Berita Nasional Terpercaya

Juneman Abraham: Beranilah Menjemput Krisis dalam Hidup karena Akan Membesarkan

0

HarianBernas.com – Juneman Abraham merasa sangat beruntung karena ia lahir pada tanggal yang sama (6 Juni)  dengan tanggal ulang tahun Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno, serta memiliki nama keluarga Abraham yang merupakan Bapak dari Agama-agama Besar di dunia. Tidak heran, ia mengagumi kedua tokoh ini.

Saat SMP, ia ?melahap? buku Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia dan Sewindu Dekat Bung Karno. Bung Karno, Proklamator RI, merupakan sosok yang ?lengkap? di matanya. ?Beliau memiliki wawasan dan spiritualitas global, perspektif yang menjangkau masa depan, mencintai orang kecil, lagi mendalami filsafat dan berjiwa seni,? ungkapnya ke Harian Bernas,(3/2).

Saat ini, pengagum Franz Magnis-Suseno ini menjadi dosen di Universitas Bina Nusantara, psikolog sosial, dan aktif menjadi pengurus sejumlah himpunan psikologi, serta mitra sebagai penyunting penelaah pada sejumlah jurnal ilmiah nasional dan internasional. Saat ini, ia banyak menekuni bidang Psikologi Korupsi serta Psikoinformatika, yang dapat diakses karya-karyanya melalui www.juneman.me/publications, situs web pribadinya.

Cita-cita Juneman sewaktu kecil adalah menjadi dokter dan guru. Tidak kebetulan, ia menceritakan, ibu dan ayahnya pernah cukup lama menjadi guru bahasa dan mengajar dari rumah ke rumah. Cita-citanya sebagai dokter ia wujudkan dengan melamar sebagai mahasiswa program S1 di Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia. Ia gagal dalam UMPTN pada waktu itu, lalu berefleksi, ?Apakah benar, ?dokter? merupakan diri ke mana saya mengarah??; tetapi langsung mengisi waktu dengan belajar bahasa Jerman dan Perancis serta teknologi web, sampai akhirnya ia menemukan bidang yang menjadi passion-nya saat ini, Psikologi?bahkan kini menjadi Kandidat Doktor Psikologi di universitas tempat ia pernah ?jatuh?, Universitas Indonesia.

Juneman mulai mengajar sejak 2002 pertama kali di bidang TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) di sebuah lembaga sertifikasi keahlian di bidang web di Gedung Plaza Sentral, Sudirman, Jakarta, kala itu sebagai trainer bersertifikasi internasional dengan siswa karyawan dan karyawati dari berbagai jenis industri. Ini merupakan pengalaman yang unik karena pada waktu itu, ia masih duduk di Semester 1 Program Sarjana di Fakultas Psikologi, Universitas Persada Indonesia YAI, Selemba, Jakarta.

Pengalaman sebagai trainer bersertifikat internasional itu, ia maknai sebagai titik balik kehidupan yang penting karena pada usia yang demikian belia, ia sedang ?hot-hot?-nya bergulat untuk mencari jati diri, tapi ia justru sudah mulai mengasah jiwa, baik mendidik orang lain maupun mendidik diri sendiri. Ia kemudian semakin menyadari bahwa mengajar, dalam bidang apapun, adalah sebuah seni yang adiluhung dalam mengelola interaksi antar jiwa di dalam dan di luar kelas, termasuk dengan diri sendiri, untuk membidani lahirnya keagungan pembelajaran. ?Apakah keagungan itu? Yakni sebuah pengertian yang mendalam akan diri sendiri, untuk menjadi diri sendiri, sekaligus memberikan diri kepada orang lain,? tukasnya.

Selain itu, ia juga mengalami titik balik yang penting di sekitar Peristiwa 27 Juli 1996, ketika ia duduk di SMP dan sering bersurat-suratan panjang dengan seorang sahabat, sebut saja ?Katrin? (boleh jadi nama asli), dari Sekolah Santa Ursula. Hari ini, ia menganggap Katrin merupakan ?guru?-nya ihwal berdialektika (berdiskusi, berdialog) dalam tulisan dengan metode bernalar dan mencapai kesimpulan dengan mempertimbangkan dengan cermat gagasan-gagasan baik yang mendukung maupun yang menggugat pemikirannya.

Pengalaman unik di pekerjaan sehari-hari digambarkan Juneman begitu kaya, khususnya ketika membimbing mahasiswa yang sedang menggarap skripsi dan mahasiswa yang menjadi asisten tetap penelitiannya. Pengalaman itu dirangkumnya sebagai menghadapi mahasiswa bukan hanya sebagai pelajar, tetapi juga sebagai individu konkret dengan segala persoalan, duka, mimpi, kegembiraan, dan harapannya. Demikian pula hal yang sama terjadi ketika ia berperan sebagai pembicara dalam seminar atau workshop psikologi. Disebut unik karena interaksi dengan mahasiswi dan audiens tersebut membawa ia untuk terus-menerus mempertanyakan dirinya, ?Siapakah saya dan apakah sumbangsih saya di dunia ini??, sebuah pertanyaan eksistensial yang baginya sangat penting untuk tetap menjaga ?kewarasan?-nya di tengah-tengah rutinitas dan perubahan sosial yang serba cepat. Dosen dengan berbagai peran kepemimpinan publik ini merasa tidak mudah terjebak dalam suasana hati yang negatif, karena di samping tekun melakukan refleksi (peremenungan), dengan berbagai peran yang disandangnya, ia mensyukuri keistimewaan yang dimilikinya, yakni banyaknya sahabat dan lapangan kehidupan yang selalu menyokongnya ketika sedang letih atau berbeban berat.

