Wahai Guru, Bukalah Mata Hati Ketika Menilai Siswa Anda!

Bernas.id – Kriteria ketuntasan minimal merupakan aspek penilaian paling dasar dalam suatu pembelajaran. Dalam setiap siswa mempuyai kemampuan yang berbeda-beda sehingga harus ada minimalnya dalam penilaian. Ketentuan ini dibuat oleh guru mata pelajarannya masing-masing, setiap penghitungannya disesuaikan dengan aspek pembahasan tidak sekoyong-koyongnya guru menebak angka semua ada rumusannya.
Meskipun di Kurikulum 2013 pergantian KKM menjadi KBM, namun dalam kenyataannya tidak mendapatkan perubahan yang signifikan, hanya istilah saja yang berganti. Dengan adanya KBM, siswa dituntut untuk mempunyai nilai bagus. Padahal siswa sudah mentok dalam pemikirannya tapi kita mewajibkan meluluskan semua siswa dengan di atas KBM. Pembodohan di atas kesadaran, dengan rasa kasih sayang guru, siswa bisa lulus meskipun dia terus remedial. Maka bayangkanlah jika anak-anak tidak diberikan nilai dengan rasa yang penuh cinta oleh guru, akan kah siswa di atas KBM semuanya? Luar biasa bukan cintanya seorang guru.
Polemik ketidak beradaan KBM akan bisa mencetarkan penilaian siswa, maka apapun yang terjadi, KBM pasti ada. Pro dan kontra dalam dunia ini pasti bisa kita atasi bersama, diibaratkan dalam Kurikulum 2013 ini ada penilaian pengetahuan dan keterampilan. Rata-rata siswa sangat unggul dalam keterampilan, karena menurut riset kebanyakan anak-anak bisa konsentrasi dalam setiap pembelajaran hanya 20% saja.
Keseimbangan ini yang bisa dirasakan, meskipun hanya angka-angka yang bertegak lurus tapi berkat mereka lah kita bisa menggapai jenjang berikutnya. Angka adalah mantra yang sebenarnya dalam dunia pendidikan. Apapun yang mereka lakukan jika angka mereka rendah maka mereka harus siap mengalami resiko terburuknya.
Kunci ini semua bisa kita atasi bersama-sama, guru harus bisa membuka mata hatinya terhadap nilai siswa, jangan sesekali melihat mereka dari segi angka saja. Kita harus melihat dari segi ketika mereka sedang proses pembelajaran, terlihat klasik tapi harus diingatkan terus menerus supaya kita tidak lupa. Tanpa adanya siswa apalah arti kita, ketidaktuntasan siswa harusnya jadi bahan evaluasi untuk kita bersama, bukan malah menyalahkan mereka semua. Harus berjuang untuk memajukan siswa, karena kepintaran itu berawal dari pembelajaran yang bermutu.