Gadis Rafidha Hasilkan 100 Juta Pertama, Lewat Tiktok Pada Saat Pandemi

Apa kabar kak Gadis, sedang sibuk apa saat ini?
Kabar baik, Alhamdulillah. Sekarang sibuk sebagai content creator dan bisa dibilang Tiktokers juga sih.
Sejak kapan mulai berprofesi sebagai content creator dan Tiktokers?
Sebenarnya kalau profesi di dunia kreatif sudah lama dilakoni. Saya sempat bekerja sebagai penyiar dan MC juga, sampai sekarang masih sebenarnya hahaha. Mulai profesi content creator sejak 3 tahun lalu. Membuat sosial media tentang informasi diskon dan review makanan. Terjadilah pandemi Covid-19, banyak restoran tutup, content creator seperti saya juga terkena dampak secara tak langsung. Acara juga tidak ada, profesi saya sebagai MC jarang dibutuhkan pada awal pandemi Covid-19.
Jujur saja pada masa itu pusing tujuh keliling. Saya berpikir sesuatu yang dapat dikerjakan di rumah. Bertemulah dengan aplikasi Tiktok. Awalnya ragu karena banyak yang berkomentar buruk tentang aplikasi tersebut, kampungan katanya. Saya berpikir untuk apa mendengarkan kata orang kalau belum mencoba. Pada saat itu juga sebenarnya kepepet, tidak ada pekerjaan dan penghasilan. Hari berganti, kita juga punya kebutuhan yang harus dipenuhi.
Apa saja tantangan anda saat baru memulai profesi sebagai content creator dan Tiktokers?
Percayalah teman-teman, awal saya membuat content itu viewers sedikit sekali. Pada content ke 20, saya masih gagal dengan konsep content yang diunggah. Penontonnya hanya sembilan atau sepuluh. content saya yang booming pertama kali yaitu, video membuat kopi Dalgona dengan alat saringan teh di aplikasi Tiktok. Akun saya masuk stasiun televisi. Kemudian dari sana saya berpikir bahwa content sesederhana itu memiliki potensi. Akhirnya saya melanjutkan dengan membuat content lebih serius.
Dari mana biasanya anda mendapatkan ide atau inspirasi?
Bisa dari mana saja. Saat ini, lebih banyak membuat content promosi yang dikonsepkan. Saya tidak membuat hard selling content. Konsep promosi dapat berupa video kreatif dan komedi. Selalu ada jalan ceritanya, opening, bridging, content (pesan), dan closing. Sebagian orang mungkin merasa rumit tetapi menurut saya, ini seni dan strategi dalam memperkenalkan diri. Dengan begitu secara otomatis juga mengembangkan kemampuan berpikir dan kreativitas. Saya dapat inspirasi dan ide biasanya dari kebiasaan orang Indonesia sehari-hari atau isu terbaru yang sedang viral.
Pencapaian apa saja yang telah didapatkan sebagai content creator dan Tiktokers?
Wah, Alhamdulillah banyak sekali. Saya masuk Tiktok Awards kemarin. Saya bisa membeli kendaraan yaitu mobil. Dapat dikatakan 100 juta pertama saya, hasil membuat content Tiktok. Terlepas dari itu semua saya cukup bangga dapat mengerjakan content sendiri. Terkadang dibantu suami. Saya belajar sendiri mulai dari ambil video, menyunting, menulis konsep, menulis caption dan unggah. Setiap hari berkembang memunculkan ide-ide baru. Itu suatu hal yang sangat luar biasa membanggakan versi saya.
Pernahkah mendapatkan komentar buruk? Bagaimana anda menanggapinya?
Komentar buruk pada sosial media sepertinya jarang terjadi tetapi jika direndahkan orang sekitar pasti ada. Mungkin ada beberapa teman atau kerabat sering meledek, Tiktokers alay. Menganggap kampungan kemudian diledek joget donk kan Tiktokers. Bahkan orang tua juga sempat ragu dan merasa sayang gelar sarjana tidak digunakan. Awalnya jujur saya down. Suka bertanya dalam hati, memang salah berprofesi sebagai Tiktokers. Setelah saya jalani dan menghasilkan, semakin yakin fokus hidup kita bukan untuk mendengar kata orang. Selagi yakin itu baik untuk hidup kita dan tidak merugikan orang lain, lakukan saja.
Apa pesan anda untuk pembaca yang mungkin tertarik terjun pada bidang ini?
Kunci nomor satu adalah konsisten. Jangan tunggu karyamu bagus, intinya jalani dulu saja. Bagi anda yang pemula, coba fokus satu content sehari. Jangan kadang satu content , terkadang tiga dalam sehari atau malah tidak ada content. Jika memang teman-teman memiliki banyak content, anda bisa menyimpannya draft sebagai stock. Ini akan membantu anda ketika sibuk dengan kegiatan lain dan tak sempat membuat content.