Berita Nasional Terpercaya

Donni Prabowo, Entrepreneur Muda Pegiat Ekosistem Startup Lokal

0

BERNAS.ID – Seorang pemuda asal Bantul, Yogyakarta, ini tidak menyangka hidup yang menurutnya semula biasa-biasa saja, kini punya peran penting dalam ekosistem startup Indonesia.

Donni Prabowo, entrepreneur sekaligus startup ecosystem player ini telah merintis bisnis berbasis teknologi sejak masih kuliah. Kini kiprahnya menjadi lebih strategis. Dia dipercaya memimpin sebuah inkubator startup untuk menjembatani perintis startup dengan pemodal, pasar, dan partnership.

Perusahaan startup di Tanah Air didukung oleh berkembang pesatnya ekonomi digital dan anak-anak muda yang tak berhenti menghasilkan ide-ide kreatif.

Baca Juga: WoiLo, Aplikasi Medsos Karya Anak Bangsa yang Jadi Pesaing Instagram

Sejumlah perusahaan rintisan itu bahkan melebur menjadi raksasa yang patut diperhitungkan secara global. Startup terkenal di Indonesia antara lain Gojek, Tokopedia, Bukalapak, Lazada, Ovo, dan sebagainya.

Jumlah startup di Indonesia kini mencapai 2.255 perusahaan. Menurut Startup Rangking, negara kita berada di urutan lima dunia, di bawah Kanada dengan 3.020 startup. Nomor satu masih dipegang Amerika Serikat dengan 99.648 startup, disusul India dengan 10.728 startup dan Inggris Raya dengan 5.808 startup.

Untuk meraih peluang ekonomi digital, startup lokal Indonesia terus lahir. Donni menjadi saksi bagaimana perusahaan rintisan berkembang, jatuh, dan bangkit.

Begitu pula dengan startup yang dia buat. Jatuh bangun pasti ada. Yang terpenting adalah dia tidak menyerah untuk meningkatkan kemampuan diri dalam persaingan global.

Total ada 5 startup yang dia rintis, meski dua di antaranya tidak dapat bertahan. Lalu, bagaimana kisah Donni tertarik dengan dunia bisnis dan teknologi?

Menemukan Passion

Donni kecil dibesarkan oleh keluarga guru. Ya, ayah dan ibunya berprofesi sebagai guru. Namun, mereka memiliki usaha sampingan yang bermacam-macam, mulai dari berjualan bakso, bensin, dan pulsa.

Lulusan Universitas AMIKOM ini mengaku sebagai murid yang biasa saja dan tidak jenius ketika SMP dan SMA. Gempa Jogja 2006 menjadi pelajaran berharga dalam hidupnya. Dia harus melihat kenyataan rumahnya roboh hingga setengahnya. Saat itu, keluarganya memiliki bisnis pulsa dan wartel. 

Seiring berjalannya waktu, Donni mulai tertarik dengan dunia teknologi ketika mempelajari cara menginstall ulang komputer, game, dan membuat website sederhana. Saat itu, dia duduk di bangku SMA.

Baca Juga: Memulai Karier dari Nol, Kisah Fajar Atmajaya Menuai Berkah Bisnis Alkes

Ketika lulus, seperti murid-murid lainnya, Donni juga mendaftar di perguruan tinggi negeri. Tapi nasib berkata lain, dia akhirnya menjatuhkan pilihan untuk melanjutkan pendidikan di AMIKOM.

Awal kuliah menjadi titik balik dalam hidupnya. Meski tidak diterima di perguruan tinggi negeri, namun dia berhasil menemukan potensi diri.

“Jadi ada program basisnya NLP (Neuro-linguistic programming). Nah waktu saya ikut jadi semangat,” katanya kepada Bernas.id.

“Semester satu jadi bisa, di kelas jadi kelihatan pintar yang semula SMA itu biasa-biasa saja. Kepercayaan diri juga meningkat,” imbuhnya.

Sebagai informasi, Neuro-linguistic programming atau NLP adalah cara mengubah pikiran dan perilaku seseorang untuk membantu mencapai hasil yang diinginkan, dengan pendekatan komunikasi, pengembangan pribadi, dan psikoterapi.

Donni seperti menemukan dirinya yang baru selama kuliah. Kemampuannya terus terasah, termasuk dengan mengikuti berbagai perlombaan baik di dalam dan di luar negeri.

Dia pernah menjadi Nominee APICTA (Asia Pacific ITC Awards) Alliance 2015 di Sri Lanka, pemenang Indonesia ICT Award 2015, Nominee APICTA Alliance 2014, Nominee APICTA Alliance 2013 di Hongkong, pemenang Indonesia ITC Award (INAICTA) 2013, dan masih banyak lagi.

“Beruntung juga dapat lingkungan di mana banyak perusahaan badan usahanya milik AMIKOM yang membuat mahasiswa jadi bisa berkreasi di salah satu badan usahanya,” ujarnya.

“Di situ saya dapat kenalan banyak teman. Kemudian ikut lomba, difasilitasi, jadi akhirnya masuk ke dunia teknologi entrepreneurship, terus jadi kaya sekarang,”ucapnya.

Baca Juga: Kisah Irzan Nurman, Jembatani Dunia Kedokteran dengan Teknologi dan Bisnis

Lalu, bagaimana Donni bisa menemukan passion-nya? Menurutnya, dengan melakukan apapun yang disukai. Segala peluang dieksplor dan dijalani sebaik mungkin.

