‘Busui Friendly’ Jangan Hanya Jadi Deskripsi Fashion Semata

By Marina Yudhitia On Apr 15, 2021

Bernas.id – Bagi anda kaum wanita, khususnya yang telah berstatus sebagai ibu, tentu istilah ‘busui friendly‘ tak lagi asing di telinga. Biasanya kalimat tersebut seringkali Anda jumpai saat hendak membeli baju menyusui, khususnya atasan, melalui toko-toko online. Busui merupakan singkatan dari ibu menyusui, sementara friendly berarti ramah atau bisa digunakan.

Meski beberapa penyedia produk fashion seperti baju, kaos, BH, dress, atau daster tersebut tidak dikhususkan bagi busui, mereka seringkali tetap mencantumkan penjelasan bahwa pakaian yang dijual ramah bagi ibu menyusui. Biasanya yang termasuk kategori itu adalah baju-baju dengan model berkancing atau dilengkapi ritsleting atau lubang baju di bagian dada.

Hal ini menunjukkan bahwa para pemilik toko pakaian daring memprioritaskan kebutuhan kaum perempuan sebagai pengunjung terbanyak yang mampir ke situsnya.

Dilansir dari kompas.com, bahwa pengguna internet awal bulan Januari 2021 di Indonesia sebanyak 202,6 juta user atau sekitar 73,7% dari total jumlah penduduk Indonesia sebesar 274,9 juta, dengan waktu penggunaan berkisar 8 jam 52 menit. Pun, didapat pula bahwa konten yang paling sering dikunjungi pengguna ialah situs online shop penjual baju model terbaru yang didominasi oleh wanita.

Berdasarkan kategori usia, pengguna internet terbanyak berada pada rentang usia 16-64 tahun mengakses internet melalui telepon genggam hingga 98,3%. Tak ayal, jika pembelian perlengkapan busui seperti baju, daster, dan lain-lain melalui online shop semakin meningkat.

Sementara itu, pada tahun yang sama, data riset Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa jumlah ibu mencapai 4.656.382 orang tahun 2020. Sedangkan, jumlah ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayi di bawah umur 6 bulan di Indonesia sebesar 66,1%.

Dari tahun ke tahun, terjadi peningkatan jumlah ibu menyusui (busui) di Indonesia. Hal ini bisa disebabkan oleh semakin meningkatnya kesadaran masyarakat khususnya wanita terhadap pentingnya pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama kelahiran bayi. Kesadaran itu, tentu sebaiknya dibarengi dukungan fasilitas dan kemudahan bagi seorang ibu untuk menyusui. Salah satu yang telah dilakukan, seperti dijabarkan pada bahasan di atas, yaitu tersedianya produk pakaian yang memungkinkan ibu menyusui bayinya secara langsung.

Meski demikian, kesuksesan seorang ibu dalam menyusui buah hatinya tidak bisa hanya diperoleh dari tren fashion bertitel busui friendly semata. Diperlukan dukungan dari seluruh pihak terutama orang-orang terdekat ibu, yakni suami dan anggota keluarga lainnya. Dukungan tersebut bisa berupa moril maupun materiil. Misalnya, memberi semangat dan motivasi, menciptakan kondisi yang nyaman, membantu merawat dan mengurus bayi, sampai menyediakan perlengkapan menyusui.

Selain itu, masyarakat di lingkungan sekitar pun perlu menggalakkan program yang mendukung kegiatan ibu untuk menyusui, seperti tenaga kesehatan, perusahaan tempat bekerja, penyelenggara fasilitas publik, serta pemerintah. Dukungan yang dapat diberikan berupa edukasi mengenai manfaat menyusui, penjelasan cara-cara menyusui yang benar, menyediakan fasilitas ruang laktasi, sampai menjamin pelaksanaan menyusui melalui pembuatan undang-undang dan peraturan yang berkaitan.

Dengan support system yang kompak, niscaya seorang ibu akan mampu memenuhi kebutuhan ASI sampai bayi berusia dua tahun. Bagaimanapun, pemberian ASI ini sangatlah penting sebagai bekal asupan yang bernutrisi, mencegah bayi kekurangan gizi, serta berpengaruh dalam menjaga kualitas hidup anak di 1000 hari awal masa emas pertumbuhan dan perkembangannya.

Oleh sebab itu, tak salah rasanya jika istilah ?busui friendly? sepatutnya tercermin dalam setiap segi kehidupan seorang ibu yang baru melahirkan. Bukan hanya sebuah deskripsi yang getol dipromosikan produsen fashion wanita dewasa kekinian.