Insan Teknik Ahli Manajemen Mendalami Filosofi Wayang

Insan Teknik Ahli Manajemen Mendalami Filosofi Wayang
Rubrik Tokoh Remaja ini berisi tentang informasi kegiatan seorang yang termasuk kriteria menambah inspirasi bagi para remaja. Pembaca yang berminat berbagi cerita nyata tentang temannya atau dirinya silakan menghubungi Intan Auvia dengan akses kontak tertera pada bagian akhir tulisan ini. Publikasi pertama tokoh remaja menampilkan hasil dialog virtual dengan Angga Trisna Yudhistira berikut ini. Selamat membaca.
Menulis adalah hidupku, sebuah kata mutiara yang disematkan dalam sebuah halaman di buku catatannya. Ia adalah Angga Trisna Yudhistira atau yang lebih dikenal dengan nama pena A.T. Yudhistira atau Abu Abdurrahman, merupakan penulis buku Semar Mbangun Peradaban – Manajemen Proyek Berbasis Filosofi dan Strategi Pewayangan. Pria lulusan S2 Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada ini memang memiliki passion di bidang menulis, sebelumnya ia telah menulis tiga buku yaitu: Denai Pelita Bangkanai, KM38 Jalan Menantang Menuju Kalimantan Benderang, dan 1001 Cara Mensyukuri Nikmat-Nya. (One Peach Media, 2020). Menurutnya, dengan menulis bisa melestarikan pemikiran dan keresahan, sehingga bisa menjadi pembelajaran bagi generasi berikutnya. Sebuah karya buku juga merupakan warisan yang sangat murah, namun sangat tinggi nilainya untuk diturunkan ke anak cucu kita.
Pria yang akrab disapa Angga ini, lahir di Klaten pada tanggal 28 Juni 1992. Ia menempuh sekolah dasar hingga SMA di kota kelahirannya tersebut. Ia sempat menjadi ketua OSIS sewaktu SMP dan mulai menekuni aeromodelling semasa SMA. Hobi dan passion-nya di bidang aeromodelling ini membuatnya harus pandai mengelola waktu. Terlebih lagi Angga berada di kelas akselerasi, yang menuntut ia menyelesaikan SMA hanya dalam waktu 2 tahun. Qodarallah, hobi dan ketekunannya di bidang aeromodelling menghantarkannya menuju prestasi yang gemilang, ia berhasil mendapatkan 2 medali emas pada Pekan Olahraga Provinsi Jawa Tengah tahun 2009 dan 1 medali perunggu pada Kejuaraan Nasional tahun 2010. Tak sia-sialah waktu yang ia korbankan.
Pada tahun 2009, ia diterima di jurusan Teknik Sipil, Universitas Gadjah Mada. Semasa kuliah ia juga aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan, mengadakan lomba tingkat nasional, seminar nasional, kunjungan lapangan, dan pengabdian masyarakat. Ia juga dipercaya oleh rekan-rekannya menjadi Koordinator Mahasiswa Tingkat Unit dalam Kuliah Kerja Nyata (KKN) UGM tahun 2012 di sebuah desa wisata bernama Krakitan. Di Desa Krakitan ia dan rekan-rekannya berhasil menyelesaikan persoalan kesulitan air yang dialami oleh warga. Selain itu, tim KKN juga berhasil menyelesaikan usulan masterplan pengembangan desa wisata menjadi lebih modern dan terintegrasi.
Selepas KKN Angga lebih fokus untuk mengikuti berbagai penelitian dan proyek bersama dosen. Selain itu ia juga berkesempatan untuk mengikuti program beasiswa fast-track dari Kementerian Pendidikan Tinggi. Dalam program tersebut Angga sudah bisa mulai mengambil mata kuliah S-2 meskipun ia masih semester 7 dan belum lulus S-1. Tak hanya itu ia juga mulai bertualang ke daerah-daerah di luar Jawa seperti Bagansiapi-api, Palu, Poso, dan Luwuk untuk menyelesaikan beberapa proyek dari kampus. Salah satu proyek yang paling berkesan semasa kuliah menurutnya adalah pembangunan jembatan di daerah terisolir bekerja sama dengan Kementerian Pengembangan Daerah Tertinggal. Dalam proyek tersebut Angga menjadi koordinator lapangan yang berinteraksi langsung dengan masyarakat dan instansi-instansi terkait. Ia bersyukur dapat menyelesaikan proyek untuk membangun sebuah jembatan yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, tentu sebuah kepuasan batin yang tak ternilai.