Pada awal-awal kuliah, seperti itulah kira-kira yang dilakukan Donni. Pria berkacamata ini menilai dengan mengikuti berbagai kegiatan maka akan memperoleh gambaran yang lebih luas tentang potensi diri.

“Jadinya dapat gambaran lebih luas dan bisa memilih. Kalau bingung berarti belum mencoba banyak hal sehingga bingung yang disukai itu yang mana,” katanya.

ABP Startup Incubator

Selain mengelola startup bikinannya, Donni juga dipercaya sebagai Director of Business and Partnership AMIKOM Business Park (ABP) Startup Incubator.

Inkubator startup merupakan program untuk membantu pengembangan perusahaan rintisan baru, termasuk melakukan pelatihan, mentoring, hingga pendanaan.

ABP didirikan pada 2013. Ketika itu, Donni menjadi salah satu member startup yang pertama bergabung. Pada 2015, dia berhasil mendapatkan pendanaan sekitar 250 juta dari kementerian.

Kemudian pada 2017, dia diminta menjadi tim pengelola inkubator sebagai general manager. ABP terus menemukan banyak potensi sehingga akhirnya merekrut beberapa staf dan menjalankan sejumla program.

“Sekarang ada lebih dari 40 startup, dengan total pendanaan yang dikumpulkan inkubator dan dihubungkan ke partnernya sekitar 2,5 juta dollar AS,” ucapnya.

Dunia startup yang digeluti Donni diawali dengan lahirnya HICO. Bersama beberapa kawannya, dia meluncurkan produk smarthome, HICO, yang memungkinkan pengguna mengontrol berbagai alat elektronik di rumah dan kantor. Namun ada kendala yang pada akhirnya diputuskan untuk berhenti karena serangan produk dari China yang lebih murah. 

Baca Juga: Cuan di Tengah Pandemi: Sertiva, Startup Sertifikat Digital (Bagian 1)

Donni tidak menyerah. Dia kembali terlibat dalam beberapa perintisan startup seperti Indonesia IT (PT Jendela Digital Indonesia), yang bergerak untuk mengembangkan softer dan produk terapan.

Ada juga Londreepos, sebuah aplikasi manajemen usaha laundry sehingga menjadi lebih mudah dan praktis. Aplikasi ini sudah diunduh lebih dari 10.000 kali di Play Store.

Pada 2020, PT Sertifikat Digital Indonesia atau dikenal dengan Sertiva berhasil meluncur. Sertiva merupakan layanan untuk membantu organisasi menerbitkan sertifikat atau ijazah yang dapat diverifikasi secara online.

Sejauh ini, Sertiva telah meluncurkan lebih dari 130.000 sertifikat dari 300-400 organisasi.

Buah Kegagalan

Sejumlah startup yang dirintis Donni dan kawan-kawannya dapat bertahan hingga kini adalah buah dari kegagalan yang sebelumnya menerpa.

Dari situ, dia belajar berharganya sebuah komitmen dalam menjalankan bisnis, bagaimana mencari pasar yang tepat, dan meyakinkan investor untuk menanamkan modal.

“Awal banget itu masih skripsi bikin agensi sama teman-teman, yang saya alami sih komitmen terhadap usaha kita. Dulu satu tim lebih belum lulus semua masih enak tek-tokannya, ketika lulus kerja sendiri-sendiri akhirnya tutup,” jelasnya.

Maka ketika Donni merintis startup berikutnya, dia menyiapkan founder agreement sehingga komitmen dapat dibentuk sejak awal berdirinya perusahaan.

Terkait pasar, dia mengaku harus terus mencari pasar sampai benar-benar sesuai dengan solusi yang ditawarkan oleh produknya. Kemudian, mencari modla dari para investor juga merupakan tantangan tersendiri.

Kini, tantangan lain juga menghadang yaitu pandemi. Wabah Covid-19 membuat banyak bisnis harus melakukan perubahan secara cepat.

Startup Londreepos harus menelan pil pahit karena omzetnya turun sekitar 30-40%. Namun pada akhirnya dapat bangkit secara perlahan. Sementara Sertiva justru mendapatkan hasil yang jauh lebih baik. Pertumbuhannya cukup cepat apalagi pandemi membuat banyak hal harus dilakukan secara digital.

“Tantangannya di investasi, pandemi susah cari investor,” ungkap Donni.

Baca Juga: Arief Budiman, Nyaman dengan Dunia Jurnalistik Radio hingga Jadi Presiden KVDAI

Donni punya pesan bagi generasi muda yang tertarik untuk mengasah kemampuan di bidang bisnis dan teknologi. Menurutnya, cara satu-satunya adalah tidak takut mencoba banyak hal.

“Kalau harus gagal ya gagal di awal, jangan takut, kita akan dapat pelajaran baru untuk bisa berkembang. Yang penting tidak mengulangi kesalahan yang sama dua kali,” katanya.

Dia juga menilai segala sesuatu yang dilakukan harus diniatkan agar berdampak positif bagi orang lain. Bisnis yang dirintis harus menjadi berkah untuk sesama.

“Kalau berkembang dan bisa menghidupi banyak karyawan, kita juga bisa dapat berkahnya juga. Aplikasi ini digunakan kita dapat keberkahan juga,” ujarnya.

Lalu, apa sih yang masih ingin diraih oleh Donni?

“Mimpi saya menciptakan sebuah produk yang manfaatnya bisa dirasakan oleh jutaan orang,” katanya.

Leave A Reply

Your email address will not be published.