Bernas.id – Beberapa waktu yang lalu dunia pendidikan di Indonesia digegerkan dengan peristiwa meninggalnya guru Budi. Guru di salah satu SMA di wilayah Sampang. Beliau meninggal ditangan muridnya sendiri. Bermula dari teguran beliau dan berakhir dengan maut. Dengan tragedi inilah menunjukkan bahwa pelajar di Indonesia mengalami krisis moral yang sangat parah.
Pelajar yang dulunya sangat sopan dan dan santun terhadap guru sekarang berangsur-angsur luntur dan dapat dikatakan hilang. Teguran dan bahkan sanksi yang diberikan guru dalam rangka untuk mendidik, justru menjadi senjata makan tuan bagi guru yang melakukan teguran tersebut. Tidak sedikit pelajar sekarang yang lebih bangga melakukan kesalahan daripada kebaikan. Dan itu sangat tidak mencerminkan sebagai seorang pelajar yang terdidik.
Sebenarnya di luar masih banyak guru Budi yang lain. Di sisi lain juga banyak guru yang melakukan pembiaran terhadap siswa didiknya. Semua itu dilakukan bukan karena tidak profesionalnya seorang guru, melainkan karena guru tidak mau ambil resiko yang mengancam jiwa bahkan nyawanya. Lalu dengan kejadian seperti ini siapa yang akan disalahkan? Pastinya semua tidak mau disalahkan.
Berawal dari sinilah seharusnya kita semua membuka mata kita lebar-lebar biar dapat melihat dengan jelas dimana letak kesalahan dunia pendidikan di negeri ini. Kita tidak perlu menyalahkan satu sama lain. Sebaiknya masing-masing intropeksi diri. Berbenah diri itu pasti, jangan menunggu korban Budi-Budi berikutnya. Ini semua menjadi PR dari berbagai unsur. Meliputi orang tua, lembaga pendidikan dan Pemerintah.
Sebagai orang tua yang bijaksana harus mampu melakukan filter terhadap semua laporan anak tentang kejadian yang dialami anak selama di sekolah. Tidak perlu gegabah dalam mengambil keputusan dan mengambil tindakan. Perlunya memastikan akar masalah dengan pihak terkait. Orang tua harus melakukan bimbingan kepada anak, karena pendidikan pertama seorang anak didapat dari orang tua, begitu juga dengan penanaman karakter dan budi pekerti seorang anak.
Orang tua yang baik yaitu yang mampu memberikan fungsi afektif, kasih sayang, pengawasan serta mendidik. Maka dari itu orang tua tidak seharusnya cuci tangan dengan segala problema yang dialami anak. Anak adalah aset yang nantinya akan kembali kepada orang tua itu sendiri. Ibarat menanam bila dirawat dan dijaga pasti akan memanen, begitu juga dengan anak.
Lembaga pendidikan pun sebaiknya juga melakukan pembenahan diri. Alangkah sangat baik kalau melakukan review, meski selama ini lembaga pendidikan lah yang selalu dikambinghitamkan jika peserta didiknya bermasalah. Karena kesalahan itu bisa terjadi kepada siapapun tanpa terkecuali. Dan yang sangat hebat itu kalau mampu menemukan kesalahan dan mau memperbaiki.
Pemerintah juga tidak selayaknya menutup mata dengan keadaan dunia pendidikan yang terjadi saat ini. Permasalahan ini perlu uluran tangan dari pemerintah. Pemerintah dapat andil kerja di dalamnya. Perlunya perlindungan hukum yang kuat bagi penyelenggara pendidikan (guru) perlu dipertegas lagi. Karena tidak sedikit temuan di negeri ini bahwa seorang guru harus berurusan dengan hukum karena melakukan sanksi terhadap peserta didik dengan alasan pelanggaran HAM.
Dengan kuat dan tegasnya hukum yang melindungi guru, maka guru akan semakin nyaman dalam melaksanakan tugasnya dalam mentransfer ilmu kepada siswa didiknya. Selain itu juga akan menambah kewibawaan seorang guru di mata siswa. Perundangan-undangan yang tegas mengatur pendidikan karakter bagi semua jenjang pendidikan juga dibutuhkan.
Pendidikan adalah tanggung jawab kita semua. Ini kepentingan bersama maka sudah selayaknya jika kita bersatu dan bertekad melakukan perbaikan. Tidak dipungkiri bahwa majunya sebuah negara bila dibarengi dengan pendidikan yang maju. Dari kisah guru Budi kita bisa mengambil hikmah yang sangat besar. Kita juga wajib berterima kasih kepada beliau, karena telah menyadarkan dari kelengahan selama ini. Berpangku tangan tentang dunia pendidikan harus diakhiri. Kembali ke peran dan tugas masing-masing untuk memujudkan pendidikan Indonesia yang berkualitas dan berkarakter luhur.