Terungkap! Ini Dia Rahasia Angpao Dalam Perayaan Imlek

Bernas.id – Dalam perayaan imlek, ada satu sesi yang selalu ditunggu-tunggu, yaitu saat pembagian 'angpao'. Sudah menjadi rahasia umum bahwa isi dari 'angpao' itu sendiri adalah sejumlah uang yang selalu dinanti. Nah, berikut ada 3 point penting mengenai 'angpao' yang jarang diketahui umum. Penasaran kan? Ayo, kita simak!
1. Mengapa 'angpao' berwarna merah?
'Angpao' dalam bahasa mandarin disebut 'Hong Bao' yang berarti amplop merah. Orang Tionghoa sangat menyukai warna merah karena melambangkan kebaikan dan kesejahteraan sehingga diharapkan para penerima 'amplop merah' tersebut akan mendapatkan kegembiraan dan semangat yang berujung pada nasib yang baik. Namun, penggunaan 'angpao' tidaklah sebatas perayaan Imlek saja. Sesuai dengan simbolnya yang mempresentasikan kegembiraan, kesejahteraan dan membawa nasib baik, 'angpao' juga digunakan dalam peristiwa gembira lainnya, seperti pernikahan, ulang tahun, syukuran rumah baru, hadiah kelahiran anak dan berbagai peristiwa sukacita lainnya sebagai hadiah. Bagaimana dengan peristiwa dukacita seperti kematian? Biasanya orang Tionghoa menggunakan amplop berwarna putih. Seiring perkembangan zaman, kini warna 'angpao' tidak hanya merah tapi juga kuning keemasan ataupun pink yang dilengkapi dengan gambar dan hiasan yang memikat.
2. Siapa yang memberikan dan menerima 'angpao'?
Di dalam budaya orang Tionghoa, lazimnya yang wajib memberikan 'angpao' adalah orang yang sudah menikah karena orang-orang yang telah menikah dianggap telah dewasa. Pernikahan juga dianggap simbol kemandirian secara ekonomi. Dengan pemberian 'angpao' dari yang sudah menikah ada harapan terselip bahwa nasib baik akan diberikan kepada sang penerima 'angpao', khususnya masalah jodoh. Lalu, siapa sajakah dalam tradisi yang biasa menerima 'angpao' ?
- Anggota keluarga yang dituakan, terutama orang tua dan kakek-nenek.
- Orang-orang yang lebih muda, belum menikah dan belum berpenghasilan.
- Anak kandung.
- Anak-anak kecil lainnya di samping anak kandung, misalnya keponakan atau sepupu.
- Karyawan.
Dalam perkembangannya, pemberian 'angpao' menjadi rancu. Ada yang menyatakan bahwa meskipun belum menikah tetapi apabila yang bersangkutan sudah memiliki penghasilan sendiri maka tidak perlu diberi 'angpao' lagi. Ada yang belum menikah tapi karena merasa sudah mapan secara ekonomi dan ingin memberikan 'angpao' maka uang tersebut langsung diberikan tanpa dibungkus amplop merah.
3. Berapa jumlah uang lazimnya dalam sehelai 'angpao'?
Besarnya uang di dalam 'angpao' bervariasi disesuaikan kemampuan ekonomi sang pemberi 'angpao'. Tapi, tetap tidak meninggalkan tradisi yang telah mengakar. Lazimnya dalam tradisi orang Tionghoa, untuk amplop yang bersifat sukacita maka jumlah uangnya genap sedangkan untuk peristiwa dukacita biasanya jumlah uangnya ganjil. Perlu diingat, dalam budaya Tionghoa, angka 'empat' yang bila dilafalkan dalam bahasa mandari adalah 'shi' yang berarti mati. Oleh karena itu, hindari jumlah uang dalam amplop menggunakan angka empat karena berarti ketidakberuntungan. Sebaliknya, orang Tionghoa sangat menyukai angka 'delapan' yang berarti 'kekayaan' sehingga jumlah uang di dalam amplop biasanya kelipatan angka delapan atau mengandung angka delapan.
Seiring perkembangan zaman, tradisi ini bersifat tidak mengikat dan bisa disesuaikan. Terkadang bagi keluarga kurang mampu, pemberian 'angpao' menjadi beban tersendiri. Jadi, lebih baik kita memandang makna 'angpao' secara luas dan jangan melihat jumlah uangnya saja. Dengan pemberian 'angpao' terkandung makna rasa saling berbagi, senasib sepenanggungan dan saling memberikan harapan baik atau berkat. Sebaiknya 'Angpao' diterima dengan rasa syukur berapapun isinya.