Keraton Yogyakarta Gelar Acara Hadeging Nagari 274 Secara Virtual

YOGYAKARTA, BERNAS.ID – Di tengah masa pandemi, Keraton Yogyakarta tetap menggelar peringatan ulang tahun yang ke-274, bertajuk 'Pengetan Hadeging Nagari Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat 274' pada Selasa (12/01) dan Rabu (13/01).
Acara yang diselenggarakan tertutup untuk umum dan terbatas ini digelar di serambi Kagungan Dalem Masjid Gedhe Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat secara langsung dan daring. Semua yang hadir pun diharuskan mematuhi protokol kesehatan seperti menjaga jarak, mencuci tangan, cek suhu tubuh, dan memakai masker.
Seperti diketahui, Keraton Yogyakarta adalah penerus dari Kerajaan Mataram di Tanah Jawa. Lahirnya Keraton Yogyakarta berdasarkan Perjanjian Giyanti pada tahun 1755/ Be 1680. Berdasarkan perjanjian tersebut, Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono I memproklamasikan berdirinya Kesultanan Yogyakarta pada tanggal 29 Jumadilawal Be 1680.
Pada hari Selasa (12/01) dan Rabu (13/01) yang bertepatan dengan 29 Jumadilawal Jimakir 1954, Keraton Yogyakarta menggelar acara peringatan ulang tahun ke-274 bertajuk Pengetan Hadeging Nagari Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat 274. Acara hari pertama digelar Mujahadah Akbar, sementara hari kedua digelar Semaan Al Qur'an yang ditutup dengan Tausyiah dan doa oleh Habib Luthfi bin Yahya.
Dalam kesempatan tersebut, Sri Sultan Hamengku Bawono X mengajak warga bersyukur atas peringatan ini.
“Peringatan Hadeging Nagari ke 274 ini, kebetulan berada di tengah tahun perubahan secara mendasar di segala aspek kehidupan oleh sebab dampak pandemi covid-19. Sementara Islam adalah agama yang mengajarkan perubahan agar hari ini lebih baik daripada hari kemarin agar kita tidak merugi. Diharapkan kesan yang akan kita bawa pulang nanti adalah jalan menuju kedamaian hati bagi kita semua. Untuk itu, izinkan saya menyampaikan terima kasih yang dalam dan teriring doa semoga beliau (Habib Luthfi, red) selalu dikaruniai kesehatan dan kekuatan untuk syiar Islam terutama kepada kalangan bawah tentang Islam yang penuh kedamaian, yang rahmatan lil 'alamin,” pesannya.
Ditambahkannya, Rasulullah SAW dalam sirrah kenabian menggambarkan betapa agama Islam melakukan perubahan besar-besaran pada masyarakat jahiliyah Mekkah menjadi berperadaban. Perubahan memang jalan terbaik untuk mengubah kehidupan sejarah umat manusia agar menjadi lebih manusiawi.
“Dengan menggelar Mujahadah Akbar dan Semaan Al Qur'an, semoga kita semua memperoleh ridho Allah SWT sehingga dapat menunaikan misi kehidupan kita masing-masing dengan penuh tanggungjawab di jalan lurus-Nya”, pungkas Ngarso Dalem dalam sambutannya secara virtual dari Gedong Jene Keraton Jogja.
Sementara itu, Dr (HC) Habib Luthfi bin Yahya, dalam tausyiahnya secara virtual menyampaikan bahwa dengan peringatan Hadeging Nagari ke 274 ini untuk mengingatkan kita semua agar tidak melupakan sejarah, karena dengannya akan meningkatkan rasa nasionalisme, rasa memiliki dan handarbeni, umumnya pada tanah air Indonesia dan akan memperkokoh NKRI.
“Peringatan-peringatan tersebut tidak cukup Hadeging Nagari saja, bahkan seperti haul para sesepuh pinisepuh, haul para ulama, para tokoh, untuk mengingatkan kembali kepada regenerasinya, sebab apa beliau-beliau itu dapat berhasil dalam perjuangannya dan apa yang dimiliki mereka dalam berjuang untuk bangsa, agama dan negaranya,” ujarnya.
Habib Luthfi bin Yahya yang menyampaikan tausyiah dan doa penutup dari Pekalongan tersebut juga berterimakasih kepada Sri Sultan HB X yang telah menyelenggarakan acara ini.
“Mari kita menjadi bangsa yang mampu meneruskan cita-cita dan perjuangan para leluhur sehingga terciptanya baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur, sehingga regenerasi kita mampu menjawab tantangan umat dan tantangan bangsa,” pungkasnya.
Selama acara berlangsung, masyarakat ikut mengikuti siaran langsungnya melalui Youtube Channel Kraton Jogja, Channel Kawedanan Pengulon dan MT Darul Hasyimi. (nch)