DINAMIKA kehidupan setiap insan manusia di dunia, dan hubungannya dengan sesama manusia, mengharuskan melakukan sesuatu dan dukungan persyaratan tertentu. Manusia tidak mungkin dan tidak boleh berdiam diri dalam kehidupan karena hidup memang butuh perjuangan dan gerakan. Apalagi dalam kebersamaan dengan sesama di masyarakat, semestinya saling mengingatkan dan membantu.
Saling mengingatkan itu penting dalam kehidupan, karena manusia dimungkinkan memiliki kekurangan, melakukan kesalahan atau tidak sempurna. Mengingatkan, memberikan saran atau memberikan kritik, meski bertujuan baik dan berdasar kebenaran, belum tentu dapat diterima dengan baik oleh pihak lain yang diingatkan. Ini berarti tergantung sikap dan tipikal setiap insan yang dalam kenyataan memang berbeda-beda.
Baca juga: Sikap Terpuji Nabi Idris, Sosok yang Cerdas dan Kreatif pada Zamannya
Sedangkan kesediaan saling membantu dalam kehidupan bersama juga perlu dilakukan karena pada dasarnya tidak ada orang yang dapat hidup sendiri karena tetap membutuhkan dukungan atau bantuan orang lain dalam skala tertentu.
Kata kunci untuk dapat menjalani kehidupan pribadi maupun kebersamaan dengan sesama warga masyarakat adalah kesadaran untuk mau memperbaiki diri dan benar-benar melakukannya. Mengapa? Karena upaya memperbaiki diri, sebaiknya dilaksanakan secara konsisten, penting dalam kehidupan yang kian kompleks ini. Tanpa upaya perbaikan terus menerus di semua elemen masyarakat yang ada, apabila muncul masalah lama dan baru, bukan tiidak mungkin tetap mendapatkan masalah yang berkepanjangan.
Salah satu masalah yang masih kita hadapi saat ini adalah bencana asap hutan dan kekeringan yang melanda banyak wilayah di tanah air. Meski bencana asap hutan “bukan kasus baru” namun justru kian memberatkan masyarakat khususnya yang tinggal di seputar bencana kebakaran hutan. Artinya, semestinya para pihak khususnya pemeringtah (pusat maupun daerah) harus kian tanggap dan cepat untuk menghadapi dan menanggulangan bencana alam ini.
Kenyataan di lapangan, sebagaimana dikutip koran ibukota kemarin, menunjukkan bahwa alokasi dana penanggulangan kebakaran hutan nol persen dalam APBD. Dilaporkan, kebakaran hutan dan lahan yang berulang kali terjadi di Sumatera dan Kalimantan serta berbuah tragedi asap belum menjadi pelajaran bagi daerah. Bertahun-tahun, penanggulangan kebakaran hutan dan lahan tidak dialokasikan dalam anggaran daerah. Daerah masih bergantung pada dana dari pusat.
Terkait dengan masalah ini, sebagaimana dilaporkan koran ini kemarin, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, di Jakarta, Minggu (1/11/2015) mengajak masyarakat agar melakukan shalat Istisqa dan terus memperbaiki diri untuk mengakhiri kemarau panjang di Indonesia lantaran musim kering berkepanjangan yang menimbulkan banyak kerugian. Secara terpisah, bahkan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma’ruf Amin meminta masyarakat agar bertobat atau menyesali perbuatan dengan sungguh-sungguh supaya segera turun hujan dan mengakhiri kekeringan yang melanda selama tiga bulan berakhir.
“Kami mengajak masyarakat untuk memohon ampun dengan sungguh-sungguh dan mengisi setiap kesempatan dengan amal agar cobaan kekeringan segera berakhir menjadi turunnya hujan sebagai rahmat,” kata dia.
Kita sependapat bahwa pada dasarnya setiap insan dan masyarakat dalam kehidupan ini harus mau dan mampu memperbaiki diri terus menerus. Orang tidak mungkin dan tidak boleh menyombongkan diri pasti dapat melakukan apa saja sendiri dan tanpa bantuan orang lain, atau tidak mau mendengarkan usulan orang lain atau mengabaikan jeritan rakyat yang menderita. Di sisi lain, mau bertobat atas segala kekurangan dan kekilafan juga pantas dilakukan oleh orang yang mengaku beriman. ***
Baca juga: Sikap Terpuji Nabi Idris, Sosok yang Cerdas dan Kreatif pada Zamannya