Berita Nasional Terpercaya

Mengupas Tuntas Mitos Roro Jonggrang di Candi Prambanan

0

HarianBernas.com –  Siapa yang tak kenal Candi Prambanan? Candi yang terletak di perbatasan DIY – Jawa Tengah memang memiliki sejuta pesona. Kerap disebut sebagai Candi Loro Jonggrang, Prambanan adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 Masehi atau sekitar tahun 850 oleh Wangsa Sanjaya di era Mataram Kuno. Banyak yang beranggapan Prambanan adalah salah satu candi terindah di Asia Tenggara.

Prambanan terletak di Kecamatan Prambanan sekitar 17 kilometer timur laut Kota Yogyakarta, 50 km barat daya Surakarta, dan 120 km di selatan Semarang. Candi yang menempati kompleks seluas 39,8 hektare ini memiliki tiga candi utama di halaman pertama, yakni Candi Brahma sebagai dewa pencipta, Candi Wisnu sebagai dewa pemelihara, dan Shiwa sebagai dewa pelebur.

Candi Shiwa berada di tengah, ukurannya terbesar dan tertinggi, menjulang setinggi 47 meter, diapit dua candi lainnya. Ini menandakan Shiwa adalah yang paling dipuja, dan merupakan aliran utama agama Hindu di Jawa waktu itu.

Di setiap candi utama terdapat satu candi pendamping, yaitu Sapi Nandini untuk Shiwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu. Ketiganya adalah wahana atau tunggangan para dewa tersebut. Di samping itu, terdapat juga dua candi apit, empat candi kelir, dan empat candi sudut. Sebanyak 224 candi lain yang kebanyakan tidak utuh ditemukan di halaman kedua candi.

Di dalam candi Shiwa terdapat empat buah ruangan. Ruangan utama berisi arca Shiwa, sedangkan tiga ruangan yang lain masing-masing berisi arca Durga (istri Shiwa), Agastya (perwujudan Shiwa), dan Ganesha (putra Shiwa).

Di dalam Candi Wisnu yang terletak di sebelah utara candi Shiwa, hanya ada arca Wisnu. Begitu juga di dalam Candi Brahma yang terletak di sebelah selatan Candi Shiwa, hanya ada ruangan berisi arca Brahma.

Diantara tiga candi pendamping, yang cukup memikat adalah Candi Garuda yang terletak di dekat Candi Wisnu. Candi ini menyimpan kisah tentang sosok manusia setengah burung yang bernama Garuda. Garuda merupakan burung mistik dalam mitologi Hindu-Budha yang berupa manusia bertubuh emas, bersayap merah, berwajah putih, berparuh dan bersayap mirip burung elang. Garuda dalam perkembangannya menjadi lambing Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Prambanan memiliki relief candi yang menggambarkan kisah Ramayana. Di panggung terbuka yang ada di barat Prambanan sendiri, secara rutin digelar pementasan Sendratari Ramayana Prambanan setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu. Pentas ini biasanya banyak diminati oleh para turis mancanegara.

Di Prambanan terdapat pula relief pohon Kalpataru, pohon pengabul permintaan dalam mitologi Hindu. Keberadaan relief pohon ini membuat para ahli menganggap bahwa masyarakat abad ke-9 memang memiliki kearifan dalam mengelola lingkungan.

Sejak tahun 1991, UNESCO menetapkan Prambanan sebagai cagar budaya dunia (World Wonder Heritage). Candi ini memiliki fasilitas Museum Arkeologi, ruang audio visual, warnet, wartel, restoran, hotel, toko-toko cinderamata, taman bermain, hingga taman rusa. Tak dapat dipungkiri, kompleks Candi Prambanan adalah kekayaan arkeologi dunia yang wajib dilestarikan keberadaannya.

Keunikan lain Candi Prambanan adalah terkait dengan mitos Loro Jonggrang. Mitos ini menyebutkan bahwa Candi Prambanan hanya dibangun dalam satu malam saja. Ini adalah salah satu bagian dari legenda putri Loro Jonggrang dan Bandung Bondowoso.

Dikisahkan, pada jaman dahulu terjadi sebuah peperangan antara dua kerajaan di Jawa, yakni Kerajaan Pengging dan Keraton Boko. Kerajaan Pengging yang dipimpin Prabu Damar dan memiliki seorang putra yang tampan dan sakti bernama Bandung Bondowoso. Sementara Kerajaan Pengging diperintah seseorang raja kanibal yang kejam bernama Prabu Boko. Prabu Boko yang berwujud raksasa memiliki seorang putri cantik bernama Loro Jonggrang, yang namanya berarti dara (gadis) yang langsing.

Singkat kata peperangan dahsyat akhirnya dimenangkan Kerajaan Pengging setelah Bandung Bondowoso maju ke medan pertempuran dan mengalahkan Prabu Boko. Di Kraton Boko, Bandung lantas bertemu dengan Putri Loro Jonggrang, dan akhirnya tertarik dengannya, lalu berniat melamarnya untuk dijadikan istri. Meski begitu, sang putri tidak mau karena bandung Bondowoso telah membunuh ayahnya. Karena itu ia pun membuat siasat untuk bisa membalas dendam. Ia menyatakan bersedia diperistri Bandung asal bisa memenuhi dua syarat yang dimintanya.

