Ma’nene (Membersihkan Mayat Leluhur), Trasidi Unik Tanah Toraja
HarianBernas.com – Pernahkah Anda mendengar sebuah ritual unik namun mengerikan yang berasal dari Tanah Toraja?
Atau malah Anda pernah melihat bahkan mengikuti ritual ini? Ya, ritual ini bernama ritual Ma'nene salah satu ritual tradisional di Tana Toraja dimana jenazah leluhur keluarga Toraja akan digantikan kainnya.
Tradisi ini khusus di lakukan oleh masyarakat Baruppu di pedalaman Toraja Utara, Sulawesi Selatan dan dilakukan setiap 3 tahun sekali saat sedang mengalami masa panen.
Adapun kepercayaan yang jika ritual ini dilakukan sebelum masa panen maka akan membawa kerusakan pada sawah-sawah dan lading mereka karena diserang oleh hama seperti tikus dan ulat dengan secara tiba-tiba.
Sejarah ritual Ma?nene ini sendiri berawal ketika seseorang pemburu bernama pong rumsek memasuki sebuah hutan di pegununggan Balla, di sana dia menemukan sebuah jasad manusia yang telah meninggal dalam keadaan yang cukup memprihatinkan. Karena kasihan, Pong membawa jasad itu dan dikenakan pakaian yang layak untuk dikuburkan di tempat aman.
Anehnya, sejak ia melakukan hal itu, tanaman pertanian milikinya panen lebih cepat dari waktu biasanya. Saat berburu pun ia mengaku sering bertemu dengan arwah pemilik jasad itu dan ia kerap membantu Pong dalam berburu sehingga dia selalu mendapatkan buruanya dengan mudah.
Ia pun beranggapan bahwa jasad pun juga harus dirawat dan dihormati. Akhirnya Pong memberi amanah kepada penduduk Bruppu untuk melestarikan tradisi unik ini, dan terbukti hingga saat ini tradisi tersebut tetap berjalan.
Prosesi Ma'nene diawali dengan mengunjungi makam leluhur mereka di pekuburan Patane di Lembang Paton, Kecamatan Sariale, ibu kota Kabupaten Toraja Utara. Para mayat leluhur mereka disimpan di dalam peti yang telah diberi pengawet.
Para Ne' Tomina Lumba terlebih dahulu membacakan doa dalam bahasa Toraja Kuno sebelum mayat dibuka dari peti. Setelah dibuka, mayat akan dibersihkan menggunakan kuas atau kain bersih kemudian dipakaiakannya sebuah baju baru. Setelah selesai, mayat itu dibaringkan lagi ke dalam peti.
Selama prosesi tersebut,sebagian kaum lelaki membentuk lingkaran menyanyikan lagu dan tarian yang melambangkan kesedihan dengan tujuan untuk menyemangati para keluarga yang ditinggalkan .