Motto ?Ever Onward, Never Retreat!? (Sekali melangkah, jangan pernah menengok ke belakang!) terpatri dalam benak Juneman. Motto ini ia dengar pertama kali melalui media kaset yang memuat rekaman pidato Bung Karno dan kala itu batinnya sangat tersentuh. Itu sebabnya, persistensi atau kegigihan kini menjadi salah satu nilai yang paling dipeluknya. Tidak heran, dalam dunia maya, ia memiliki nickname Welsh J. Keincaled. Nama ?Welsh Keincaled? menunjuk pada sebuah artefak yang menyimbolkan kuda dengan punggung yang tangguh, yang selalu siap berjuang dan tak gentar menghadapi bahaya. Sedangkan huruf ?J? ia tambahkan sendiri, yang merupakan singkatan dari sebuah kata Jerman, Jetzt, yang artinya ?sekarang?. ?Maksudnya adalah jika ingin sukses, persistenlah hari ini, bukan persisten nanti, dan beranilah menghadapi bahkan menjemput krisis dalam hidup kita karena krisis-krisis itu yang akan membesarkan hidup kita, dalam bidang apapun yang kita tekuni, entah bidang personal, politik, bisnis, atau bahkan bidang spiritual,? jelasnya.

Bicara soal pencapaian, ia merujuk pada tulisan-tulisan ilmiahnya yang dikutip sebagai referensi oleh para peneliti di dunia. Sebagai peneliti muda, dengan debut menulis ilmiah pada 2008, saat ini ia telah menulis lebih dari 65 publikasi, baik berupa buku maupun artikel jurnal ilmiah, dengan h-index (impak publikasi) mencapai angka 3 di Google Scholar dan 1 di Scopus. Ia juga pernah menerima Best Paper Award dalam tiga konferensi internasional.

Baginya, makna dari pencapaian atas semua itu adalah bahwa sebagai dosen dan peneliti di Indonesia, orang Indonesia juga mampu turut berpartisipasi dalam konstruksi pengetahuan, bukan hanya konsumsi pengetahuan dan teknologi. Tidak jarang para peneliti dari berbagai negara menghubunginya untuk berdiskusi, berkolaborasi, atau sekadar mengucapkan terima kasih atas tulisannya yang telah terbit. 

Yang juga membanggakannya adalah keterlibatannya dalam penelitian di tujuh propinsi di Indonesia untuk mengetahui efektivitas sebuah program penanggulangan kemiskinan, yang kemudian dipublikasikan menjadi sebuah buku. Ia percaya bahwa Kemiskinan dan Ketimpangan merupakan isu yang mendesak untuk diurus dalam penelitian sosial. Oleh karena itu, ia akan terus mengembangkan riset-risetnya dalam tiga bidang utama, yakni Perilaku Korupsi?Seks?dan Konsumsi, karena ia menyimpulkan berdasarkan cermatannya bahwa ketiganya saling berjalin-berkelindan serta dengan satu dan lain cara berhubungan erat dengan soal-soal Kemiskinan dan Ketimpangan itu. Tantangan yang dihadapinya adalah mengintegrasikan ketiganya dengan bidang Psikoinformatika yang juga ditekuninya, khususnya mengantisipasikan bentuk-bentuk dan dinamika baru perilaku seksual, korupsi, dan konsumsi yang dimediasikan oleh teknologi.

Dalam Psikologi Korupsi, secara khusus ia menerbitkan karya tentang representasi makna-makna korupsi pada masyarakat Indonesia, lalu menyoroti tentang Kepalsuan Diri dan Emosi Moral sebagai fokus studinya. Menurutnya, gejala dasar yang urgen dan menantang untuk dijelaskan adalah ?maling teriak maling?, yakni pengalaman ?mental korup? keseharian?yang tidak harus selalu mengambil wujud berupa korupsi finansial?yang diiringi atau ditutupi oleh deklarasi diri bersih-dari-korupsi sambil menunjuk-nunjuk tentang betapa koruptifnya orang lain. Akibatnya, situasi jiwa tersebut secara akumulatif menghancurkan integritas, rasa malu dan rasa bersalah orang itu sendiri. Dengan tak kenal lelah, Juneman menyelidiki berbagai alur psikologi-sosial kompleks di balik gejala tersebut. Ia mengklaim bahwa banyak perilaku korupsi yang akan mampu dicegah sejak dini berbasis risetnya yang, harapannya, ujungnya akan bermuara pada meningkat pesatnya daya saing bangsa Indonesia tanpa korupsi.

Penggemar pertunjukan teater, jazz ringan, dan lagu-lagu Engelbert Humperdick dan Frank Sinatra ini memiliki mimpi untuk mentransformasikan tulisan-tulisan ilmiahnya ke dalam bahasa yang jauh lebih ?nge-pop? agar dapat dinikmati oleh publik yang lebih luas serta membangun sebuah laboratorium psikologi sosial laboratorium psikologi sosial yang dapat dikelolanya secara langsung. Ia pun bergairah untuk terus memperjuangkan pendidikan bermakna bersama BINUS dan jejaringnya. 

Leave A Reply

Your email address will not be published.