Setelah lulus dari perguruan tinggi pada tahun 2014, ia ditawari untuk bergabung dalam sebuah proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas berkapasitas 155 MW di Kalimantan Tengah. Pengalaman mega proyek pertama ini sangat berkesan baginya. Perjalanan darat yang harus ditempuh lebih dari 10 jam, naik pesawat perintis yang hanya ditumpangi 8 penumpang, melewati jalan off road sepanjang 38 kilometer tanpa sinyal, dan tanpa komunikasi. Kesulitan di proyek tersebut tak lantas membuatnya patah semangat, justru pengalaman yang ia dapatkan di proyek tersebut menjadi sumber inspirasi dan pembelajaran yang sangat berharga guna mensukseskan proyek-proyek berikutnya. Bahkan proyek tersebut justru berhasil menghasilkan berbagai inovasi dan penghargaan.
Baca juga : 3 Alasan: Kenapa Harus Membaca Buku Biografi
Pria yang memiliki hobi basket ini saat ini berprofesi sebagai Construction Manager di salah satu BUMN Konstruksi terkemuka di Indonesia. Pengalamannya melihat kondisi beraneka ragam kepribadian, dan ragam sosial membuatnya tergugah untuk mulai menulis setiap inspirasi dari peristiwa yang ia rekam. Ia menyadari pembangunan yang ideal adalah yang menyelaraskan antara tiga aspek, yaitu pembangunan materiil, pembangunan sosial, dan pembangunan spiritual. Tanpa ada ketiga unsur tersebut, maka nilai dari sebuah pembangunan tidak akan optimal. Sebagai contoh saat membangun gedung sekolahan tapi tidak mencetak guru-guru unggulan maka sia-sialah gedung sekolah yang dibangun. Sebagaimana tujuan negara yang termaktub dalam Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, maka hendaknya setiap insan profesional memiliki tanggung jawab tidak hanya membangun fisik namun juga membangun moral dan akhlak di lingkungannya masing-masing. Bangsa ini harus bisa menjadi bangsa yang mandiri dan berakal budi. Jangan sampai kita hanya menguasai teknologi namun akhlak dan moral justru mengalami kemunduran. Kemajuan teknologi juga harus diimbangi dengan kemajuan berpikir dan kematangan spiritual.
Mengulas buku Semar Mbangun Peradaban, buku ini menarik karena menggabungkan ilmu manajemen proyek modern dengan filosofi pewayangan klasik. Angga berusaha mengangkat lagi sebuah budaya kearifan lokal yang mulai ditinggalkan masyarakat, menjadikannya referensi, dan dirumuskan menjadi bekal bagi seorang praktisi dunia manajemen proyek. Buku ini membuktikan bahwa literasi lokal yang telah diciptakan di masa lampau, mampu menjadi sumber referensi yang sangat baik guna menjalankan sebuah organisasi yang solid. Semua aspek persoalan yang dijelaskan seperti landasan akhlak, loyalitas, integritas, dan akuntabilitas masih sangat relevan dengan permasalahan yang dihadapi saat ini.
Angga tertarik mengangkat cerita tentang wayang karena ia terinspirasi oleh Ki Seno Nugroho (alm.) Ia beberapa kali melihat video penampilan Ki Seno mementaskan lakon Semar Mbangun Kahyangan yang menurutnya sangat relevan dengan kondisi masyarakat saat ini.Diceritakan Semar memiliki sebuah visi besar yaitu membangun Negeri Kahyangan. Namun, pembangunan yang dia maksud tidak hanya semata-mata pembangunan fisik, tapi pembangunan moral, akhlak, dan spiritual masyarakat kahyangan yang dinilai sudah mulai merosot. Angga memang berasal dari sebuah kampung di Klaten, ia juga menggemari tokoh-tokoh pewayangan sejak kecil. Pada akhirnya ia mulai mempelajari filosofi pewayangan secara mendalam. Beberapa narasumber ia wawancarai secara daring antara lain Dr. Sudibyo, M.Hum., dosen Fakultas Ilmu Budaya UGM yang sangat menguasai filosofi pewayangan. Ki Hening Sudarsono seorang dalang muda dari Jogja yang juga salah satu murid Ki Seno Nugroho, dan Ki Gibran Nicholau seorang dalang muda berprestasi dari UGM. Ia berharap dengan adanya buku Semar Mbangun Peradaban ini, para profesional di bidang manajemen proyek tak lagi hanya berfokus pada aspek teknis namun juga humanis. Pembentukan karakter dan akhlak harus menjadi kunci dalam program pembangunan nasional untuk mewujudkan visi misi jangka panjang bangsa dan negara.
Baca juga : Membongkar Kekerasan Verbal dan Menggagas Komunikasi yang Humanis
Sampai jumpa lagi suatu saat di masa Indonesia Modern dengan rakyat cerdas merata, sehat jiwa raga, dan sejahtera serta berbahagia. (Intan Auvia 03/07/2021) Whatsapp : +62 858-7768-1197