda masih tetap memilih rumah, antara Vina dan Riko (terpaksa) bahu membahu bekerja untuk membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari, keadaan menjadi sangat berbeda dibanding pada saat Bapak Darmo masih ada.

Dari cerita Vina, keterpaksaan untuk bekerja bukan tanpa sebab, melainkan karena tidak lagi bisa mengandalkan sekedar mengkonsumsi dari sisa-sisa uang hasil penjualan aset satu-satunya, dan ketidakmampuan untuk melakukan penyesuaian gaya hidup.

Apa pelajaran yang bisa kita dapatkan dari pengalaman Vina?, rupanya penting bagi pemilik bisnis untuk menyiapkan keluarga, mengedukasi keluarga, bahwa segala harta yang diperoleh dari bisnis bukanlah sesuatu yang langgeng dan bisa kapan saja “hilang”, terlebih ketika pelaku bisnis tidak melibatkan keluarga atau tidak ada keluarga yang terlibat dalam bisnis. Meski secara alami, pada akhirnya keluarga akan melakukan adaptasi, namun proses adaptasi ini bisa jadi memakan waktu yang tidak segera. B

agaimanapun mental “siap bangkrut” harus benar-benar dimiliki oleh keluarga, kemampuan keluarga untuk “siap bangkrut” ini akan sangat memengaruhi seberapa besar tingkat stress yang dialami oleh keluarga. Tidak bisa dipungkiri menyiapkan mental keluarga merupakan keharusan, karena ada faktor gaya hidup yang akan sangat sulit untuk “disesuaikan” dengan keadaan. 

Beberapa catatan mengenai bisnis keluarga dapat ditemui dalam buku Family Business in A Diary.

Baca juga: Memahami Investasi Reksadana Saham , Keuntungan, dan Risikonya

Leave A Reply

Your email address will not be published.