Belajar dari McD X BTS: Era Marketing 4.0 Tidak Lagi Fokus pada Produk, Tapi “Engagement” (Seri 2)

BERNAS.ID – Antusiasme para Army dalam menyambut kehadiran BTS Meal di McDonald's, yang serentak rilis di Indonesia pada 9 Juni 2021. Pemesanan pun membludak dan kerumunan tak bisa dihindari.
Sejumlah gerai dilaporkan ditutup sementara karena hal tersebut. Fenomena ini lantas mengundang decak kagum para pakar dan praktisi branding. Peristiwa itu juga menyadarkan lagi bahwa kita sekarang berada di era Marketing 4.0.
Secara umum, dunia pemasaran mengenal istilah Marketing 1.0, Marketing 2.0, Marketing 3.0, dan kini Marketing 4.0, yang telah diperkenalkan sejak 2017, dan pergerakannya bahkan menuju ke arah Marketing 5.0.
Lalu apa pengertian dari masing-masing itu?
Baca Juga: Belajar dari McD X BTS, Ketika Marketing Tidak Lagi Pakai Cara Kuno (Seri 1)
Praktisi Branding Subiakto Priosoedarsono menjelaskan Marketing 1.0 merupakan strategi pemasaran yang berfokus pada produk. Artinya, inovasi dilakukan agar menghasilkan produk sebagus mungkin.
Penggunaan Marketing 1.0 atau product-driven marketing banyak digunakan pada tahun 1960an hingga 1990. Setelah itu, tren bergeser ke Marketing 2.0 atau yang disebut dengan customer-centric marketing.
Mengutip dari Marketeers, Marketing 2.0 menilai setiap konsumen memiliki kebutuhan yang berbeda sehingga tercipta produk dengan harga yang terjangkau dengan sasaran konsumen yang dituju.
Kemudian, strategi pemasaran beralih menjadi Marketing 3.0 atau human-centric marketing, yang melibatkan konsumen pada penciptaan produk. Tren ini mulai digandrungi pada tahun 2000-an.
Kini, era digitalisasi membuat Marketing 4.0 dinilai lebih menjanjikan dalam memasarkan sebuah produk.
“Kalau dulu utak atik inovasi pada produk, kemudian inovasi sekarang pada konsumen,” kata Subiakto melalui saluran YouTube-nya.
Fokus Beralih pada Engagement
Melihat fenomena McD X BTS, Subiakto menilai perusahaan restoran siap saji itu memanfaatkan kekuatan Army di dunia digital.
Lebih lanjut, dia menjelaskan branding bukanlah pada berapa jumlah manusia yang jadi sasaran. Tapi berapa jumlah merek yang bisa diingat oleh setiap manusia.
Manusia memiliki kemampuan mengingat 7 merek dari setiap kategori produk, sehingga pemasaran dilakukan supaya bisa masuk pada top of mind tersebut.
“Salah satu cara dengan top of mind itu. Viral itu berita baik, bisa berita buruk juga. Karena itu trigger pada emosi,” ucapnya.
Dia menuturkan viral bisa menjadi cara supaya merek bisa terus diingat oleh manusia. Viral dilakukan dengan memancing perasaan, seperti rasa marah, senang, sedih, dan penasaran.
Di era Marketing 4.0 ini, menurut Subiakto, fokus marketing bukan lagi pada produk, melainkan engagement tersebut.
“Bagaimana Anda menggunakan sedih tadi tapi sedih berjamaah, senang berjamaah, penasaran berjamaah. jadi jangan jualan produk,” ucapnya.
Dia berpendapat viral bisa terjadi jika bisa menggerakan engagement, dalam konteks McD X BTS yaitu mereka para Army.
“Apakah tokoh bisa menggerakan viral? Pasti. Karena tokoh itu punya tribes dan itu dirancang, tidak dilahirkan dengan sendirinya,” kata Subiakto.
Tribes merupakan istilah untuk menyebut sekelompok orang yang saling terhubung dengan media apapun, serta memiliki ide dan pemikiran yang sama.
Menurut Subiakto, cara menciptakan tribes adalah dengan engagement dan menjadikan konsumen seperti layaknya seorang kekasih.
“Jadikanlah konsumen itu pacar Anda, yang kalau kita ngomong harus menyenangkan dia. Dia mengeluh harus kita tanggapin, dia punya kesukaan harus kita kasih. Itu adalah cara menciptakan tribes,” jelasnya.
Baca Juga: Pemasaran McD Soal BTS Meal Sangat Kreatif, Ini Strateginya
McD X BTS menjadi momen bagi kita semua untuk menyadari, dunia marketing kini memanfaatkan crowd atau fans untuk menjadi user, buyer, dan promotor.
Peran BTS dan eksistensi Army bukan sesuatu yang menduduk, namun telah direncanakan sejauh jauh-jauh hari.
Seperti kita ketahui, perekonomian Korea Selatan berhasil bangkit dari keterpurukan dan kini berupaya untuk merebut posisi sebagai pusat industri kreatif dunia.
“Sudah direncanakan ada tiga produk (Korea Selatan) yang akan mendunia, yakni merebut posisi pusat industri kreatif dunia, kemudian produk herbal, dan makanan,” ucap Subiakto.