Berita Nasional Terpercaya

Biji Kopi Nusantara Potensi Pengungkit Ekonomi Desa

0

OlehTri Budi Utama dan Sudjarwadi   

Pada hari Senin, tanggal 16 November 2020 larut malam, Situtena mendapat tulisan dari Tribud berjudul ?Biji Kopi Nusantara Potensi Pengungkit Ekonomi Desa?. Kita simak bersama dan direnung bersama di akhir alinea.

Mengawali aktivitas pagi ini sungguh nikmat ditemani kopi Arabika Cimbang Sinabung dari tanah Karo kiriman adik angkatan beberapa waktu yang lalu, taste fruity segarnya sungguh luar biasa. Pilihan biji kopi di rumah cukup beragam dari seluruh Nusantara, ada Arabika gunung Arjuna dan Argopuro (Jawa Timur), ada Arabika jungle bean asal gunung Slamet oleh-oleh dari anak mbarep. Ada Arabika Toraja dan Wamena, serta tentu Arabika Gayo yang terkenal, semua dengan rasa khasnya masing-masing. Kopi Nusantara memang tiada duanya dan kaya rasa. 

Studi terbaru yang diterbitkan dalam Alimentary Pharmacology and Therapeutics, minum kopi bisa melindungi hati kita dan membantu mencegah kematian akibat penyakit hati. Sekelompok peneliti di Australia meninjau data dari penelitian sebelumnya yang mencari hubungan antara kopi dan penyakit hati. ?Meningkatkan konsumsi kopi per kapita hingga lebih dari dua cangkir per hari berpotensi mencegah ratusan ribu kematian terkait hati setiap tahun jika efek kopi pada kematian terkait hati dikonfirmasi dalam uji klinis.? Demikian tulis Sarah Gardner dari unit transplantasi hati di The Austin Hospital di Australia. Gardner dan rekannya merujuk pada temuan penelitian sebelumnya yang menyebut, “Mereka yang minum 2-3 cangkir setiap hari memiliki penurunan risiko 38% karsinoma hepatoseluler (kanker hati primer) dan penurunan risiko kematian 46% akibat penyakit hati kronis”. 

Kopi diyakini baik untuk kesehatan, efek buruk kopi biasa datang dari zat campuran pada kopi instan dan kebiasaan ngopi sambil merokok, maka minumlah kopi asli bukan instan dan tentu tanpa gula dan rokok. Kopi tersebut enak dan sehat bukan berasal dari digunting tetapi digiling. 

Dalam 5 tahun terakhir pertumbuhan konsumsi kopi dalam negeri meningkat 8,22% per tahun, pertumbuhan gerai minuman kopi meningkat 171,96% dalam kurun waktu 2016-2019 (data Kemenperin). Kebiasaan minum kopi semakin menjadi tren terutama bagi masyarakat di perkotaan. Hal tersebut bisa dilihat di mana-mana. 

Kopi bukan lagi sekedar minuman tetapi sudah menjadi gaya hidup (life style), hal ini terutama didorong oleh faktor: pertumbuhan masyarakat kelas menengah; menjamurnya coffee shop specialty di seluruh penjuru negeri. Pada tahun 2014 muncul film ?Filosofi Kopi?. Industri pengolahan kopi masuk dalam sektor prioritas 2015-2035. Minat anak-anak milenial untuk menjadi barista dan Q-grader semakin tinggi, meskipun biaya pelatihan dan sertifikasinya cukup mahal.

Pada tahun 2016, konsumsi kopi dalam negeri Indonesia hanya 249,8 ribu ton, pada 2017 mencapai 276,2 ribu ton, dan 2018 menjadi 314,4 ribu ton, serta pada 2019 kembali mengalami kenaikan menjadi 355,5 ribu ton. Selain itu, 45 persen produksi biji kopi Indonesia telah terserap oleh industri nasional. Di satu sisi, ini adalah kabar baik karena artinya pasar lokal semakin kuat. Tapi di sisi lain, kapasitas ekspor juga harus diperhatikan supaya bisa ikut meningkat. Saat ini, lima negara yang menjadi pasar utama ekspor kopi Indonesia secara berturut-turut adalah Jepang, AS, Malaysia, Italia, serta Jerman. 

