Kisah Aminullah, Ahli Software Bidang Teknik Sipil yang Mendapat Undangan S3 Gratis di Korsel
Bernas.id – Siapa,sih, yang tak ingin kuliah ke Korea Selatan? Sejak demam K-Pop melanda dunia, hampir semua pelajar di dunia berangan-angan kuliah di Korea Selatan, tak terkecuali pelajar di Indonesia. Yah, bukan cuma serial drama Korea (drakor) yang membuat banyak orang kagum. Sistem pendidikan di di negeri gingseng tersebut juga tak patut diacungi jempol.
Hal itu pula yang dirasakan oleh Akhmad Aminullah, dosen jurusan teknik sipil dari Universitas Gadjah Mada (UGM). Aminullah, begitu sapaan akrabnya, berhasil meraih gelar Doctor of Philosophy (Ph.D) di Inha University, yang terletak di Incheon, Korea Selatan.
Aminullah berhasil menamatkan studi S3 di Korea tanpa mengeluarkan biaya sepeserpun. Berbeda dengan kebanyakan orang yang berhasil kuliah di luar negeri secara gratis berkat program beasiswa dari universitas tertentu atau pemerintah, Aminullah mendapatkan kesempatan kuliah di luar negeri secara gratis berkat undangan khusus dari seorang profesor di Inha University.
Bagaimana pengalaman dosen teknik sipil favorit mahasiswa UGM ini menempuh studi di Korea Selatan? Berikut kisahnya:
Berawal dari Undangan Seorang Profesor
Kepada Bernas.id, Aminullah bercerita bahwa kesempatan kuliah di Korea Selatan secara gratis ia dapatkan berkat undangan seorang profesor di Inha University.
Undangan untuk kuliah gratis di Korea Selatan tersebut juga ia dapatkan dari Profesor Koo Min Se, seorang ahli optimasi jembatan di Inha University. Profesor tersebut memberikan undangan khusus kepada para ahli di bidang software dari berbagai negara.
“Jadi, profesor tersebut ingin mengembangkan teknologi yang membantu optimasi jembatan. Dia punya bidang khusus di optimasi jembatan dan punya banyak paten di berbagai negara. Dia bisa membiayai kuliah saya secara penuh hanya dengan royalti paten yang dimilikinya,” ucap Aminullah.
Menurut cerita Aminullah, ada sekitar lima mahasiswa dari berbagai negara yang dibiayai oleh Profesor Koo Min Se untuk melanjutkan kuliah di Korea Selatan.
Sang Profesor memang sengaja mencari talenta yang sejalan dengan bidangnya untuk membantu penelitiannya dalam optimasi pembuatan jembatan.
“Beasiswa itu ada banyak macamnya, nggak cuma dari LPDP atau beasiswa dari pemerintah. Orang-orang kaya seperti profesor itu juga banyak yang bersedia memberikan dana pribadinya untuk beasiswa,” tambah Aminullah.
Baca: LPDP Punya Program Beasiswa BTS ke Korsel, Cocok untuk Para Army
Terkesima dengan Teknologi di Korsel
Aminullah menjalani masa studi di Korea Selatan dari tahun 2005 hingga 2010. Selama di negara tersebut, ia merasa takjub dengan kecepatan akses internet di negara tersebut. Menurutnya,hal tersebut sangat membantu dalam proses belajar.
“Pertama kali berangkat ke Korea, internet di Indonesia kan belum ada 4G dan kalau di pakai download Mp3 aja bisa sampai berjam-jam. Di Korsel, tahun 2005 akses internet sudah bisa dipakai download film yang bergiga-giga,” ucapnya.
Kecepatan akses internet tersebut juga banyak dimanfaatkan di perguruan tinggi untuk melaksanakan sistem pembelajaran secara daring.
“Kalau di Indonesia, kelas online baru ada setelah pandemi. Di sana, belajar sistem online sudah ada sejak dulu,” tambahnya.
Korea Selatan juga memiliki sistem search engine tersendiri yang memang didesain khusus untuk keperluan masyarakatnya.
Tak hanya teknologi yang canggih, buku penunjang belajar dalam bahasa Korea juga banyak tersedia. Dengan begitu, pelajar di Korsel bisa mendapatkan berbagai referensi belajar dengan lebih mudah.
“Bahkan, di Korsel buku asli terbitan microsoft juga diterjemahkan dalam bahasa Korea. Di negara kita, kan, referensi lebih banyak menggunakan bahasa Inggris. Jadi, lebih susah memahaminya” ungkapnya.
Semangat belajar pelajar Korsel juga sangat tinggi. Hal ini terlihat dari pengalaman main, dimana ia jarang sekali menemukan anak-anak sekolah atau mahasiswa yang nongkrong, kecuali ketika jam istirahat atau makan siang tiba.
