Berita Nasional Terpercaya

PAHLAWAN HADAPI PANDEMI

0

Siapa sangka pandemi covid-19 di Indonesia masih terjadi hingga detik ini. Sudah ratusan jiwa melayang, meski para dokter hingga tenaga medis yang berjuang di garda terdepan sejak pandemi ini masuk ke negeri ini sudah berjuang sekuat tenaga, nyawa pula yang menjadi taruhan karena harus kontak langsung dengan pasien yang terinfeksi covid-19 itu. Mereka korbankan pula waktu bersama keluarga masing-masing demi melayani dan menyembuhkan pasien dari infeksi virus covid-19.

Apakah mereka bisa kita sebut sebagai seorang pahlawan? Sebuah pertanyaan yang tentu saja membuat kita berspekulasi dan sudah pasti jawabannya adalah iya. Para dokter dan tenaga medis memang tidak membawa senapan dan senjata lain untuk berperang layaknya pahlawan kemerdekaan kita, namun mereka punya senjata sendiri untuk maju ke dalam medan perang guna membasmi virus corona supaya hilang dari tubuh manusia yang terjangkit. Saat ini, para dokter dan tenaga medis layak kita hormati, apresiasi setinggi-tingginya, serta layak kita sejajarkan dengan pahlawan proklamator, pahlawan revolusi, bahkan pahlawan kebangkitan nasional sekalipun.

Mereka, para pahlawan yang mengemuka dalam masa pandemi covid-19, dengan kriteria bahwa mereka telah mengorbankan segala sesuatu demi penanganan wabah covid-19, mulai dari pencegahan penyebaran sampai kepada penanggulangan akibat covid-19, di seluruh aspek kehidupan yang telah terdampak. Oleh sebab itu, hanya kriteria untuk disebut sebagai pahlawan saja yang penulis jabarkan, menurut hasil pengamatan penulis semasa pandemi Covid-19. Kata kunci yang menjadi dasar utama bagi penulis untuk menyematkan gelar pahlawan kepada mereka adalah ?Pengorbanan?

Pertama yang akan kita bahas adalah tenaga medis. Seperti yang telah dituliskan di atas tadi bahwa mereka, para tenaga kesehatan tentu saja meliputi dokter, perawat, tenaga farmasi, bidan, dan lainnya, merupakan salah satu dari pasukan garda terdepan dalam menanggulangi covid-19. Ada satu sumpah yang membuat saya tersentuh, yaitu berbunyi, ?saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien, dengan memperhatikan kepentingan masyarakat?.

Telah terdengar di sana sini, banyak dari mereka yang tidak pulang ke rumah, selain karena tidak ingin keluarga mereka tertular covid-19, tidak ada waktu yang bisa mereka gunakan karena habis oleh pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien yang jumlahnya semakin melimpah ruah. Bahkan dalam pelayanan mereka, mereka juga bisa mengorbankan nyawa mereka sendiri, oleh sebab mereka sangat berpotensi besar tertular covid-19 secara langsung dari pasien. Semua itu mereka lakukan dan relakan, karena semata-mata demi pengutamaan kesehatan pasien, seperti yang tertulis dalam sumpah mereka.

Kedua kita tidak boleh melupakan aparat keamanan pula. Di masa PSBB saat ini di kota-kota besar. Dalam pembatasan sosial berskala besar yang disertai dengan imbauan pemerintah untuk beraktivitas dari dalam rumah, ada kemungkinan terjadi peningkatan kriminalitas di lapangan. Hal ini dilakukan oleh mereka yang mengalami pemutusan hubungan kerja karena perusahaan tempat mereka bekerja terkena dampak covid-19, sehingga harus menghentikan aktivitasnya. Mereka yang tidak bekerja ini, pastinya akan melakukan segala sesuatu demi mempertahankan kelangsungan hidupnya, tidak terkecuali melakukan tindakan kriminalitas. Di sinilah, aparat keamanan hadir sebagai pahlawan, karena telah mengorbankan waktu dan tenaga mereka lebih ekstra untuk menjaga keamanan dan kondusivitas situasi di lapangan, yang berpotensi terganggu karena tindakan kriminalitas. Selain itu, potensi keselamatan diri juga mereka pertaruhkan ketika menghadapi tindakan kriminalitas yang terjadi.

Ketiga yaitu relawan-relawan yang berada di desa. Mereka juga layak disebut sebagai pahlawan, karena Mereka inilah yang berhubungan paling dekat dengan seluruh masyarakat. Semasa pandemi covid-19, selain bertugas menjalankan pemerintahan Desa, mereka juga beroleh amanat dari pemerintah untuk menjadi relawan desa, dengan dibantu pihak lainnya yang tergerak hatinya dalam desa tersebut. Beberapa tugas mereka antara lain melakukan edukasi terkait pencegahan penyebaran virus corona, mendata kesehatan masyarakat desa, menangani masyarakat desa yang menderita covid-19, dan lainnya. Dalam segala pelaksanaan tugas mereka, tidak menutup kemungkinan adanya pertemuan tatap muka secara langsung antara mereka dengan masyarakat, sehingga potensi mereka tertular covid-19 semakin besar. Di sini, mereka tercatat telah berkorban bahkan sampai kepada kesehatan mereka sendiri, demi kepentingan seluruh masyarakat desa.

Keempat adalah kita sendiri yang aktif meskipun harus belajar dan bekerja dari rumah serta tidak lupa menjalankan serta mentaati aturan pemerintah. Sebagai contoh siswa, mahasiswa, guru, dosen, dan pekerja yang lain mereka tetap selalu aktif melaksanakan kegiatan masing-masing dari rumah. Kita harus mematuhi imbauan pemerintah terkait protokol kesehatan (memakai masker, cuci tangan, jaga jarak, dan lainnya). Kepatuhan kita sejatinya bersumber dari kesadaran pribadi berlandaskan rasa simpati dan empati atas keadaan sekitar yang terjadi. Bukan karena sekedar keterpaksaan untuk menuruti imbauan pemerintah, tetapi lebih didominasi oleh adanya perasaan senasib dan sepenanggungan sebagai bangsa Indonesia, sama-sama merasa menderita karena covid-19, yang berujung kepada kesimpulan perlunya gotong royong dalam mengendalikan penyebaran virus corona. Ya, kita mematuhi imbauan pemerintah demi kepentingan bangsa dan negara. Hal itu, membuat kita layak disebut sebagai seorang pahlawan dikala menghadapi pandemi ini

Akhirnya, siapa lagi kalau bukan kita yang bisa memutus rantai penyebaran virus corona ini. Memang saat ini masih banyak yang terjangkit, namun positifnya tingkat kesembuhan di negara kita tinggi dari angka kematian. Sudah saatnya, kita para pahlawan bersama berkolaborasi demi Indonesia yang sehat dan bebas dari pandemi covid-19.

Leave A Reply

Your email address will not be published.