Berita Nasional Terpercaya

Menjadi Kuat dari Merasakan Kasih Sayang Allah

0

Menjadi Kuat dari Merasakan Kasih Sayang Allah

Mengetahui bahwa anaknya perempuan, sang Bapak mengubah pikiran. Anak ini harus tumbuh lebih baik dari orang tuanya yang tak sanggup melanjutkan pendidikan diri ke perguruan tinggi. Maka, anak ini harus mampu menciptakan masa depan yang megah dan menjadi pencerah kehidupan. Oleh kedua orang tuanya, ia diberi nama Emmy Yuniarti Rusadi. Kemegahan di bulan Juni yang penuh arti dari keluarga Rusadi. Kini, usianya menginjak 31 tahun, tepat pada 7 Juni lalu. Usia bukanlah patokannya meraih hal-hal yang diselimuti mitos. “Jika mau sukses, tunggulah dulu usia sekitar 30 tahun”, “ Jika mau menikah, cobalah usia 25 tahun”, “Jika mau memimpin daerah, cobalah usia 50 tahun”, “Jika ingin S2, nanti saja kalau sudah mendekati 30 tahun-an lah”. Begitu kurang lebih mitos yang berkembang. Tidak tahu siapa yang memulai, tidak tahu pula sejak kapan dipercaya. 

Selama masa kecil, sosok Emmy menghabiskan waktu di sebuah sekolah dasar negeri dengan kelulusan terbaik, kemudian melanjutkan SMP di kotanya Magelang. Ia sempat mengalami kesedihan karena saat masuk SMP termasuk yang terlambat mencicipi ilmu Bahasa Inggris, sedangkan kawan lainnya rata-rata telah memperolehnya di sekolah dasar. Emmy memang bukanlah sosok dari keluarga kaya raya. Ia berlindung di balik doa-doa rapal setiap hendak mau sarapan apa setiap harinya. Entah esok bisa makan atau tidak, pokoknya berdoa dulu hari ini. Kelas privat tidak pernah dapat ia peroleh karena finansial yang tak mencukupi. Alhasil, belajar sendiri sembari mengembangkan metode belajar yang cocok untuknya. Ia menemukan bahwa ternyata di usianya SMP kala itu, gurunya memandang Emmy sebagai sosok yang bertumbuh seperti bukan di usianya. Ia mampu mengerjakan soal-soal tantangan, misalnya Geografi layaknya anak SMA, sehingga ditawarilah ia untuk maju lomba. Ia mengikuti lomba bahasa Inggris, vokal, kepanduan (Pramuka), serta PMR (Palang Merah Remaja) sebagai hal yang digeluti. Beberapa kompetisi individu dan kelompok dimenangkannya sejak sekolah dasar pula. 

Tahun 2005-an, ia melanjutkan ke SMA N 1 Sleman, sekolah yang juga menjadi almamater bapaknya. Ukuran tubuhnya yang kecil membuat orang tuanya tak tega membiarkannya kos sendirian jika harus bersekolah di kota Yogyakarta. Tidak mengapa, setiap alur hidup sudahlah diatur, begitu pikirnya. Oleh karena itu, setelah sempat mendaftar di sekolah favorit di kota, akhirnya ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di SMA yang sangat ia banggakan itu. Bapaknya selalu berpesan, “Kamulah yang harus mengisi prestasi sekolah, bukan hanya nebeng ikut kejayaan sekolahmu!”. Maka jadilah! Prestasi demi prestasi tak luput dari genggamannya sejak kelas 1 SMA. Baik itu lomba Matematika, debat bahasa Inggris, esai, karya ilmiah, dll. Sosok yang tak bisa diam sejak kecil ini memang selalu mendambakan tantangan untuk dipecahkan. Pernah suatu waktu ia bertanya kepada guru Fisika-nya, “Apa sebenarnya manfaat Postulat Einstein? mengapa harus dipelajari?”. Pertanyaan ini cukup membuat gempar, karena sang guru menanyakan kembali mengapa ada pertanyan seperti itu, dan pertanyaan unik lainnya seputar kemanfaatan teori pelajaran yang ia pelajari. Tanpa menanti lama, Emmy mencari jawabannya dengan senang hati lewat buku-buku perpustakaan, bertanya pada siapapun yang dianggapnya paham, dan tentu saja belum bertanya ke internet karena di zaman itu, internet belumlah semasif kini. 

Baca juga : Kabar Gembira, LIPI Berikan Beasiswa Melalui Program Belajar Berbasis Riset

Emmy remaja akhirnya menemukan jati diri untuk mengambil bidang ilmu tentang sisi-sisi aplikatif yang ia temukan itu. Ia mengambil studi di Fakultas Teknik, program studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK), UGM. Ia sempat ragu karena hal yang dibayangkan adalah soal gusur-menggusur rumah warga tetapi ternyata ilmu ini tidak seperti itu. Bayangan Emmy yang masih menggali ilmu saat itu terpatahkan seiring waktu. Ia mengenang saat mendapat undangan khusus untuk menghadiri seminar robot yang diselenggarakan di Fakultas Teknik, UGM karena berhasil menjadi perwakilan sekolah di acara tersebut. Ini terjadi jauh sebelum ia mendaftar kuliah. Maka justru yang Emmy pikirkan adalah bagaimana jika hidup manusia kelak ditopang pula oleh robot, apa bahayanya dan apa manfaatnya. Inspirasi itu semakin membuatnya yakin, Teknik adalah pilihannya. Benar saja, ia diterima! 