“Mereka lebih banyak menghabiskan waktunya di kampus, perpustakaan, atau laboratorium. Kamar kos pun cuma berfungsi sebagai tempat tidur,” ucap dia.
Selain memiliki semangat belajar yang tinggi, menurut Aminullah, pelajar Korsel juga memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Mereka tidak pernah merasa malu untuk mengemukakan pendapat atau bertanya ketika ada hal yang belum dipahami.
“Pelajar di Korea itu punya percaya diri yang tinggi. Mereka tidak peduli pendapat mereka salah atau benar, yang penting berani mengemukakannya. Mereka juga aktif bertanya saat di kelas,” tambah Aminullah.
Baca juga: Hanya Niat Ikhlas, Susilastri Mantap Menjadi Vaksinator
Menggabungkan Teknik Sipil dan Teknologi Informasi
Saat sesi wawancara dengan Bernas.id, Aminullah juga sempat menceritakan awal mula dirinya berkecimpung dalam bidang teknik sipil.
“Awalnya, saya itu nggak minat ke teknik sipil karena hobi saja itu komputer atau informatika. Tapi, apa boleh buat, ternyata kuliahnya diterima di Teknik Sipil UGM,”ucapnya.
Meski diterima di jurusan kuliah yang tak diminatinya, Aminullah tidak menyerah. Ia justru belajar lebih giat lagi dan berusaha menemukan hal menarik dari jurusan teknik sipil.
Alhasil, semua usahanya tidak sia-sia. Aminullah berhasil menemukan sisi menarik dari teknik sipil, yang berhasil membuatnya meraih sukses besar hingga saat ini.
“Hobi saya, kan, berhubungan dengan hal informatika dan teknologi, tapi karena diterima di teknik sipil, ya sudah dilanjutkan saja. Setelah saya pelajari lebih dalam, ternyata banyak hal di teknik sipil yang berhubungan dengan teknologi dan infrastruktur. Nah, dua hal itu yang saya cari-cari,” ucapnya.
Dari bidang bidang yang digelutinya itu, Aminullah juga berhasil membuat lebih dari 40 sistem informasi dalam 10 tahun terakhir, yang sebagian besar digunakan oleh sektor pemerintahan.
Menurut Aminullah dunia digital kini sudah terkoneksi dengan teknologi sehingga aplikasi mobile dan internet sudah bisa dinikmati hampir semua kalangan. Karena itu, ia berpikir sudah seharusnya dunia konstruksi yang digelutinya juga harus mengikuti perkembangan zaman.
Berbekal latar belakang teknik sipil dan kemampuan dalam bidang informasi teknologi yang diminatinya, ia berhasil membuat lebih dari dari 40 Aplikasi berbasis web dan mobile untuk 20 Instansi, yang sebagian besar telah digunakan oleh sektor pemerintahan.
Baca juga: Perjalanan Profesor Khairurrijal, Dari Sistelnas hingga Guru Besar ITB
Jenis-jenis sistem informasi yang telah berhasil digarap Aminullah, antara lain:
- Manajemen Konstruksi
- Pengawasan Proyek
- Pengelolaan Jalan dan Jembatan
- Aplikasi Perkantoran
- Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA) dan bangunan air
- Pengelolaan Bangunan Gedung dan airport
- Pengelolaan industri
- Aplikasi Pendidikan
- Pengelolaan Pekerja konstruksi
- Aplikasi perencanaan dan perancangan dan masih banyak lainnya.
“Paling akhir yang masih jalan saat ini ada di Bina Marga. Saya sedang membuat sistem informasi padat karya Bina Marga. Jadi, saya membuat sebuah sistem informasi untuk mengelola keuangan dalam proyek Bina Marga,” ucapnya.
Dalam proyek Bina Marga tersebut, Aminullah bertugas membuat sebuah sistem informasi yang membantu pengelolaan keuangan proyek secara akurat dan tepat.
“Kalau proyek besar sistem keuangannya tidak dikelola dengan efisien, maka bisa berantakan. Karena itu, diperlukan sebuah sistem informasi yang bisa mengelola keuangan tersebut secara real time dan akurat,” tambahnya.
Dalam mengerjakan keseluruhan sistem tersebut, Aminullah mengaku tantangan terbesar yang dihadapinya adalah kemauan yang tidak pernah selesai.
Menurutnya,dalam pembuatan sistem selalu susah menemui titik akhir karena akan selalu ada berbagai keinginan yang muncul ketika membuatnya.
“Saat membuat sistem, selalu muncul hal baru. Jadi, nggak akan pernah selesai. Selain itu, saya juga harus bisa menjembatani komunikasi antara owner dan programmer agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam pembuatan sistem,” tambahnya.