Berita Nasional Terpercaya

Yanuar Iman Santosa, Dokter Spesialis THT yang Lincah Kembangkan Aplikasi Digital

BERNAS.ID – Tranformasi digital di Indonesia dalam berbagai bidang mulai dari transportasi, peternakan, ritel, dan bahkan kesehatan terus mengalami perkembangan. 

Sebagai seseorang yang memiliki ilmu kedokteran, Yanuar Iman Santosa menyadari pentingnya seorang dokter untuk memodernkan pelayanan kepada pasien, termasuk melalui aplikasi digital.

Yanuar Iman Santosa adalah seorang dokter spesialis THT di Semarang dan dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Dia juga Founder dan CEO Lanungga Studio, sebuah penyedia jasa layanan “Do-It-Yourself” dalam pembuatan aplikasi untuk perangkat seluler yang ditujukan untuk pemilik small office home office.

Baca Juga: Jurusan IT: Pengertian, Mata Kuliah, dan Prospek Kerja Terbaru

Di samping memberikan solusi bagi setiap pasien dan membagikan ilmunya untuk mahasiswa kedokter, digital doctorpreneurship ini juga mengasah kemampuan di bidang digital marketing, yang memerlukan pengetahuan seputar teknologi.

Ya, kini seorang dokter pun bisa melakukan sesuatu di luar bidang keilmuannya untuk membantu transformasi digital, sebuah hal yang merupakan kebutuhan masyarakat masa kini.

Dokter Kecil

Lahir dan besar di Semarang, serta tumbuh di keluarga dokter membuat Yanuar tidak memiliki role model lain, selain orangtuanya. Sejak kecil, ia memang telah menanamkan cita-cita menjadi dokter.

“Jadi cita-cita dari kecil secara tidak sadar menjadi dokter, bahkan sejak SD sudah jadi dokter kecil,” katanya kepada Bernas.id.

Meski begitu, ia tetap tekun belajar hingga meneruskan pendidikan di FK UNDIP dan lulus pada 2007. Ada hal yang tidak pernah ia lupakan selama kuliah S1.

Dia memang banyak aktif sebagai mahasiswa, dan bahkan lebih banyak mainnya, namun suatu ketika ia dipilih untuk presentasi ilmiah ke Makassar. Yanuar berhasil memenangkan perlombaan karya ilmiah tersebut.

Kemudian, ia memilih untuk melanjutkan studi spesialisasinya di Universitas Padjadjaran, dan kehidupannya berjalan normal. Meski ada 11 opsi tempat untuk meneruskan pendidikannya, ia memilih Bandung.

Pilihannya jatuh ke Bandung karena ketika itu dia hendak menikah, sementara calon istrinya juga meneruskan pendidikan S2 di ITB. Keduanya akhirnya menikah dan tidak ada lagi jarak yang memisahkan.

Terkait memilih spesialis THT atau ilmu kedokteran yang menangani Telinga, Hidung, dan Tenggorokan, ternyata Yanuar memiliki alasan khusus.

“Setelah lulus banyak opsi sebenarnya, salah satu yang menarik adl THT. Karena saya melihat, membaca referensi juga, THT dalam beberapa laporan disebutkan yang masih bisa mengatur pola kehidupan personal dengan lebih banyak,” ujarnya.

Artinya, ia masih bisa mnegatur jadwal praktik di klinik dengan kehidupan di luar itu. Meski begitu, tak jarang penyakit THT juga harus ada tindakan darurat yang harus dirujuk ke rumah sakit, tapi tidak sebanyak spesialisasi lainnya.

Baca Juga: Jurusan Manajemen: Pengertian Ilmu Manajemen dan Daftar Universitas

Setelah lulus dari Universitas Padjadjaran, Yanuar kembali ke Semarang dan mendapatkan posisi sebagai staf pengajar atau dosen di FK UNDIP.

Siapa sangka, dari dokter kecil ini benar-benar menjadi dokter yang membantu menangani masalah pasien. Ada pengalaman unik tentang penyakit pasien, yang membuatnya cukup tercengang.

Suatu ketika, seorang pasien yang hidup sendiri diantarkan oleh tetangganya ke rumah sakit. Terdapat belatung dalam hidung pasien tersebut, setelah diobservasi ternyata ia memiliki luka pada tulang pipinya.

“Bersama staf dan senior di rumah sakit kemudian luka itu dibersihkan, dan baru lihat ada lalat yang bertelur di tulang pipi,” ujar Dokter Yanuar.

Lanungga Studio

Dari berbagai pengalaman Yanuar menggapai asa menjadi dokter, ia merasa ada yang perlu dilakukan untuk mentransformasi bidang kedokteran itu sendiri.

Ia mendirikan Lanungga Studio pada 2018, yang diawali dengan mempelajari dan mencari tahu terlebih dahulu tentang dunia digital.

Ketertarikannya dengan digital bermula kekhawatirannya terhadap mahasiswa kedokteran, yang harus belajar banyak dengan materi yang tidak mudah, sementara waktunya terbatas.

“Saya berpikir bagaimana caranya bikin aplikasi yang secara digital, mahasiswa bisa belajar secara mandiri dan lebih nyaman,” katanya.

“Mungkin seperti Ruang Guru tapi untuk mahasiswa kedokteran dan waktu itu belum terlalu banyak,” imbuhnya.

Kemudian, Yanuar berupaya mencari mitra yang dapat membuat aplikasi semacam itu. Ternyata, biaya yang dibutuhkan sangat mahal, mulai dari puluhan hingga ratusan juta rupiah.

Sedangkan kala itu, pembiayaannya masih sangat terbatas. Yanuar yang penasaran mencoba mendalami apa yang membuat sebuah aplikasi berharga sangat mahal.

