JOGJA,HarianBernas.com–Pengembangan kabel bawah laut menjadi kebutuhan utama saat ini. Kebijakan itu bisa mengatasi persoalan komunikasi, khususnya di kawasan-kawasan timur Indonesia yang seringkali mengalami masalah komunikasi.
“Kabel laut ini dapat meningkatkan pemerataan konektivitas antar daerah karena 98 persen komunikasi suara dan data semua lewat kabel bawah laut,” ungkap Deputi bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim, Kemenko Kemaritiman, Dr Arif Havas Oegroseno dalam International Workshop on Submarine Cables in Indonesia di Hotel Hyatt, kemarin.
Meski berperan penting, menurut Arif, pembuat kebijakan di Indonesia belum sadar akan aset tersebut. Salah satunya dengan lambatnya proses perijinan pemasangan dan perawatan kabel laut.
Butuh waktu lebih dari dua bulan untuk mendapatkan perijinan dan perawatan kabel laut di Indonesia. Padahal di negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Myanmar hanya membutuhkan waktu sekitar tiga hingga delapan hari.
“Bahkan di Finlandia hanya butuh sehari untuk proses perijinan,” ujarnya.
Persoalan itu, lanjut Arif membuat investor lari ke negara lain seperti Singapura dan Malaysia. Padahal Indonesia sepuluh tahun silam menjadi pusat data telekomunikasi.
Selain itu adanya kesalahan persepi di masyarakat yang menganggap kabel bawah laut terbut dari tembaga membuat banyak kabel laut dicuri. Contohnya salah satu kabel laut milik operator di Natuna yang dicuri hingga sepanjang 31 km.
“Padahal kabel laut dibuat dari plastik dan tidak bisa dijual. Ini sangat merugikan,” ujarnya.
Karena itulah Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman akan melakukan pemangkasan proses perizinan pemasangan dan perawatan kabel bawah laut. Sehingga proses perijinan di Indonesia bisa sama atau bahkan lebih cepat seperti negara-negara jiran.
Hal itu dilakukan agar untuk meningkatkan minat investor ke Indonesia. Saat ini Indonesia sudah mempunyai kabel bawah laut sepanjang 17,7 ribu kilometer yang terpasang di wilayah bagian barat.
“Karenanya perlu dilakukan pemerataan konektivitas di kawasan timur Indonesia,” jelasnya.
Sementara Direktur International Cable Protection Committee (ICPC), Douglas Burnett, mengungkapkan, pengembangan kabel bawah laut dapat mendorong pertumbuahan ekonomi. Untuk itu dibutuhkan infrasrtutkr kabel di bawah laut dan industri perkapalan yang khusus memasang dan merawat kabel-kabel tersebut.
Namun baru ada satu kapal yang mengurusi pemasangan kabel. Sedangkan di Singapura ada tiga kapal, Jepang tiga kapal dan China empat. Di Eropa, Perancis dan Inggris memiliki tujuh kapal.
“Karena itu Indonesia butuh tiga atau empat kapal untuk pemasangan dan perawatan kabel bawah laut,” imbuhnya.