Berita Nasional Terpercaya

Sejarah Lahirnya Sang Garuda Indonesia, Maskapai yang Kini Terpuruk

0

YOGYAKARTA, BERNAS.ID – Garuda Indonesia terus mengalami kerugian, yang membuat maskapai nasional menanti upaya penyelamatan.

Jerat utang senilai Rp70 triiliun harus segera direstrukturisasi. Maskapai pelat merah ini sedang berada di ujung tanduk.

Baca juga: 3 Cara Membeli Saham Bagi Pemula dengan Mudah

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk  pernah menjadi perusahaan paling dibanggakan untuk bekerja, menurut survei independen YouGov Brand Index

Namun, reputasi maskapai ini tercoreng oleh sejumlah kasus seperti penyelundupan barang mewah, kebijakan aneh yang merugikan perusahaan dan karyawan,  hingga skandal gundik para petinggi.

Sebelum menjadi maskapai nasional, Garuda Indonesia memiliki sejarah panjang. Memimpin sebuah negara yang baru saja merdeka, Presiden Soekarno ingin Indonesia memiliki maskapai nasional.

Ketika berkunjung ke Aceh, Soekarno melontarkan ide pembelian pesawat Dakota (DC-3) di depan pedagang besar Serambi Mekah.

Mereka antusias dan siap menyumbang dana untuk membeli pesawat. Selain uang, 20 kg emas terkumpul. Pesawat DC-3 berhasil dibeli dari sumbangan rakyat. 

Baca juga: 6 Langkah Belajar Investasi dan Trading Saham dari Nol

Patungan dengan KLM

Setelah melewati perjuangan melawan Agresi Militer Belanda,  rangkaian Konferensi Meja Bundar (KMB) digelar dan Belanda mengakui kedaulatan RI pada 27 Desember 1949.

Dalam KMB, pemerintah Belanda juga diminta untuk menyerahkan aset Hindia Belanda ke Indonesia, yang kala itu bernama Republik Indonesia Serikat.

Salah satu aset tersebut adalah Koninklijke Luchtvaart Maatschappij – Inter-Insulair Bedrijf (KLB-IIB), anak usaha Koninklijke Luchtvaart Maatschappij NV (KLM).

Mengutip Bloomberg, KLM merupakan perusahaan transportasi udara yang melayani penumpang, kargo, dan surat ke seluruh dunia. KLM mengoperasikan pesawat yang diproduksi oleh Boeing, McDonnell Douglas, Fokker, dan Saab.

Baca juga: Mengenal Trading Saham dan Cara Jitu Jadi Trader Handal

Pada 21 Desember 1949, pemerintah RIS dan KLM membicarakan pembentukan maskapai nasional. Jadi pada awalnya, perusahaan ini merupakan hasil patungan dengan Belanda, namun Indonesia memiliki 51% saham. Pada akhirnya, KLM berubah nama menjadi Garuda Indonesian Airways (GIA).

Presiden Soekarno mengambil nama Garuda dari kutipan sajak berbahasa Belanda, gubahan pujangga Raden Mas Noto Soeroto.

Sajak itu berbunyi “Ik ben Garuda, Vishnoe’s vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog boven uw eilanden”, yang berarti aku adalah Garuda, burung milik Wishnu yang membentangkan sayapnya menjulang tinggi di atas kepulauanmu.

Penerbangan pertama setelah resmi menjadi milik Indonesia dimulai pada 28 Desember 1949. Terlihat logo Garuda Airways pada tubuh pesawat DC-3.  

Pesawat itu mengantar Presiden Soekarno dan rombongan ke Bandara Kemayoran, Jakarta, dari Maguwo, Yogyakarta.

Dalam situsnya, Garuda Indonesia menyebut pada tahun-tahun awal beroperasi, perusahaan masih mengandalkan pilot-pilot KLM untuk terbang. Ketika itu, belum ada tenaga pilot dan teknisi dari Indonesia.

Baca juga: Menanti Aksi Penyelamatan Garuda Indonesia

Garuda Indonesia

Mulai 1951, GIA merekrut calon penerbang anak bangsa untuk mengikuti pendidikan penerbang. Melalui keputusan Kementerian Perhubungan Bagian Penerbangan Sipil pada 15 Januari 1951, pemuda Tanah Air diajak untuk menjadi penerbang sipil.

Dari situ berdiri sekolah penerbang pertama di Indonesia bernama Akademi Penerbangan Indonesia (API), berlokasi di Curug, Banten.

Terus mengangkasa, perusahaan maskapai nasional itu menjadi salah satu yang terbesar di Asia pada 1984.

Pada 1985, Garuda Indonesian Airways berganti nama menjadi Garuda Indonesia. Pada tahun itu pula, maskapai ini mulai memakai logo yang disebut “Simbol Burung Modern”

Baca juga: 7 Cara Main Saham Bagi Investor Pemula dengan Mudah

Pada 1989, perusahaan itu resmi bernama PT (Persero) Perusahaan Penerbangan Indonesia, yang kemudian berubah menjadi PT Garuda Indonesia (Persero) pada 16 November 2010.

Garuda Indonesia melayani rute penerbangan domestik dan dunia, dengan 69 destinasi lokal dan 22 destinasi internasional.

Namun, pandemi membuat laporan keuangan perusahaan itu jeblok. Pada kuartal III/2020, kerugian Garuda Indonesia tercatat US$1,07 miliar atau sekitar Rp15,1 triliun.

Dari upaya yang dilakukan untuk menyelamatkan Garuda Indonesia, sudah lebih dari 100 karyawan yang menerima tawaran program pensiun dini.

Kini, semua menanti terobosan agar Garuda Indonesia tetap bisa melebarkan sayapnya di angkasa.

Baca juga: 4 Cara Menghitung Harga Saham Per Lembar Agar Tidak Terkecoh

Leave A Reply

Your email address will not be published.