Akhirnya, dia menemukan metode dalam pembuatan aplikasi. Yang pertama dengan metode coding yang memang sulit kaena harus membangun infrastrukturnya dari nol.

Kedua, dengan metode visual editor atau visual builder, yang bisa dilakukan seperti layaknya drag and drop di Microsoft Word, hanya saja menghasilkan produk berupa web atau mobile app.

“Sekarang, sudah publish 7 aplikasi di Play Store. Ada beberapa klinik dan asosiasi,” ujarnya.

Baca Juga: 10 Prospek Kerja Lulusan Akuntansi di Berbagai Profesi

Selain itu, Lanungga Studio juga memiliki berbagai macam kursus di website yang ditujukan untuk mahasiswa kedokteran. 

Kursus online yang melibatkan 16 Fakultas Kedokteran di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Kalimantan ini memungkinkan mahasiswa untuk belajar hal lain, seperti kursus membina rumah tangga, digital doctorpreneurship, penanganan kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak, dan sebagainya.

Ke depan, program kursus online ini akan melibatkan 89 Fakultas Kedokteran di seluruh Indonesia dalam beberapa tahun ke depan.

“Dengan begitu, pendidikan kedokteran bisa menjadi lebih fleksibel. Boleh saja seorang dokter tapi suka kesenian dan desain grafis,” ucapnya.

“Harapannya, dokter nggak lagi kaku komunikasinya, dokter yang siap dengan kondisi dan perubahan tapi juga memfasilitasi bakat dan minat,” katanya.

Disrupsi Vs Transformasi

Pada era digital ini, banyak kita dengar istilah disrupsi, sebuah perubahan sistem dan tatanan yang dilakukan secara cepat. Menurutnya, istilah tersebut memberikan kesan yang tidak baik karena sesuatu yang baru justru menghancur yang lama.

“Saya terpikir kalau metode perubahan digital terjadi dengan disrupsi di semua bidang, itu nanti berpotensi ada korban, ada yang menjadi kehilangan potensi pekerjaan,” katanya.

“Saya dan Lanungga Studio mencoba menerima fakta atau merangkul perubahan digital yang terjadi dengan tidak memakai metode yang disrupsi, tapi pakai metode yang transformasi,” jelasnya.

Dia menceritakan proses transformasi digital sebuah klinik dokter kandungan di Temanggung, Jawa Tengah. Klinik Sarah itu awalnya klinik biasa dengan metode konvensional, pasien datang mendaftar lalu diperiksa.

Namun, pendaftaran juga bisa dilakukan via chat WhatsApp. Meski demikian, cara itu belum efektif karena masih banyak pasien yang harus lama menunggu.

Baca Juga: Deasy Andriani, Tinggalkan Karier di Ibu Kota dan Dirikan Olifant School di Jogja

Sementara, staf tenaga medis juga kewalahan karena mengurusi pendaftaran yang begitu banyak. Sang pemilik kemudian menghubungi Yanuar untuk meminta solusi.

“Kini, pasien di Klinik Sarah sudah 100% pendaftaran dilakukan secara online,” ujarnya.

Ia memimpikan suatu saat semua klinik memiliki aplikasi yang bisa dimanfaatkan oleh para pasien. Tidak harus aplikasi yang diunduh jutaan kali sehingga membutuhkan biaya server yang mahal.

“Tapi cukup seribu atau dua ribu yang pasiennya ada di misal Temanggung itu terlayani dengan baik dan nyaman oleh dokter yang bisa diakses. Ini adalah near telemedicine, jadi dapat tertangani oleh dokter yang terdekat,” katanya.

Bisnis dan Bekal Hidup

Dulu, Yanuar mengenal idiom seorang dokter tidak boleh berbisnis atau berjualan. Namun, seiring perjalanan waktu, dia memahaminya bahwa dokter tidak boleh 'membisniskan' pasiennya di tempat praktik.

Ia menyadari ketika dokter sedang memakai baju praktik, maka tujuannya hanya untuk membantu pasien mencari solusi kesehatan.

“Ya apakah solusinya edukasi, ya nggak usah kasih resep. Apakah solusinya resep saja, ya nggak usah operasi. Kalau solusinya operasi, ya apa boleh buat terpaksa operasi,” ujarnya.

“Yang nggak boleh 'memperjualbelikan' misalnya pasien yang nggak perlu operasi, dibuat seolah-olah harus operasi, itu tidak boleh,” imbuhnya.

Menurutnya, di luar praktik, seorang dokter bisa menjalankan hobinya atau minatnya di bidang lain, termasuk bisnis. Yanuar mengatakan bisnis dan dokter sebenarnya bisa berjalan beriringan sehingga tidak perlu dipertentangkan.

“Bisnis itu menolong, kalau orangnya tertolong baru dapat untung. Kalau bisnis itu cari untung, sementara orang lain tidak tertolong atau malah dirugikan justru nggak lama pasti juga akan bangkrut,” ucapnya.

Baca Juga: Daftar Kampus Jurusan Perhotelan dan Pariwisata di Indonesia

Dalam kehidupan sehari-hari, ia memiliki prinsip yang selalu dipegang. Ia merasa dalam kehidupan ini manusia harus mencari bekal untuk mati.

Selain membimbing anaknya menjadi orang saleh, Yanuar juga ingin menularkan ilmu yang bermanfaat, tapi bisa diakses secara digital. Dengan begitu, ilmu tersebut akan selamanya dipakai siapapun yang mengaksesnya.

“Anak yang saleh tidak hanya anak biologis yang lahir, tapi murid-murid juga disebut anak sehingga nanti ketika saya punya murid harapannya makin banyak yang mendoakan kalau saya sudah mati,” katanya.

Leave A Reply

Your email address will not be published.