Hai, Gamers! Berhentilah Sejenak dan Keluarlah, Jodohmu Menanti Di Luar Sana

Bernas.id – Di tahun 2006, The New York Times edisi musim panas mempublikasikan sebuah rangkaian artikel berjudul 'The New Gender Divide', yang di dalamnya mengulas tentang bagaimana tren perilaku remaja dan dewasa muda, baik laki-laki dan perempuan. Salah satu ulasannya, adalah bagaimana laki-laki muda sekarang cenderung lebih senang berada di depan layar kaca bermain video games atau permainan realitas virtual lainnya, dibandingkan dengan bersama teman wanitanya. Sebaliknya, bila mereka datang ke sebuah pesta anak muda, para gadis akan merengut cemberut, karena terabaikan oleh para bujang yang berkumpul meringkuk di depan layar permainan atau menonton pertandingan olahraga.
Di fitur artikel tersebut digambarkan seorang gadis yang akhirnya memutuskan hubungan dengan pacarnya setelah negosiasi cukup alot. Pacarnya bilang hanya bisa mengurangi waktu nge-game hingga 15 jam seminggu saja, tidak bisa dibawah itu. Yang akhirnya menimbulkan percekcokan dan putus hubungan. Bahkan, dalam artikel New York Times tersebut disebutkan tentang pantauan dari para administrator universitas, yang menyebutkan semakin banyak dari para mahasiswa laki-laki yang sama sekali tidak tertarik untuk bertemu dengan wanita muda, atau bahkan bersosialisasi dengan mahasiswa laki-laki yang lain. Mereka malas berurusan dengan siapapun, bahkan malas hadir di perkuliahan.
Hal ini menjadi pertimbangan serius karena bila laki-laki sudah memilih video games daripada keluar mencari jodohnya, berarti secara tidak langsung sudah memutuskan tali perjodohannya. Coba lihat bagaimana penampilan gamers yang biasa terlihat. Mereka bisa bermain tanpa henti berjam-jam, tidak mandi dan tidak makan. Badan kurus, bau, tidak terurus. Mata cekung dan ekspresi wajah datar tanpa usaha untuk peduli terhadap apa yang terjadi di sekitarnya. Belum lagi bila terlalu sering duduk, maka otot-otot badan akan kendur dan menimbun lemak di sana-sini.
Memang, main games terlihat lebih mudah dilakukan dibanding dengan berkomunikasi dengan orang-orang di luar sana. Aturan dalam video games jelas, sementara bergaul dengan orang lain tidak ada rambu-rambu yang jelas. Apalagi berhubungan dengan wanita, yang sering rumit dengan berbagai kode dan signal-signal membingungkan. Betul juga kalau beberapa gamers ada yang mendapat penghasilan dari games yang dimainkan. Belum lagi bila mendapat penghargaan dan julukan 'The Master' dari games yang dimainkan, biasanya akan mendapat hasil yang besar juga. Hanya saja, dari sekian juta gamers, berapakah yang bisa sampai di tingkat itu dan berapa waktu yang sudah terbuang? Bagaimana bila jodohnya sesama gamers juga, berarti harus rajin nge-game biar ketemu. Tentu saja bisa, namun dari sekian juta pemuda dan pemudi, yang menjadi gamers hanya sebagian kecil saja. Tetap lautan bebas lebih memberikan pilihan lebih banyak daripada hanya di kolam, bukan?
Segala sesuatu yang baik dan penuh berkah tidak pernah teraih tanpa perjuangan. Pepatah bijak mengatakan, bila ingin permohonan dikabulkan, maka harus mengorbankan apa yang menjadi kesukaan. So, Gamers … pilihan sebenarnya sudah di tangan. Jodoh menanti untuk ditemukan, bukan menunggu untuk dihampiri seperti permainan realitas virtual. Bila mau membuka pintu dan keluar, jodoh pun akan didekatkan. Amin.