Berita Nasional Terpercaya

Jember Kota Karnaval Dunia

0

JEMBER, HarianBernas.com ? Jember, sebuah kota kecil setingkat kabupaten di Jawa Timur, kembali mengukir prestasi dunia. Setelah 15 kali menggelar acara Jember Fashion Carnaval (JFC), maka pada perhelatan ke-16 tahun ini, Jember dinobatkan sebagai kota karnaval pertama di Indonesia oleh Kementerian Pariwisata RI. Jember bahkan juga menjadi kota karnaval ketiga terbesar dunia setelah Notting Hill (AS) dan Reunion (Prancis). Meski sudah berpengalaman 15 kali menggelar acara, tetap saja ada kekurangan pada penyelenggaraan yang ke-16 tahun ini.

JFC memang telah menjadi sebuah agenda pariwisata luar biasa di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan pemasangan banner JFC di setiap stasiun, terminal dan bandara di sejumlah kota besar di Indonesia. Perhelatan JFC ini juga selalu dipadati ribuan wisatawan, domestik maupun manca negara.

Tahun ini, Jember Fashion Carnaval mengusung tema ?Victory Unity in Diversity?. Tema ini melambangkan kemenangan Indonesia dalam berbagaikompetisi kelas dunia. Salah satunya adalah predikat Best National Costume Male and Female Peagant. Kompetisi ini diikuti sekitar 50 hingga 80 negara.

?Victory juga menggambarkan kemenangan atas keberhasilan bangsa Indonesia menyatukan berbagai perbedaan (Bhinneka Tunggal Ika) kedalambingkai NKRI,? ungkap Dynand Faris, Founder sekaligus Presiden JFC,dalam keterangan tertulis yang diterima Bernas, Sabtu (22/7).

Jember sudah berpesta sejak Rabu (9/8) dan puncak acara JFC berlangsung Minggu (13/8) kemarin. Selama lima hari berturut-turut,berlangsung opening session (Rabu, 9/8), Kid Carnival dan Art Wear Carnival (10 dan 11 Agustus), dan Wonderful Archipelagoi Carnival Indonesia (WACI) pada Sabtu (12/8) berupa penampilan dari berbagai daerah.

Namun, sebenarnya JFC ke-16 ini secara resmi diluncurkan oleh Menteri Pariwisata RI, Arief Yahya, di Balairung Soesilo Soedarman, Gedung Sapta Pesona, jakarta, pada Kamis (20/7) malam.

Puncak acara JFC ke-16, Minggu (13/8), dimeriahkan dengan acara pembukaan berupa defile yang menampilkan para penari dan pemain gamelan Sriwijaya dari Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. Kemudiandilanjutkan dengan JFC International Exhibition, JFC International Conference, JFC Kids Carnival, JFC Artwear Carnival, Wonderful Archipelago Carnival Indonesia (WACI), dan ditutup dengan JFC Grand Carnival.

Istimewanya, pada acara puncak JFC atau Grand Carnival dihadiri PresidenJoko Widodo dan Menteri Pariwisata. Grand Carnival dibuka Presiden JokoWidodo pada pukul 13.00 WIB. Area pertunjukkan JFC sudah diamankanuntuk menyambut kedatangan Presiden dan sejumlah menteri.

Pantauan Harian Bernas di lokasi JFC, para tamu undangan danpengunjung yang memiliki tiket mulai berdatangan sejak pagi. Namun, mereka yang sudah datang kebingungan karena tidak ada tanda untuk tiket yang dibagi menjadi beberapa kelas seperti Platinum, Gold dan Silver.

Menjelang karnaval dimulai tim ?quality control? sudah membersihkan area, seperti membersihkan sampah di area catwalk pergelaran JFC. Area penyelenggaran JFC juga sudah ?clear? karena dihadiri oleh PresidenJokowi dan sejumlah menteri.

Setidaknya ada 10 tema yang disuguhkan untuk para pengunjung danwisatawan. Ke-10 tema unik itu antara lain Srivijaya Empire, Bali, King of Papua, Mystical Toraja, Siger Crown Lampung, Borneo, Chronicle of Borobudur, Mythical Toraja, Wonderful of Betawi dan Unity in Diversity.

Meski sudah dinobatkan sebagai kota ketiga karnaval di dunia, JFC ke-16 tahun 2017 ini masih saja ada sejumlah kekurangan yang bisa menjadi bahan evaluasi penyelenggeraaan JFC berikutnya. Pantauan Harian Bernas di lokasi, Minggu (13/8), para pengunjung, wisatawan, bahkan wartawankebingungan untuk menuju lokasi pertunjukkan.

