JOGJA, HarianBernas.com ? Ada yang menarik dari ribuan orang yang hadir di Kongres XV GP Ansor yang digelar di Pondok Pesantren (Ponpes) Sunan Pandanaran, Yogyakarta, Kamis (26/11). Panitia pelaksana atau steering committee mewajibkan kepada peserta yang ingin menjadi pemegang hak suara memenuhi persyaratan wajib yaitu mempunyai unit atau amal usaha.
Ketua GP Ansor Nusron Wahid saat memberikan sambutan pada pembukaan menyatakan, sudah saatnya Gerakan Pemuda Ansor memberikan kemanfaatan dan kemaslahatan yang lebih baik bagi umat Islam di Indonesia. Oleh sebab itu, sesuai kesepakatan di Pra Kongres, bagi cabang-cabang GP Ansor yang tak memiliki unit atau amal usaha maka tidak berhak mendapatkan hak suara di kongres.
?Kita sudah memiliki komitmen dalam visi besar ketiga yaitu penguatan potensi untuk pengentasan kemiskinan. Jadi, bagi cabang-cabang Ansor yang tidak memiliki amal usaha selama lima tahun ini, dengan mohon maaf dan sangat terpaksa tidak memiliki hak suara,? kata Nusron.
Kebijakan tersebut tegas diberlakukan mengingat saat ini masih banyak penduduk yang masuk kategori miskin. Nusron pun mengutip hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebutkan 70 persen kemiskinan di Indonesia ada di pedesaan. Survei itu menunjukkan penduduk miskin tak hanya berada di kategori lanjut usia tapi juga usia produktif.
?Bicara perdesaan berarti bicara NU. Bicara usia produktif berarti bicara pemuda, dan bicara pemuda perdesaan berarti bicara Pemuda Ansor yang basisnya di perdesaan. Sebab itu, selama masih ada kemiskinan yang melanda Indonesia, berati masih ada kemiskinan yang melanda Gerakan Pemuda Ansor,? tandasnya.
Salah satu peserta kongres, Sahrul Munir, kepada HarianBernas.com menuturkan, sejak satu tahun sebelum kongres, GP Ansor telah melakukan verifikasi sebagai syarat keikutsertaan pengurus wilayah dan cabang pada acara kongres.
?Didata apakah sudah ada amal usaha atau unit kegiatan produktif atau belum,? kata Ketua Cabang GP Ansor Kabupaten Tulungagung itu.
Sahrul menyebutkan, GP Ansor Tulungagung, Jawa Timur, telah mendirikan koperasi simpan pinjam serta kursus pelatihan bagi anggotanya. Pelatihan yang diberikan seperti pelatihan las, kerajinan, dan pembuatan pupuk organik.
?Kami juga punya majelis dzikir yang kami gunakan untuk konsolidasi dan soliditas ke bawah,? terangnya.
Sementara itu, Hardiyanto, Ketua Cabang GP Ansor Tangerang Selatan (Tangsel) mengaku belum memiliki unit atau amal usaha. Namun, pihaknya tetap diperbolehkan untuk ikut kongres dan memiliki hak suara.
?Ini karena kami merupakan daerah pemekaran baru. Jadi dalam lima tahun belum ada program khusus untuk membuat amal usaha. Apalagi Tangsel juga daerahnya perkotaan dan kecil, jadi kami masih mencari anggota,? tutur Hardiyanto.