Pada akhir tahun 2018 sebanyak 23 kopi Indonesia (dari 11 produsen) mendapat penghargaan AVPA Gourmet di Paris. Kompetisi di Paris ini diikuti oleh 170 produsen kopi di seluruh dunia. Penghargaan ini cukup bergengsi sehingga mengangkat pamor kopi Nusantara di kancah perkopian dunia. Indonesia disebut sebagai surganya kopi dunia.

Indonesia menjadi produsen kopi terbesar ke-3 (760,9 ribu ton) setelah Brazil (3,56 juta ton) dan Vietnam (1,62 juta ton), disusul oleh Colombia (720,6 ribu ton) pada tahun 2019. Komposisi kepemilikan kebun kopi di Indonesia adalah: Perkebunan Swasta besar 22.437 Ha, perkebunan negara 20.056 Ha, dan perkebunan rakyat 1.215.539 Ha.  Kebun milik rakyat mendominasi luasan kebun kopi yang ada yaitu 96,7%, sehingga peningkatan produksi kopi jelas akan meningkatkan ekonomi petani kopi di pedesaan. 

Peningkatan pendapatan bagi petani kopi yang mencapai 1,3 juta rumah tangga di desa pasti juga akan berimbas pada kegiatan mata rantai ekonomi turunannya. Imbas positif tersebut akan dirasakan oleh pelaku pasca panen, mulai dari buruh petik, proses, pedagang, penyangrai (roaster) sampai kedai kopi dengan para baristanya. Tentu peningkatan kesejahteraan akan dirasakan oleh paling tidak 8 juta keluarga, lebih dari 30 juta jiwa. 

Salah satu karakter perkebunan rakyat adalah tanahnya yang terbatas serta metode tanamnya polikultur, terkadang menanam komoditas lain tergantung pada musim dan harga. Akibatnya produktivitas kebun kopi di Indonesia masih cukup rendah, hanya 600-700 kg/ha/thn sedangkan Vietnam 1500 kg/ha/thn, serta Brazil diatas 3000 kg/ha/thn. 

Kementerian Pertanian telah menargetkan produktivitas 2-3 ton/ha/thn pada tahun ini, melalui berbagai programnya, antara lain ; perbaikan manajemen kebun, penggunaan teknologi terbaru, penggunaan bibit unggul, dan permodalan yang lebih kuat. 

Peningkatan produktivitas dan kualitas kopi tak ayal lagi menjadi tanggung jawab seluruh pelaku tata niaga biji terlaris di dunia ini. Pemerintah telah mempunyai program di bidang pertanian, perdagangan, dan industri. Kemudian pengusaha, akademisi, dan kelompok tani punya peran masing-masing.

Pengusaha punya kepentingan langsung akan jaminan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas suplai biji kopi. Beberapa pemilik cafe, coffee shop, dan roaster telah menjalin kemitraan langsung dengan petani kopi. Hal ini untuk menjamin tersedianya biji dengan kualitas yang dikehendaki. Mereka memberikan pendampingan langsung bagaimana merawat tanaman dengan benar, bahkan beberapa menghendaki organik. Kepastian protokol pasca panen diterapkan dengan tertib, misal hanya berry merah yang dipetik, kemudian mengupas, menjemur, grading, dan penyimpanan harus dilakukan baik. Jika banyak pengusaha melakukan hal yang sama tentu dampaknya luar biasa. 

Akademisi dan peneliti punya peran penting dalam budidaya dan budaya perkopian ini. Bagaimana menemukan dan mengembangkan bibit unggul, perawatan yang efisien, dan pemberantasan hama dan penyakit. Termasuk mengembangkan dukungan coffee culture yang menarik, minum kopi dengan benar, sadar kesehatan, dan menghadirkan kepuasan.

Petani merupakan kunci pelaksana dengan harapan memperoleh penghasilan lebih baik, akan dapat melaksanakan seluruh rangkaian budidaya kopi dengan tertib dan disiplin. Peningkatan kapasitas dan pendampingan sangat diperlukan. Wacana untuk mendirikan sekolah vokasi atau SMK berbasis produk lokal perlu dipertimbangkan. Misal SMK kopi di sentral produksi kopi, agar kesinambungan produk unggulan tersebut terjaga. Membangun ekonomi desa, komoditas kopi kombinasi dan sinergi dengan keseluruhan potensi lokal tentu menghasilkan solusi komprehensif dan terintegrasi. Marilah teman-teman muda yang berani, membangun desa untuk menjadi rujukan nusantara dan dunia ?. 

Leave A Reply

Your email address will not be published.