Amat disayangkan, pintu masuk seluruh undangan atau pengunjung yang terbagi atas beberapa kelas itu hanya disediakan satu pintu. Semuapengunjung yang sudah datang pun masih tertahan di pintu masuk, termasuk para awak media.

Peristiwa ini diharapkan tidak terjadi pada JFC tahun depan. Menjadievaluasi, perlu adanya beberapa pintu masuk yang disediakan sesuaiundangan VIP dan VVIP serta tiket masuk platinum, gold, dan silver.

Menjelang perhelatan JFC ke-16 tahun 2017 ini, seluruh hotel di Jember penuh tamu. Tidak saja hotel berbintang, namun juga hotel kelas melati yang ada di kota maupun di pinggiran Jember. Banyak wisatawan yang hanya kebagian hotel kelas melati harus menelan kekecewaan, termasuk Bernas. Sebab, hotel kelas melati itu sama sekali tidak menyediadakan fasilitas handuk dan selimut untuk tamu-tamunya yang menginap.

?Kami tidak menyediakan fasilitas handuk dan selimut bagi tamu, karena biasanya di sini tamu-tamu hanya mengingap dua sampai tiga jam,? kata seorang petugas hotel kelas melati kepada Bernas.

Fenomena ?aneh? juga sempat dialami Bernas terkait dukungan Dinas Pariwisata setempat terhadap perhelatan JFC. Terkesan Dinas Pariwisata tidak mendukung acara yang sudah masuk event kelas dunia itu. ?Kita gak ada urusan dengan JFC. Jangan ikut karnaval. Kita ada acara sendiri,? kata seorang staf pariwisata kepada Bernas.

Pembukaan puncak acara JFC sendiri berlangsung cukup efektif, tidak bertele-tele seperti yang pernah dialami Bernas pada Solo Batik Carnaval beberapa waktu lalu. Pada JFC ke-16 tahun 2017 ini, seremoni pembukaan acara cukup singkat. Dimulai dengan hadirnya ibu negara Iriani didampingi isteri Gubernur Jatim ke lokasi acara pada pukul 12.45 WIB. Beberapa saat kemudian Presiden Jokowi tampak tiba di lokasi acara dengan berjalan kaki setelah sebelumnya sempat menyaksikan pameran kerajinan dan produk UMKM.

Di lokasi acara, Menteri Pariwisata Arief Yahya menyerahkan sertifikat ?Jember Kota Karnaval? kepada Bupati Jember, Hj Faida MMR. Dalam pidatonya, Presiden Jokowi Dynand Fariz untuk menggelar festival besar di Jakarta atau kota lain, paling tidak satu kali dalam tiga tahun. Meski begitu, Jember tetap menjadi kota karnaval pertama di Indonesia.

Dilihat dari kualitas kostum yang digelar di arena JFC ke-16 tahun 2017 ini, menurut pengamatan Bernas, kostum yang cukup menonjol kualitasnya adalah peserta dari Lampung dan Sumsel. Tentu saja juga 20-30 kostum hasil rancangan yang telah memenangkan berbagai event kompetisi tingkat dunia.

Bernas juga mencatat defile para penampil JFC ke-16 tahun 2017 ini kurang rapi. Kelompok-kelompok peserta defile hanya diberi waktu sekitar 15 menit. Namun, belum juga tenggang waktu itu habis, sejumlah panitia sudah berteriak-teriak agar bergegas meninggalkan arena. Terkesan tidak etis. Padahal, para pengisi acara itu sudah mempersiapkan diri sejak lama dan bahkan sudah hadir di sekitar lokasi acara sejak pagi hari.

Menurut pengamatan Bernas, tim Bali dan Papua tampil mengecewakan pada acara defile. Peserta dari Bali sama sekali tidak memperlihatkan warna Balinya. Yang paling mengecewakan adalah tim Papua yang sama sekali tidak memperlihatkan ciri khas Papuanya. Mereka tampil seperti pada acara fashion show biasa dan bahkan banyak pengunjung yang berteriak kecewa.

Meski begitu, JFC tetaplah aset nasional, terlepas dari kekurangan yang ada. JFC harus tetap ada dan harus kian lebih baik. Sejumlah kekurangan pada penyelenggaraan JFC ke-16 tahun 2017 ini hendaknya menjadi bahan evaluasi untuk penyelenggaraan tahun depan.

Leave A Reply

Your email address will not be published.