Modifikasi Cuaca, Efektif Atasi Kebakaran Hutan di Riau dan Kalbar
-640x430.jpeg)
JAKARTA, BERNAS.ID – Sebagai salah satu upaya dalam mengendalikan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) akan melaksanakan rekayasa hujan melalui Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).
Teknologi Modifikasi Cuaca telah terbukti berhasil mencegah karhutla di tahun 2020, dan hasilnya dapat mengisi kanal, membasahi gambut serta embung untuk membantu tin pemadam darat.
Saat ini KLHK telah berkoordinasi dengan Bafan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT); Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG); Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM); Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Kementerian Pertanian (Kementan) guna mengantisipasi jelang musim panas di wilayah yang rawan karhutla. Selain itu juga melakukan rekayasa hujan untuk daerah-daerah yang akan mengalami curah hujan rendah atau bulan kering dalam waktu dekat seperti di Riau dan Kalimantan Barat.
“Kita akan melaksanakan TMC di Riau yang rencananya akan dimulai pada tanggal 9 Maret, sedangkan di Kalbar akan dilaksanakan mulai 11 Maret,” ujar Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK, R Basar Manullang, Minggu (7/3/2021).
Diungkapkan Basar, bahwa kedua pemerintah provinsi tersebut telah menetapkan status Siaga Darurat Bencana Karhutla, sehingga BNPB akan memberikan dukungan dalam upaya TMC.
“Pesawat Casa 212-200 dan pesawat CN-295 yang merupakan dukungan dari TNI AU akan digunakan dalam penyemaian awan TMC. Sedangkan untuk Posko Operasi TMC sendiri akan berada di Lanud Soepadio Pontianak dan Lanud Roesmin Nurjadin Pekanbaru. Tim teknis saat ini sedang menyelesaikan proses pengangkutan bahan semai ke posko-posko tersebut,” imbuh Basar.
Menurut hasil analisis BMKG, La Nina saat ini bertahan pada intensitas sedang atau moderate, sementara Indian Ocean Dipole (IOD) berada pada fase netral. Jadi La Nina masih akan bertahan pada level moderate dan akan berangsur menuju netral pada semester I 2021, sedang IOD berada di kisaran netral.
Di bulan Maret hingga April 2021 sebagian wilayah Indonesia diprakirakan masih berpotensi curah hujan menengah-tinggi (200-500 mm/bulan), pada sebagian besar Papua dan Sulawesi berpotensi curah hujan kategori tinggi-sangat tinggi (>500 mm/bulan). Bulan Mei 2021 sevmcara umum diprakirakan jadi fase transisi dari musim hujan ke kemarau.
“Pada analisis bersama diprakirakan bulan Maret merupakan transisi musim hujan ke musim kemarau. Oleh karena itu diperlukan langkah mengantisipasi tingkat kekeringan gambut yang mudah terbakar di wilayah tertentu. Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut maka diperlukan TMC dengan rekayasan hujan pada awal Maret,” jelasnya.
Presiden Jokowi telah memberikan arahan untuk pengendalian karhutla tahun 2021, diantaranya seperti selalu melakukan pengecekan secara konsisten tinggi muka air gambut, kanal, dan embung dalam mencegah kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Mengoptimalkan teknologi yang memungkinkan kemampuannya untuk membaca tanda-tanda alam. KLHK bersama BNPB, BMKG, BPPT, TNI AU, dan pemerintah daerah serta pakar iklim dari akademisi akan terus mengembangkan penerapan teknologi yang mendukung upaya untuk pencegahan karhutla ini.
“Teknologi Modifikasi Cuaca ini akan terus didorong menjadi salah satu upaya permanen dalam mengendalikan karhutla. Modifikasi cuaca dilakukan dengan meniru proses yang terjadi di awan melalui aktivitas cloud seeding (penyemaian awan). Pesawat akan membawa sejumlah partikel higroskopik yang akan diinjeksikan langsung ke dalam awan agar proses pengumpulan butiran tetes air dalam awan segera dimulai. Artinya penyemaian awan bertujuan mempercepat proses penggabungan butir air dan tumbukan di dalam awan sehingga terjadilah hujan,” jelas Basar. (cdr)