Berita Nasional Terpercaya

Setelah Pandemi Berakhir, Konsumen Kurangi Waktu di Platform Digital?

0

YOGYAKARTA, BERNAS.ID – Pandemi Covid-19 telah mendorong adopsi saluran digital dengan cepat di lintas negara dan industri. Meski begitu selama enam bulan terakhir, pertumbuhan digital tidak mengalami perubahan, bahkan diprediksi akan mengalami penurunan setelah pandemi berakhir.

Demikian salah satu temuan baru dari survei global McKinsey terhadap sentimen konsumen pada April 2021.

Hasil survei yang dirilis pada Minggu (23/5/2021) menunjukkan, sejumlah konsumen mulai mengurangi aktivitasnya di platform digital. Awal-awal pandemi, konsumen memang lebih banyak menghabiskan waktu berselancar di dunia digital untuk memenuhi kebutuhan, tapi itu mungkin mengalami perubahan setelah pandemi berakhir.

Seperti diketahui, lockdown bikin konsumen hanya memiliki pilihan sedikit. Mereka memutuskan untuk berbelanja via online atau daring, dan keperluan hiburan pun dialihkan di rumah.

Baca Juga: Survei McKinsey: Di Era Pandemi, Banyak Perusahaan Pilih Reskilling

Setelah pandemi berjalan lebih dari setahun, sekarang konsumen lebih fleksibel untuk memilih. Mereka cenderung untuk lebih banyak melakukan interaksi fisik pada kegiatan-kegiatan tertentu.

“Pandemi telah mengakselerasi adopsi digital, tapi saluran fisik membuat comeback yang cepat di antara konsumen Eropa dan Amerika Serikat,” tulis McKinsey pada situs resminya.

Lebih jauh, tidak semua industri mengalami pertumbuhan seperti yang terjadi awal pandemi. 

Di Eropa dan AS, adopsi teknologi digital tumbuh cepat pada industri utilitas dan travel yang mengalami peningkatan masing-masing  46%. Sementara, industri di sektor publik tercatat mengalami kenaikan 45%. Adopsi teknologi digital hanya tumbuh sedikit di industri pakaian jadi dan telekomunikasi.

Sementara itu, negara berkembang seperti Brasil, India, dan Meksiko mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi pada adopsi digital selama enam bulan terakhir.

“Ini mungkin efek mengejar negara maju yang berada jauh di depan dalam kecepatan digitalisasi dan persentase orang dewasa yang mengakses internet,” tulis McKinsey.

Dengan begitu, negara maju terlihat mengalami perlambatan dalam adopsi digital dibandingkan negara berkembang.

Efek Pasca-pandemi

Walau konsumen didorong untuk mengakses platform digital karena Covid-19, sebagian yang lain lebih menyukai pengalaman berbelanja langsung ke swalayan atau pasar.

Lalu industri apa saja yang akan perlahan ditinggalkan secara digital oleh konsumen pascapandemi?

Pandemi mungkin telah mempercepat transformasi digital, tapi ternyata konsumen punya gambaran yang berbeda tentang masa depan pascapandemi. Mereka mengaku akan mengurangi penggunaan saluran digital dan kembali ke interaksi fisik.

Dengan menanyakan seberapa sering menggunakan layanan digital setelah pandemi berakhir, terlihat semua industri akan mengalami penurunan akses digital oleh konsumen. Mulai dari travel, perbankan, hiburan, bahan pangan, asuransi, ritel, sektor publik, pendidikan, hingga kesehatan.

Industri yang memperoleh kenaikan konsumen karena pandemi Covid-19 berisiko kehilangan pelanggan setelah pandemi berakhir. McKinsey meyakini, perusahaan dapat mempertahankan konsumen dengan tetap mengadopsi digital dan melakukan inovasi.

Dalam konteks Indonesia, sebelumnya Menteri Koordinator Bidang perekonomian Airlangga Hartarto dalam menyebut situasi pandemi menjadi momentum untuk mempercepat transformasi digital.

Perusahaan rintisan atau startup yang bergerak di bidang teknologi diharapkan berperan dalam menyukseskan transformasi tersebut. 

“Target Indonesia di 2045, salah satunya adalah lolos dari middle income trap. dengan rata-rata PDB harus di atas US$10.000 bisa dibilang lolos middle income trap,” ujarnya melalui siaran pers, Senin (24/5/2021).

Pada Januari 2021, jumlah pengguna internet di Tanah Air tercatat mencapai 202 juta jiwa atau sekitar 73% dari penduduk. Sebanyak 170 juta penduduk di antaranya merupakan pengguna aktif media sosial. Rata-rata pengguna mengakses internet hampir 9 jam per hari.

Di sisi lain, masih ada 12.377 lokasi di Indonesia yang belum terjangkau akses internet, mulai dari desa, puskesmas, hingga sekolah.

Leave A Reply

Your email address will not be published.