BERNAS.ID – Bisnis properti telah mengalami keterpurukan selama pandemi Covid-19. Di Daerah Istimewa Yogyakarta, ketika penjualan sempat membaik karena kebijakan insentif dari pemerintah, kini kembali harus menelan pil pahit.
Kasus Covid-19 yang melonjak, bahkan beberapa kali pecah rekor, membuat bisnis properti kembang kempis. Apalagi pemerintah telah memberlakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Darurat.
Pembatasan mobilitas itu kini diperpanjang hingga 25 Juli 2021, dan penyebutannya berganti menjadi PPKM Level-4. Pemerintah akan mulai mengendorkan pembatasan apabila kasus Covid-19 menurun.
Baca Juga: Kulonprogo Terbuka bagi Investor, Termasuk Industri Properti
Dalam Kuliah Umum Magister Arsitektur Universitas Islam Indonesia pada Kamis (22/7/2021), Ketua Real Estate Indonesia (REI) DIY Ilham Muhammad Nur mengakui PPKM berpengaruh besar terhadap bisnis properti.
Pada kesempatan itu, dia memaparkan pertumbuhan real estate di Yogyakarta pada kuartal I/2021 tercatat -1,46%, sementara kuartal IV/2021 tercatat -0,36%. Jika secara year-on-year (yoy), pertumbuhan real estate pada kuartal I/2020 mencapai 2,56%.
Begitu pula dengan Penghunian Kamar (TPK) hotel di DIY. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), TPK hotel berbintang pada Mei 2021 mengalami penurunan 4,51% menjadi 32,27% dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, TPK hotel non-bintang justru mengalami kenaikan 2,05 poin dibandingkan April 2021 menjadi 11,73%.
“Tapi, bulan Juni sampai Juli pasti turun drastis karena ada PPKM,” katanya.
Lebih lanjut, Ilham menilai bisnis properti di DIY masih menarik, apalagi ke depan akan dibangun infrastruktur jalan tol. Hal tersebut akan memicu efek domino baik dari hunian, perumahan, hotel, cafe, rumah sewa, dan sebagainya.
Meski begitu, dia menjelaskan ada lima hal yang bisa dilakukan untuk membangkitkan bisnis properti di tengah ketidakpastian.
- Vaksinasi
Ilham menilai, vaksinasi harus segera dipercepat dan menjadi prioritas. Data pada Kamis (22/7/2021) pukul 12.00 QIB menunjukkan jumlah masyarakat yang telah divaksinasi dosis pertama mencapai 43.155.795 orang atau 20,72% dari sasaran target.
Baca Juga: Dewan Sleman Fasilitasi Masyarakat yang Belum Vaksin
Sementara, sebanyak 16.896.200 orang telah disuntik vaksin Covid-19 dosis kedua. Angka itu sekitar 8,11% dari sasaran target. Seperti diketahui, pemerintah menargetkan 208.265.720 orang bisa divaksinasi.
“Ini prioritas yang harus dilakukan segera mungkin oleh pemerintah kepada masyarakat. Kalau divaksin kita jadi lebih percaya,” ucapnya.
- Insentif
Beberapa waktu lalu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati telah mengumumkan insentif untuk sektor properti yang diperpanjang hingga akhir tahun.
Insentif berupa Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang ditanggung pemerintah sebelumnya hanya berlaku hingga 31 Agustus 2021. Meski begitu, Ilham menilai hingga saat ini belum keluar keputusannya meski telah disampaikan oleh pemerintah.
“Semoga akhir bulan ini bisa keluar keputusannya. Ini bisa menggerakan penjualan karena harga bisa berkurang sampai 10%,” ujarnya.
- Kemudahan Perizinan
Selanjutnya, Ilham berharap perizinan pembangunan properti semakin mudah dan cepat. Meski telah ada sejumlah peraturan pemerintah yang merupakan turunan dari UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, namun nyatanya di lapangan masih terkendala.
Dia menyebutkan, regulasi perizinan terkait bisnis properti di DIY belum semudah daerah sekitarnya, seperti di Klaten, Purworejo dan Magelang.
“Kami benar-benar di dunia riil ini melihat bagaimana perizinan itu, kami bilangnya panjang kali lebar, sudah panjang, lebar lagi. Jadinya lama,” katanya.
“Hal itu terjadi terttama di dua kabupaten yang selama ini propertinya berkembang yaitu Sleman dan Bantul. Sungguh sangat kesulitan kami untuk mempercepat itu,” imbuhnya.
- Relaksasi Pembiayaan
Untuk meningkatkan permintaan konsumen di bidang properti, Ilham menyebutkan relaksasi telah diupayakan terutama di bidang perbankan.
Sebagai informasi, Bank Indonesia telah melakukan penyesuaian terkait batasan Rasio Loan to Value untuk kredit properti dan batasan Rasio Financing to Value untk pembiayaan properti.
“Kita akan juga berkoordinasi dengan BI dalam rangka itu, supaya proses pembiayaan baik untuk konsumen maupun konstruksi bisa lebih dimudahkan,” ucap Ilham.
- Wisata Sehat
Ilham juga melihat potensi wisata sehat di DIY untuk kembali menggerakan pariwisata dan tingkat keterisian kamar atau okupansi hotel yang kini menurun drastis. Dengan wisata yang menggeliat di Yogyakarta, sebagian pelancong lokal dari seluruh wilayah Indonesia biasanya akan tertarik membeli properti.
Baca Juga: Ada Gelombang Kedua Covid-19, Bagaimana Nasib Wisata Vaksin?
“Konsumen kami ada dari seluruh Indonesia. Ketika wisata bangkit di Yogyakarta, saya percaya efeknya ke properti juga akan ikut bangkit,” tuturnya.
Para turis yang membeli properti di DIY punya berbagai tujuan, seperti untuk dihuni ketika pensiun, disewakan, atau untuk tujuan investasi. Saat ini, online marketing menjadi cara pebisnis agar penjualan properti bisa tetap bergerak. Meski begitu, Ilham mengakui konsumen masih wait and see dalam membeli properti.
“Kalau yang kami rasakan saat ini, mereka tidak segera memutuskan untuk melakukan baik tinjauan lapangan maupun pembelian,”katanya.