Berita Nasional Terpercaya

Awali Masa Reses, Mbah Bardi Kunjungi 3 Bank BUMN di DIY

0

YOGYAKARTA, BERNAS.ID – Anggtota DPR RI Fraksi NasDem, H. Subardi, S.H, M.H melakukan reses masa sidang I ke Dapil DIY. Reses akan berlangsung selama 9 hari tanpa putus sejak 23 Desember 2019 hingga 31 Desember 2019. Diawali dengan kunjungan ke 3 bank milik BUMN yaitu PT Bank Rakyat Indonesia (tbk), Bank Mandiri, dan Bank Negara Indonesia (BNI) di DIY.

Mbah Bardi sapaan akrabnya, melakukan fungsi pengawasan DPR RI terhadap distribusi subsidi dari Negara dalam bentuk KUR (Kredit Usaha Rakyat) yang dikelola oleh beberapa Bank tersebut. Sebagai anggota Komisi VI DPR RI, Mbah Bardi menyampaikan bahwa pengawasan tersebut dilakukan untuk melihat sejauh mana distribusi KUR dapat meningkatkan perekonomian dan memperbaiki taraf hidup masyarakat. Serta melihat apakah program subsidi KUR mampu memberi revenue atau justru memberi kerugian bagi Bank penyalur KUR.  

Hingga Desember 2019 distribusi KUR di DIY dapat dikatakan cukup maksimal kepada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Selama tahun 2019, BRI mampu menyalurkan 1,80 Triliyun kepada 86. 070 debitur, sedangkan BNI menyalurkan sebanyak 200,75 Miliar. “Agar KUR dapat memberi dampak bagi pertumbuhan UMKM, dibutuhkan infrastruktur yang menunjang bukan hanya sekedar pendistribusian,” ungkap seluruh Kepala Kantor Wilayah BRI, Mandiri, dan BNI Yogyakarta yang ditemui Subardi secara terpisah pada hari Senin (23/12/2019).

Untuk itu, menurut Kepala Kantor Wilayah PT Bank Rakyat Indonesia (tbk) DIY, Dedi Juhaeni, pihaknya mengembangkan Rumah Kreatif BUMN untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pelaku UMKM. Senada dengan hal tersebut Regional CEO PT Bank Mandiri Region VII/Jateng & DIY, Maswar Purnama mengatakan KUR itu sangat bagus namun sifatnya hanya menyuapi pengusaha mikro dengan permodalan, satu hal yang penting dan harus dianggarkan oleh pemerintah adalah pengembangan kapabilitas pengusaha mikro. 

Hal lain yang disoroti oleh politisi partai NasDem ini adalah terkait debitur bermasalah, ?Mengidentifikasi debitur yang bemasalah menjadi penting untuk dapat mengevaluasi kekurangan dan memperbaikinya,? ungkap mbah Bardi. 

Setidaknya diketahui persoalan utama yang menyebabkan debitur menunggak atau tidak mampu membayar adalah karena usaha hanya didasarkan pada trend tanpa keahlian dan pengetahuan yang cukup, di sisi lain debitur tidak memiliki kelompok yang saling menguatkan. 

Namun demikian, nilai NPL (Non Performing Loan) dari Bank penyalur KUR di DIY sangat kecil, yaitu dari 2.500 debitur hanya 7 orang yang bermasalah. “Hal tersebut karena karakteristik pelaku UMKM di DIY konsisten melakukan pembayaran,” ungkap Pemimpin Wilayah PT Bank Negara Indonesia Kantor Wilayah Yogyakarta, Moh Hisyam.

Subardi menambahkan perlu adanya integrasi dari lembaga dan instansi terkait untuk melakukan pembinaan dan pendampingan terhadap UMKM. Dengan demikian akan mempermudah akses pelaku UMKM dalam seluruh tahapan proses mulai dari prduksi, perizinan, standardisas, dan akses pasar nasional hingga internasional. 

Karena dari kunjungan yang dilakukan, diketahui bahwa banyaknya izin yang tumpang tindih antar instansi dan lembaga satu dengan lainnya merupakan salah satu persoalan yang menghambat UMKM untuk berkembang, dengan demikian integrasi menjadi sangat penting dilakukan. 

Di akhir kunjungan Mbah Bardi bersama tim dari BNI berkunjung ke rumah produksi UMKM bumbu pecel dan gado-gado Mutiara Sari di Gamping Kidul, Sleman. Kepada Mbah Bardi, pemilik UMKM tersebut Sujiono menyampaikan bahwa dengan mengakses dana KUR mereka bisa menghasilkan produksi yang jauh lebih banyak. Namun saat ini yang menjadi persoalan besar bagi usaha bumbu pecel dan Gado-Gado Mutiara Sari bukanlah produksi namun pemasaran yang dinilai masih terbatas. ?Yang kurang pemasarannya, kalau produksinya sudah cukup,? ungkap Sujiono. (cdr)

Leave A Reply

Your email address will not be published.