Emmy-Yuniarti-Rusadi (foto:Bernas)

Waktu berjalan, hingga Emmy menjalani S1 PWK UGM, sekaligus S2 Fast-track di bidang yang sama, di MPKD (Magister Perencanaan Kota dan Daerah) UGM. Pada saat wisuda S1, ia berhasil menjadi salah satu lulusan terbaik angkatan, bergelar cum laude, dan telah menjalankan unit bisnis sendiri yang dirintisnya, yaitu konsultasi riset dan survey. Usaha yang hingga kini telah menelurkan ratusan mentee dari tingkat SMP, SMA, hingga profesor pun ada pula yang mendaftar programnya di ENGLISH WITH EMMY® yang juga kini merambah unit pembuatan buku profesional untuk perusahaan, institusi, maupun perseorangan. Emmy pernah bertugas untuk lembaga internasional di usianya yang masih kurang dari 25 tahun dan memimpin tim yang bertugas mengelola komunitas anak muda dunia di International Youth Federation (kini berbasis di London, Inggris yang awalnya dirintis berbasis di Belarus, Eropa), kemudian UN MGCY (United Nations Major Group for Children and Youth). Berlanjut kepercayaan-kepercayaan pada beragam posisi misalnya di UNESCO (segmen youth), UN HABITAT (youth), RCE (Regional Centre of Expertise) Asia Pacific-Youth, dll. Kini aktif menulis, meneliti, serta menjadi konsultan independen dalam bidang pembangunan berkelanjutan, kota cerdas, kota masa depan, serta pengembangan komunitas. Beberapa karya profesional, riset dan bukunya dapat disimak di ResearchGate: Emmy Yuniarti Rusadi maupun LinkedIn. Hingga saat ini, ia telah menulis (baik secara individu maupun tim) sejumlah lebih dari 7 buku level nasional-internasional. Ia sedang menulis novel perdananya yang akan terbit pula di tahun ini atau 2022 tentang kisah nyata yang dialami serta inspirasi kisah lainnya dalam meraih cita-cita ke kampus top dunia. 

Baca juga : 3 Program Beasiswa di Inggris yang Cocok Untuk Pelajar Indonesia

Kisahnya adalah murni pesan bahwa kasih sayang Allah swt terhadap hamba-Nya menjadi satu kekuatan untuk disyukuri. Kaya miskin adalah kondisi sementara yang dapat berubah dan diubah, maka jangan berhenti berjuang dan beri kemanfaatan bagi orang sebanyaknya. Sebagai catatan, Emmy pernah mencalonkan diri sebagai walikota Kota Yogyakarta jalur non partai alias independen (berjuang bersama banyak aktifis, seniman, tokoh intelektual Yogyakarta) pada tahun 2016 silam. Ia menjadi perempuan pertama dan termuda (usianya masih 25 tahun kala itu) dalam sejarah ajang ini yang berani melakukannya. Ia tidak pernah menyangka itu akan terjadi dan menjadi perhatian dunia sehingga UN HABITAT pun membuat review khusus internal seputar kejadian itu. Pada tahun 2015 pula, Emmy didapuk sebagai salah satu delegasi muda resmi Indonesia untuk beragam forum internasional untuk SDGs (Sustainable Development Goals) yaitu APUFY (Asia Pacific Urban Forum-Youth), APUF, Asia Pacific HLM Meeting, World Urban Forum (WUF), dll yang memungkinkannya menjadi narasumber muda yang mengajak banyak tokoh dunia untuk sama-sama memperhatikan peran anak muda dalam pembangunan, hal yang hingga kini pun masih menjadi perhatiannya. Menggawangi komunitas anak muda ASEC (www.asec.web.id) sejak 2011 dengan 1.300+ anggota seluruh Indonesia, menjadikannya terus menyuarakan bukti-bukti nyata pentingnya dukungan semua lapisan masyaraat terhadap kualitas anak muda Indonesia dan dunia melalui pendidikan. Maka, banyak pula program-program Emmy dirangkul untuk memberikan donasi pendidikan dan kemanusiaan sejauh ini. Sosok periang ini kini telah berdomisili di Jawa Timur dan mengabdikan diri sebagai dosen di salah satu perguruan tinggi terkemuka disana, UINSA (Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya). 

Sampai jumpa lagi suatu saat di masa Indonesia Modern dengan rakyat cerdas merata, sehat jiwa raga, dan sejahtera serta berbahagia. (Intan Auvia Whatsapp : +62 858-7768-1197). 

Leave A Reply

Your email address will not be published.