Jakarta, HarianBernas.com— Siapa sih yang tidak ingin mendapatkan beasiswa dan sekolah di luar negeri, di universitas negara lain yang ternama. Membayangkannya saja pasti sudah keren sekali. Apalagi bila berhasil lulus dengan nilai yang memuaskan. Tapi, ada juga lho, yang memilih untuk menolak beasiswa. Penasaran siapa? Simak kisahnya.
Ia merupakan seorang pria yang berhasil menyandang gelar sarjana Teknik Industri ITB. Dulunya, ia adalah aktivis sosial. Ia adalah Yanuar Nugroho, seorang pria yang lahir di Solo, 15 Januari 1972. Usai menyandang gelar sarjana, Yanuar mengambil S2 Teknik Informatika di University of Manchester Institute of Science and Technology.
Latar belakangnya yang merupakan seorang aktivis sosial membuat Yanuar bertanya kepada profesornya. “Bagaimana jika mengaitkan teknik dengan bidang sosial?” begitu pertanyaannya.
Yanuar jatuh hati pada penelitian. Bahkan Yanuar sempat mendapatkan banyak beasiswa, yang ujung-ujungnya ditolak. Wah, sayang sekali ya? Tapi, walaupun ia menolak semua beasiswanya, ia mengambil tawaran Ph.D-nya yang harus diambil paling lambat tahun 2004. Yanuar bekerja sebagai jurnalis untuk mencari biaya tambahan di The Jakarta Post.
Ketika di Manchester, Yanuar juga harus mengalami berbagai tantangan hidup. Yanuar bingung, bagaimana ia bisa menghidupi dirinya dan istrinya di Manchester. Tuhan itu Maha Adil, Yanuar ditawari untuk menjadi seorang asisten peneliti. Ia masih ragu. Sebab ia belum memulai riset. Namun, ia tetap mengambil tawaran tersebut untuk menghidupi keluarganya. Yanuar menjadi mahasiswa tahun pertama yang langsung bekerja menjadi asisten peneliti seorang profesor.
Pulang ke Indonesia
Yanuar merupakan salah seorang peneliti yang cinta Indonesia. Ketika kariernya sedang di puncak, ia memutuskan untuk pulang ke Tanah Airnya dan mulai berkarya di Indonesia. Ia merasa bahwa kariernya di luar negeri sudah cukup baik. Saatnya ia memulai kariernya di tanah kelahirannya.
Bagaimana dengan anda?