Berita Nasional Terpercaya

Sebab Menumpuknya Hutang Indonesia Karena Para Ibu, Benarkah?

0

Bernas.id – Hutang! Apa yang terbayang dalam pikiran kita jika terlintas kata tersebut? Tentu saja, hutang adalah suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh pihak peminjam terhadap pihak yang meminjamkan.

Tidak hanya masyarakat ekonomi ke bawah yang memiliki hutang, banyak orang-orang dari kelas elit, perusahaan, lembaga, bahkan sebuah negara juga tak terlepas dari hal tersebut, meskipun dengan skala kerumitan yang lebih tinggi.

Biasanya dalam skala besar, hutang digunakan untuk keperluan modal atau tambahan pembangunan bagi perusahaan ataupun negara. Tercatat hanya beberapa negara didunia yang tidak memiliki hutang sama sekali.

Lalu bagaimana dengan Indonesia?

Meskipun negara ini disebut sebagai serpihan surga yang tertinggal, karena sumber daya alam yang melimpah, namun ternyata negeri yang merdeka pada tahun 1945 ini belum mampu terlepas dari jeratan hutang, bahkan terus bertambah setiap tahunnya.

Berdasarkan Statistik Utang Luar Negeri Indonesia pada bulan November 2017, jumlah utang luar negeri (ULN) swasta naik 4,2 persen atau sebesar 170,6 miliar dolar AS, setara Rp 2.303 triliun. Pertumbuhan itu lebih tinggi dibandingkan bulan Oktober 2017 yang 1,3 persen.

Sedangkan jumlah ULN publik, atau milik pemerintah dan Bank Sentral, sebesar 176,6 miliar dolar AS atau Rp 2.384 triliun yang tumbuh 14,3 persen, meningkat dibanding Oktober 2017 yang sebesar 8,4 persen.

Tidak seperti beberapa negara maju yang bahkan tidak memiliki sumber daya alam, seperti Jepang yang terpaksa mencari penghasilan lain untuk memajukan negaranya, Indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah, sehingga sangat pantas jika Indonesia mampu berdiri tanpa dibebani hutang.

Namun kualitas sumber daya manusia dinilai kurang mampu untuk mengelola kekayaaan yang dimiliki, sehingga banyak pengelolaan sumber daya alam yang justru diberikan kepada pihak asing, seperti freeport, sehingga kita harus rela berbagi hasil yang nilainya tidak sedikit.

Bayangkan, jika Indonesia mampu mengelola sendiri sumber daya alamnya, berapa banyak keuntungan yang akan kita dapatkan?

Namun, nampaknya masyarakat Indonesa masih merasa berada di zona aman, sehingga belum merasa perlu untuk bersungguh-sungguh dalam mengoptimalkan kualitas sumber daya manusianya. Padahal, cepat atau lambat sumber daya alam pasti akan habis, dan kita akan dihadapkan pada persaingan global yang semakin ketat.

Peran para ibu tentu sangat penting dalam mengoptimalkan kualitas sumber daya manusia, karena sebagai guru pertama bagi anak-anaknya, seorang ibu seharusnya mampu memberikan pemahaman yang baik tentang nasionalisme dan kepedulian terhadap kemajuan bangsa.

Ironisnya, taraf pendidikan bagi para ibu di Indonesia masih tergolong rendah, sedangkan bagi mereka yang berpendidikan tinggi lebih memilih untuk berkarir dan menyampingkan perkembangan anaknya. Mereka menganggap sudah cukup memasukan anaknya di sekolah terkemuka atau kursus, sehingga tidak sedikit putra-putri bangsa yang cerdas justru memilih mengabdikan diri di luar negeri.

Tentu saja, hal ini tidak bisa dibebankan hanya kepada para ibu, namun juga tanggung jawab dari pemerintah, serta kesadaran masyarakat umum agar dapat lebih peduli terhadap masa depan bangsa, sehingga kita tidak terus terlena pada kekayaan alam yang bisa saja akan segera habis.

Leave A Reply

Your email address will not be published.