MENGENDALIKAN SUPERSPREADER

Kalau Anda termasuk yang memiliki kemungkinan berinteraksi dengan banyak orang, berhati-hati, karena bisa jadi Anda adalah Superspreader.
Akhir-akhir ini ketika kran perpindahan antar kota antar wilayah sudah mulai dibuka lebih leluasa, aktivitas masyarakat kita juga cenderung kembali menuju normal, Jalanan sudah mulai macet, tempat-tempat publik mulai penuh kerumuman, tempat wisata juga mulai ramai pengunjung, maka potensi interaksi orang juga semakin tinggi.
Superspreader merupakan orang yang memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk menginfeksi dari rata-rata jumlah orang. Peneliti Debora Mackenzie dalam artikelnya di laman New Scientist mengatakan bahwa sekitar 10% kasus dapat bertanggung jawab hingga 80% penularan.
Seseorang masuk dalam kelompok superspreader tergantung pada beberapa hal, antara lain patogen dalam tubuh si pasien, kondisi biologis pasien, dan perilakunya dalam komunitas. Perilaku seseorang, mobilitasnya, dan banyaknya kontak dengan orang lain juga berpengaruh terhadap kemungkinan seseorang menjadi superspreader.
Menurut Pandemic Talks, super-spreader dapat terjadi dalam tiga kondisi. Pertama, terjadi pada ruangan yang tertutup dengan sirkulasi udara yang buruk. Kedua, transmisi menyebar saat durasi pertemuan yang lama. Ketiga, terjadi ketika berada di keramaian dengan jarak yang berdekatan.
Artinya saat kita berada dalam situasi di atas, selain ancaman penularan lebih tinggi, superspreader juga berpotensi menulari lebih banyak orang. Resiko paling tinggi saat ketiga situasi tersebut terjadi dalam waktu yang sama dan di tempat yang sama.
Beragam tempat seperti transportasi publik, gedung perkantoran, tempat kebugaran tertutup (gym), pabrik, bioskop, tempat ibadah, sekolah, hingga hotel dapat memunculkan situasi penularan super-spreader.
Di Indonesia, belum lama ini terdapat dua klaster yang menjadi sarana superspreader, antara lain, Klaster Pesantren dan Klaster Pabrik. Klaster Pesantren terjadi di sejumlah daerah seperti Banyumas (126 kasus), Sleman (92 kasus), dan Sleman (27 kasus), Bantul (192 kasus). Sementara Klaster Pabrik terjadi di sejumlah pabrik di Bekasi seperti Epson (1.381 kasus) dan LG (250 kasus), juga Kawasan Industri Semarang (200 kasus).
Akhir november ini total penambahan kasus di Indonesia 538.883 kasus konfirmasi positif dengan penambahan sampai hari Minggu (29/11) kemarin sebanyak 6.267 orang.
Nampaknya kita masih harus superketat menerapkan protokol 3M dan 3T untuk mengendalikan laju penularan virus corona ini. Apalagi sebentar lagi penyelenggaraan pilkada serentak dan liburan akhir tahun.
Kecenderungan kejenuhan orang untuk work from home, dan juga dampak panjang pandemi terhadap ekonomi membuat sebagian orang sudah mulai kendur dalam menerapkan protokol kesehatan, bahkan seolah sudah tidak takut lagi. Padahal bisa jadi seseorang adalah superspreader, positif terjangkiti virus yang tanpa gejala, namun berinteraksi dengan banyak orang dan semakin menyebarkan virus secara luas.
Maka dari itu, pastikan lakukan rapid test atau swab test sebelum dan sesudah melakukan aktivitas dalam 3 kondisi di atas.
Yogyakarta, 30 November 2020
Cahyadi Joko Sukmono
Pemimpin Redaksi