Berita Nasional Terpercaya

Spirit Sumpah Pemuda

0

HarianBernas.com – Bulan Nopember tahun 2015 cukup menggelitik nurani kebangsaan kita, kebetulan hari raya qurban yang jatuh tanggal 6 Nopember yang lalu terasa spesial karena diapit dengan dua momen nasional negeri ini.

Sumpah Pemuda 28 Oktober dan Hari Pahlawan 10 November yang kita peringati kemarin. Dan bila ditarik lebih jauh lagi, ribuan tahun silam, tentang histori ibadah qurban, kita pasti juga bicara tentang sesosok pemuda dan kepahlawanannya, yaitu Nabi Ibrahim ?alaihissalam. Ada tiga pelajaran penting yang patut kita renungi dalam fragmen waktu tersebut. Yaitu tentang Pemuda, pengorbanan dan kepahlawanan.

Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, jelas jadi panggung sejarah pemuda di negeri pertiwi ini, dalam mendobrak kebuntuan kita saat menghadapi penjajah. Begitu pula proklamasi 17 Agustus 1945 dan terlebih lagi perlawanan heroik arek Suroboyo pada 10 November 1945, yang kini kita rayakan sebagai Hari Pahlawan. D

alam peristiwa-peristiwa tersebut, pemuda dan kepahlawanan senantiasa berjalan berbarengan, saling mendukung, saling melengkapi. Bahkan menyatu laiknya senyawa baru, seperti profil Pemuda Ibrahim dan jiwa kepahlawanannya yang begitu kental.

Ibrahim muda terkenal sebagai sosok vokal dan pemberani. Betapa tidak, sendirian ia saat itu mendobrak kebodohan ummat yang menyembah berhala dan diperbudak oleh tiran bernama Namrud. Ibrahim muda dengan lantang berkata kepada ayahnya yang bernama Azar, seorang pematung kerajaan Namrud: ?Pantaskah engkau menjadikan berhala-berhala itu sebagai tuhan? Sesungguhnya aku melihat engkau dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.? (QS. Al An?am: 74).

Singkat cerita, Ibrahim muda harus menerima hukuman akibat keberaniannya, menyampaikan kebenaran dan risalah kenabiannya dengan menghancurkan berhala-berhala, berupa dibakar hidup-hidup di depan umum. Akan tetapi dengan kuasa Allah SWT, api itu tidak sanggup membakar hangus Ibrahim. Ia pun selamat.

Sekian tahun berlalu kemudian. Di kala itu, Nabi Ibrahim ?alaihissalam kembali diuji keimanannya dengan adanya perintah Allah Swt melalui mimpi untuk menyembelih anak yang telah sekian lama dinantinya yaitu Isma?il ?alaihissalam, putra kesayangan dari Ibunda Hajar.

Dengan gundah gulana, Ibrahim menyampaikan perihal mimpinya kepada sang anak. ?Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi diperintahkan  Allah untuk menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!? Dan Isma?il menjawab, Wahai Ayahku lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapati aku termasuk orang yang sabar. (QS. As Shaffaat: 102).

Dengan semangat pengorbanan kepada Allah SWT, Ibrahim pun menunaikan perintah dengan menyembelih putra kesayangannya, Isma?il. Dengan kuasa-Nya, Allah SWT mengganti ibadah Qurban Ibrahim dengan seekor domba besar. Isma?il pun tidak jadi disembelih, karena sang Maha Kuasa sudah mendapatkan ketaqwaan Ibrahim atas perintahnya , berupa pengorbanan.

Dua fragmen kehidupan Ibrahim ?alaihissalam? itu sungguh menggambarkan betapa sosok jiwa pemuda dan kepahlawanan memiliki akar yang sama; Pengorbanan. Sosok pemuda dengan jiwa mudanya, identik dengan sosok pemberani yang selalu siap berkorban apa saja untuk sesuatu yang diperjuangkannya. Sedangkan kepahlawanan selalu mensyaratkan pengorbanan sebagai bahan bakarnya.

Dalam panggung sejarah manusia pun sudah tergambar, betapa pemuda dan kepahlawanan menjadi bagian yang tak terpisahkan. Betapa banyak pemuda yang berhasil mewujudkan pengorbanannya kepada bangsa dan ummat, dan ia pun layak bergelar: PAHLAWAN. Termasuk di Indonesia.

Kita menganugrahi para pejuang kemerdekaan yang telah rela mengorbankan jiwa dan raganya dengan sebutan pahlawan kemerdekaan dan tokoh-tokoh yang berjasa besar dalam pembentukan negara-bangsa dengan sebutan pahlawan nasional.