Pertama, Bandung Bondowoso diminta membuat sumur yang dalam. Dengan sangat mudah Bandung membuat sebuah sumur yang sangat dalam yang ia beri nama Jala Tunda. Di sinilah sang putri melancarkan siasatnya untuk membunuh Bandung. Loro Jonggrang menyuruh Bandung Bondowoso untuk masuk ke dalam sumur. Begitu berada di dalam sumur Loro Jonggrang menimbun sumur itu dengan batu agar Bandung mati. Namun kesaktian Bandung Bondowoso mampu membuatnya bisa meloloskan diri dari sumur itu.

Selamat dari maut, Bandung lalu sadar dirinya diperdaya Loro Jonggrang yang berusaha untuk membunuhnya. Awalnya ia marah, namun akhirnya luluh oleh bujuk rayu putri yang cantik seperti dewi itu. Loro Jonggrang lantas mengajukan syarat kedua, bersedia dinikahi asal dibuatkan 1000 buah candi dalam semalam, yang diperkirakannya akan gagal dilaksanakan. Bandung Bondowoso pun menyetujuinya.

Bandung menunjukkan kesaktiannya, dengan memerintahkan ribuan jin untuk mengerjakan candi tersebut. Ketika menjelang tengah malam, pembangunan candi sudah hampir selesai. Loro Jonggrang lalu panik dan memutar otak membuat siasat. Ia lalu menyuruh para gadis untuk membakar jerami sehingga langit menjadi lebih terang. Ini mengakibatkan ayam-ayam lalu berkokok dimana-mana. Mendengar kokok ayam, yang menjadi tanda segera datangnya pagi, para jin yang membantu pengerjaan candi lalu tunggang langgang melarikan diri. Padahal candi yang dibangun sudah mencapai 999 buah.

Menyadari usahanya gagal lagi karena ulah Loro Jonggrang, Bandung lalu murka berat. ia langsung mengutuk Loro Jonggrang menjadi candi yang ke seribu. Dikisahkan, Loro Jonggrang akhirnya menjadi sebuah arca batu, yang masih ada hingga sekarang. Selain mengutuk Loro Jonggrang jadi arca, Bandung juga mengutuk gadis-gadis yang membantu membakar jerami menjadi perawan tua.

Arca Loro Jonggrang yang ada di Candi Prambanan sebenarnya adalah arca Durga atau nama lengkapnya Durgamahisasuramardhini. Entah bagaimana masyarakat waktu itu bisa mengaitkannya. Yang jelas arca Durga di Prambanan memang satu-satunya arca perempuan yang jelas terlihat di kawasan candi. Diduga dongeng ini disusun pada zaman kemudian di era Kesultanan Mataram Islam.

Durgamahisasuramardhini merupakan gabungan dari kata Durga, Mahisa, Asura, dan Mardhini. Dewi Durga adalah nama lain dari Parwati, isteri Dewa Shiwa dalam bentuk murkanya. Mahisa berarti kerbau, Asura berarti raksasa, sedangkan Mardhini berarti menghancurkan atau membunuh. Jadi, Durgamahisasuramardhini berarti Dewi Durga yang sedang membunuh raksasa yang ada di atas tubuh seekor kerbau. Durga merupakan sosok dewi yang terkenal di India, dan dipuja banyak umat Hindu. Di India, Durga dipuja di musim gugur pada pertengahan kedua bulan Asvina di kawasan timur laut negara itu.

Dalam mitologi Hindu, Dewi Durga adalah pembunuh mahisa (kerbau) penjelmaan asura (raksasa musuh para dewa). Dewi Durga memang ditugaskan untuk mengalahkan asura yang bisa menjelma jadi berbagai macam bentuk, termasuk raksasa kecil yang ada di arca Loro Jonggrang. Sebagai dewi yang digambarkan sedang berperang, Durga membawa senjata pada delapan tangannya. Tangan atasnya membawa cakra yang diberikan oleh Dewa Wisnu. Dia juga bawa pedang yang panjang dan busur panah dengan mata panahnya. Tangan lainnya bawa pitaka (perisai) dan cangkang kerang pemberian Dewa Wisnu. Durga digambarkan dalam adegan kemenangan setelah berhasil mengalahkan asura yang berubah bentuk seperti kerbau yang besar.

Tradisi pemujaan pada Durga masih bertahan dalam masyarakat Jawa, bahkan hingga sekarang. Tiap tahun, Kraton Kasunanan Surakarta selalu menggelar upacara adat Mahesa Lawung di Alas Krendhowahono di Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Di sini para abdi dalem mempersembahkan sesajian di hadapan arca Durga Durgamahisasuramardhini yang ada di kawasan hutan tersebut.

Upacara Mahesa Lawung dilaksanakan setiap tahun pada hari ke ? 40 setelah acara Grebeg Maulud. Ritual puncak dari upacara Mahesa Lawung adalah penguburan potongan kepala kerbau di Hutan Krendowahono. Ini adalah bentuk pengingatan kemenangan Durga atas Mahisasura. Namun kini Upacara Mahesa Lawung adalah simbol pemberantasan sifat-sifat buruk di dalam diri manusia, terutama kebodohan. Diharapkan dengan mengorbankan kepala kerbau yang mewakili sifat-sifat buruk dalam diri manusia tersebut tercipta keseimbangan alam dengan kehidupan manusia.

Leave A Reply

Your email address will not be published.