NEW YORK,HarianBernas.com–Setelah persediaan AS secara tak lazim meningkat dan tanda-tanda Arab Saudi akan terus menambah kelebihan pasokan minyak global, harga minyak mentah dunia pun turun lebih dari 3 persen pada Kamis (31/12) pagi, dimana Brent turun drastis menuju posisi terendah dalam 11 tahun terakhir ini.
Sebagai produsen minyak terbesar dunia, persediaan minyak mentah di Amerika Serikat naik 2,6 juta barel pekan lalu. Demikian data dari Badan Informasi Energi AS (EIA). Analis yang disurvei Reuters telah memperkirakan penarikan 2,5 juta barel. Untuk minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI), stok mencapai rekor tertinggi di pusat pengiriman Cushing, Oklahoma. Bensin dan minyak pemanas juga membukukan penambahan stok lebih besar dari perkiraan
“Saya telah melakukan hal ini setiap tahun. Dan saya belum pernah melihat penambahan stok pada minggu terakhir bulan Desember,” kata Tariq Zahir, pedagang minyak mentah berjangka di Tyche Capital Advisors di Long Island, New York.
Dikatakan, untuk alasan konsekuensi pajak, penyuling selalu mengurangi persediaanya pada akhir tahun dan di saat yang sama ada penarikan. “Ini adalah yang pertama bagi saya,” katanya.
Chris Jarvis, analis di Caprock Risk Management di Frederick, Maryland, mengatakan “hanya data bearish penunjuk dalam banyak rangkaian yang telah mendominasi tahun 2015 dan kemungkinan akan berlanjut menuju ke 2016”.
Meski demikian, harga minyak mentah tidak kehilangan banyak setelah penurunan awal pada data EIA. Beberapa faktor dikaitkan dengan volume tipis pada musim liburan. Kontrak bulan depan WTI diperdagangkan hanya lebih dari 240 juta barel, Kamis dan sekitar setengah dari tingkat yang terlihat dua pekan lalu.
Patokan minyak dunia, Brent, menetap turun 1,33 dolar AS atau 3,5 persen menjadi 36,46 dolar AS per barel. Bahkan Brent sempat mencapai serendah 36,35 dolar AS, kurang dari 40 sen dari posisi terrendah 11 tahun pada pekan lalu. Kemudian WTI mengakhiri sesi dengan turun 1,27 dolar AS atau 3,4 persen menjadi 36,60 dolar AS per barel.
Dengan demikian, hingga kini harga minyak mentah telah jatuh dua pertiga sejak pertengahan 2014 karena melonjaknya produksi dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), sementara pada saat yang sama Rusia dan Amerika Serikat menciptakan surplus global antara setengah juta hingga dua juta barel per hari.
Menteri Perminyakan Arab Saudi yang juga tokoh utama OPEC Ali al-Naimi mengatakan, kerajaannya tidak akan membatasi produksi. Sementara konsumsi energi Tiongkok pada 2015 tumbuh pada tingkat terendah sejak 1998. Demikian kantor berita resmi Xinhua mengatakan, menambah tekanan turun pada pasar.