Kita menobatkan seseorang menjadi pahlawan karena ada begitu banyak hal yang telah ia berikan kepada orang banyak. Seorang pahlawan tidak hidup hanya untuk diri sendiri, keluarga, atau kelompoknya, ia selalu dikenal sebagai orang yang mengabdikan hidupnya itu dengan membuat karya-karya besar bagi kemaslahatan dan kesejahteraan manusia.

Termasuk salah satunya mereka yang secara ikhlas melaksanakan ibadah qurban. Penuh dengan ketulusan dan keikhlasan, mempersembahkan karya terbaik tanpa pamrih sedikitpun. Oleh karena itu pengorbanan adalah kata kunci dari kepahlawanan.

Panglima Besar Jenderal Soedirman merupakan salah satu tokoh penting yang pernah dimiliki negeri ini. Beliau pejuang dan pemimpin teladan bangsa. Pribadinya teguh pada prinsip, visioner dan selalu mengedepankan kepentingan rakyat dan bangsa di atas kepentingan dirinya.

Dalam kondisi sakit, Jenderal Soedirman tetap mengatur strategi perang dan memimpin semua kesatuan pejuang untuk terus berjuang sampai titik darah penghabisan yang akhirnya membuahkan kemerdekaan.

Tentunya, semangat pengorbanan ini tidaklah berdiri sendiri dalam mewujudkan kepahlawanan. Pengorbanan paling tidak diikuti oleh keberanian dan kesabaran. Cobalah menelusuri sejarah orang-orang besar, maka akan kita jumpai mereka banyak hadir di tengah-tengah krisis dan situasi-situasi sulit.

Mereka ditakdirkan memikul beban-beban berat, menjalankan peran-peran sulit yang sedikit sekali orang pada waktu itu yang berani mengambilnya. Di situlah mereka tampil ke panggung sejarah dengan keberanian yang luar biasa dan pengorbanan yang luar biasa pula.

Selain itu, juga diimbangi dengan kapasitas diri yang memadai. Diperlukan nafas panjang perjuangan berupa kesabaran. Kesabaranlah yang membuat seorang pahlawan mampu menyelesaikan tugasnya.

Berjuang pantang menyerah, bersabar dalam menahan beban dan siksaan, serta tetap teguh ketika godaan duniawi yang mengiming-imingi untuk merusak rencana suci bangsa ini. Kita juga jumpai kesabaran ini mendominasi kisah kepahlawanan.

Jika energi spiritual itu telah melekat dan mendarah daging dalam kehidupan kita, maka kita yang hidup di era kemerdekaan ini mampu melawan seluruh sikap negatif seperti kerusakan moral akibat terpaan badai materialisme, kecintaan berlebihan pada materi dan mengabaikan nilai-nilai moral.

Sekarang juga kita memerlukan kekuatan moral untuk menyembuhkan bangsa dari patologi (penyakit) sosial. Sekarang ini kita membutuhkan energi spiritual untuk memperbaiki nasib bangsa yang masih terpuruk,  terbelakang, dan terjerat belenggu krisis.

Kita sangat membutuhkan orang-orang reformis yang menjunjung tinggi nilai-nilai kepahlawanan hingga dapat mensejahterahkan warga bangsa. Sudah bukan saatnya kini kita sesama warga bangsa untuk sama-sama terlena, terjebak dalam perpecahan antar sesama warga bangsa.

Saatnya kini kita harus mampu mengokohkan semangat persatuan dan kebersamaan dalam menggali potensi besar yang dimiliki bangsa ini. Dan inilah spirit yang telah ditunjukkan oleh para pahlawan negeri ini.

Cita-cita luhur yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 harus menjadikan pijakan kita bersama, yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Semoga dengan semangat, tekad sumpah pemuda dan keikhlasan para warga bangsa yang telah melaksanakan ibadah qurban menjadi bahan bakar utama untuk tetap menjaga spirit dan nilai-nilai kepahlawanan negeri yang kita cintai ini, amin.

 

Muhammad Fahmi, ST, MSi

Pemerhati masalah Sumber Daya Manusia dan masalah Tematik Bangsa

Kandidat Doktor Program Studi Manajemen Sumber Daya Manusia

(Universitas Negeri Jakarta UNJ)

Master of Ceremony (MC), Trainer Publik Speaking/Kehumasan

Salam Merah Mempesona Menggelitik Hati

[email protected] atau WA: 08158228009

Leave A Reply

Your email address will not be published.