Kondisi Pariwisata Halal di Tengah Pandemi Covid-19

YOGYAKARTA, BERNAS.ID – Dalam masa pandemi covid-19 ini, pariwisata halal mengalami peningkatan omset, berbeda dengan lainnya yang mengalami penurunan, terutama pada sektor kuliner halal. Hal ini diungkapkan oleh Ketua Perkumpulan Pariwisata Halal Indonesia (PPHI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Taufik Ridwan, Sabtu 20 Februari 2021 melalui sambungan telepon kepada bernas.id.
“Halal itu terjemahannya tidak mesti harus berlabel Islam ya, tapi halal itu adalah sehat dan menyehatkan. Saat ini orang-orang kalau mau makan mencari makanan yang halal, yang menyehatkan, sehingga booming dunia kuliner terutama yang halal itu menjadi terangkat,” ujarnya.
Selain sektor kuliner, pariwisata halal yang mengalami peningkatan omset adalah pantai dengan moslem friendly tour destination. “Karena secara tidak langsung ditempat itu diajarkan jaga jarak, karena dipisahkan antara yang wanita dan laki-laki. Dan disitulah pariwisata halal mendapat kepercayaan dari masyarakat untuk lebih berkembang lagi,” tambah Taufik Ridwan.
Yang lain, sambungnya adalah muslimah salon, karena dalam setiap pelayanannya selalu mengedepankan kebersihan, kesehatan, dan menjaga perawatan secara syar'i malah mendapatkan omset yang lebih, ketimbang yang tidak seperti itu. “Ada juga yang menggunakan layanan panggilan ke rumah, menghindari kerumunan,” katanya.
Semua anggota PPHI, ditengah pandemi ini disebutkan Taufik Ridwan mendapatkan hikmah. “Teman-teman yang bergabung di PPHI ini Alhamdulillah ada pandemi ini ada hikmahnya, bahwa orang semakin tidak sembarangan untuk mencari destinasi, baik merawat diri, merawat jiwa dalam rangka piknik,” terangnya.
Meskipun, secara umum ditambahkan Taufik Ridwan, ada juga anggota PPHI yang terdampak, seperti sektor transportasi, dan hotel syariah yang sempat mengalami keguncangan. “Untuk perhotelan, transportasi dan destinasi wisata ada penurunan hingga 70 persen, berbeda dengan kuliner,” tambahnya.
Dijelaskan Taufik Ridwan, saat ini PPHI telah memiliki anggota sebanyak 213 anggota yang tersebar di Yogyakarta dari berbagai macam pelaku pariwisata. “Kuliner, katering, salon kecantikan, busana, pengelola hotel, pengelola transportasi, jasa pariwisata, konsultan pariwisata. Dan semuanya Alhamdulillah aktif, tapi ada beberapa restoran yang off dulu berhenti beroperasi tapi tidak bubar,” katanya.
Bahkan ada juga Restoran anggota PPHI yang telah membuat kreasi berbeda ditengah pandemi ini, kalau biasanya restoran menyediakan makanan masak, namun kali ini mereka menyajikannya dalam bentuk bahan mentah. “Jadi bisa beli berasnya, cabainya, lauknya, tapi semuanya mentahan,” imbuhnya.
Taufik Ridwan berharap agar pemerintah lebih bijaksana dalam situasi pandemi. “Jangan sampai dalam suasana seperti ini malah diuber-uber pajak dan sebagainya,” tandasnya.
Terpisah, Pemilik Azzahra Spa Muslimah, Nur Aisyah Haifani yang merupakan anggota PPHI menyampaikan diawal pandemi, dirinya sempat menutup usahanya pada bulan maret dan kembali dibuka pada bulan Oktober 2020. “Itupun secara perlahan, dari dua gerai, kami buka satu gerai dulu,” katanya.
Dan untuk mengantisipasi hal terburuk dalam situasi pandemi, dijelaskan Aisyah, kini pihaknya membuka layanan online dengan sistem homecare. “Jadi kami melayani panggilan, itupun hanya pelanggan tetap saja,” katanya.
Bahkan dari 12 karyawan yang dimilikinya, kini dia hanya memiliki 8 karyawan khusus untuk homecare. “Sekarang pun sistemnya kami bagi hasil karena situasinya masih ditengah pandemi,” ucapnya.
Aisyah berharap kedepannya ada kepastian ekonomi untuk pengusaha-pengusaha, dan covid-19 segera hilang, serta perekonomian kembali normal. “Pengusaha agak berat dengan situasi seperti ini, dan kami juga berharap ada bantuan dari pemerintah untuk meringankan beban-beban dari pengusaha misalnya seperti dipermudah dalam pengurusan perijinan,” pungkasnya. (cdr)