Berita Nasional Terpercaya

Presiden Malioboro, Selamat Jalan

0

APA ADA ANGIN DI JAKARTA

 

Apa ada angin di Jakarta

Seperti di Lepas desa Melati

Apa cintaku bisa lagi dicari

Akar bukit Wonosari

 

Yang diam di dasar jiwaku

Terlontar jauh ke sudut kota

Kenangkanlah jua yang celaka

Orang usiran kota raya

 

Pulanglah ke desa

Membangun esok hari

Kembali ke huma berhati

 

-UMBU LANDU PARANGGI-

 

Umbu Landu Paranggi, Kuda liar dari Sumbawa yang menjadi locomotif kebudayaan di Yogya telah pergi untuk selama-lamanya.

Pada tahun 1970-an ada sebuah koran yang berkantor di Malioboro. Koran yang paling gencar meliput kasus Sum Kuning. Tukang jamu yang diperkosa pejabat, dan direkayasa sedemikian rupa sehinga seorang tukang becak dikambing hitamkan sebagai terpidana.

Umbu Landu aranggi adalah redaktur sastra di koran yang berkantor di Malioboro itu. Bukan hanya sebuah kantor koran, tapi juga rumah bagi Umbu Landu Paranggi. Setelah pekerjaan keredaksian selesai, dan toko-toko sepanjang malioboro tutup, Umbu akan turun ke Malioboro. Menjadikan Malioboro sebagai panggung kesenian terpanjang seantero negeri. Membentang dari palang kereta Tugu di utara sampai benteng Vreedenburg di selatan. Umbu menjadi magnet anak-anak muda pada jamannya. Rambutnya gondrong sampai ke Pundak. Sehabis mandi tanpa handuk, mengenakan jaket jeans lusuh dan juga celananya. Turun dari lantai dua kantor redaksi Mingguan Pelopor Yogya ke Malioboro.

Di emperan toko di Malioboro Umbu mendirikan PSK, bukan pelayan seks komersial, tapi Persada Study Klub. Malioboro segera menjadi komunitas budaya yang elok. Memang tidak seberapa PSK jika diandingkan Horizon dan TIM yang bangun pemerintah. Tapi PSK melahirkan nama-nama besar di dunia sastra Indonesia. Seperti Linus Suryadi AG yang menulis puisi lirik Priyem. Emha Ainun Najib, Suwarno Pragolapati, Imam Budisantosa, Fauzi Absal, dll. Sajak-sajak Umbu tak pernah menonjol dan nyaris lolos dari para kritikus sastra.  Salah satu sajaknya digubah menjadi sebuah lagu oleh Untung Basuki. ?Adakah angin di Jakarta, seperti di desa Melati. Adakah angin di Jakarta seperti di bukit Wonosari.?sajak yang ditulis pada tahun 1970-an itu diakhiri dengan ajakan ?kembali ke desa, kembali ke desa, kembali ke huma berhati??

Orang di Yogya belum menjadi seniman kalau belum menjadi bagian dari PSK, di Malioboro ini. Dan leader-nya adalah Umbu Landu Paranggi.

Lahir di Waikabubak, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, 10 Agustus 1943. Ia pergi ke yogya dan belajar di Tamansiswa. Tapi ia tamat dari SMA BOPKRI I. di BOPKRI I, ia berjumpa dengan guru Bahasa Indonesia, Lasiah Sutanto yang sering menyuruh membacakan saja-sajaknya di depan kelas. Guru sastra yang baik itu kemudian menjabat Menteri Peranan Wanita dalam kabinet Orde Baru (Orba), Suharto. Selepas SMA, ia kuliah di Janabadra, Universitas yang menggunakan nama besar dalam ajaran Buddha. Umbu Landu Paranggi telah meninggalkan jejak budaya yang besar di Kota Budaya yang sekarang menduduki 10 besar kota intoleran di Indonesia.

Selamat Jalan Umbu Landu Paranggi, Karya-karyamu abadi.

  

KRT. Agus Istijantonagoro

Leave A Reply

Your email address will not be published.