AMWI: Jamu Jadi Produk Unggulan untuk Daya Tarik Wisata Medis?
BERNAS.ID – Jamu atau obat tradisional Nusantara bisa menjadi salah satu produk unggulan yang dapat menjadi daya tarik wisata. Tidak hanya sebagai produk, jamu juga bisa menjadi bagian jasa pelayanan pengobatan yang tidak dimiliki negara lain.
Asosiasi Wisata Medis Indonesia (AWMI) bertekad membawa kearifan lokal tersebut menjadi produk unggulan asli wisata medis Indonesia. Sekretaris AWMI Dr. dr. Reza Yuridian Purwoko, Sp.KK mengatakan jamu merupakan racikan para ahli pengobatan tradisional turun temurun yang sudah terbukti efektif dan terus dikembangkan hingga sekarang.
“Tidak terdapat efek samping berat ditemukan akibat penggunaan jamu sebagai bahan kesehatan di berbagai pelosok Indonesia,” katanya kepada Bernas.id, Rabu (22/9/2021).
Baca Juga: Upaya Melestarikan Jamu Nusantara di Era Modern Melalui Wisata Medis
“Pelayanan spa tradisional, natural therapy, dan berbagai kegiatan lingkup wisata medis akan jauh lebih unik, orisinal, dan menarik jika disertai dengan pemberian konsumsi jamu,” ujarnya.
Dunia kedokteran di Tanah Air juga mendukung penelitian dan pengembangan ramuan jamu Nusantara. Hal ini direalisasikan dengan aktifnya berbagai uji ilmiah terhadap jamu atau obat tradisional hingga mendapat persetujuan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menjadi obat modern asli Indonesia (OMAI), yakni obat herbal terstandar (OHT) dan fitofarmaka (FF).
OMAI yang telah memperoleh berbagai nomor izin edar bisa direkomendasikan dokter dan tenaga medis dalam mencegah maupun mengobati penyakit. Dr. Reza menilai dukungan terhadap pengembangan jamu juga dilakukan dengan mengangkat pengobatan ini di dunia pendidikan hingga penelitian.
“Banyak fakultas kedokteran tidak hanya S1 namun hingga Magister S2 maupun Doktoral S3 di Indonesia yang mengangkat pengobatan tradisional termasuk jamu sebagai pendidikan hingga penelitian,” jelasnya.
“Penelitian itu menghasilkan publikasi ilmiah terindeks internasional bahkan paten yang memberikan royalti bermanfaat bagi masyarakat juga di bidang wisata Kesehatan,” imbuhnya.
Saat ini, AWMI berupaya menghimpun berbagai kolaborasi pakar pengobatan herbal, termasuk jamu Nusantara dalam berbagai kegiatan. Sebagai peneliti, Dr. Reza bersama peneliti lainnya melakukan penelitian jamu Imunomodulator anti Covid-19 bersama mitra industri PT Mustika Ratu Tbk.
Tidak hanya penelitian, ada juga berbagai kegiatan edukasi bersama pendiri Perhimpunan Dokter Herbal Medik Indonesia (PDHMI) beserta Sekjen PDHMI dr. Hardhi Pranata, Sp.S MARS dan dr. Richard Siahaan. Selain itu, AMWI juga menggandeng media untuk memperluas khazanah jamu di Indonesia.
Baca Juga: Indonesia Kaya Bahan Jamu, BPOM: Jangan Terpana Klaim Obat yang Aduhai
“Bersama CEO Harian Bernas Bapak Putu Putrayasa beserta tim, AWMI sedang merancang suatu platform digital yang disebut teleherbal untuk memperluas khazanah jamu di Indonesia,” ucapnya.
“Terakhir, Bapak Pembina dan Ketua AWMI Bapak Tri Junaedi dan Dr. dr. Taufik Jamaan, Sp.OG tengah memperjuangkan ketahanan nasional di bidang kesehatan termasuk industri jamu semakin berkembang bersama pariwisata medis Indonesia,” katanya,
Butuh Dukungan Semua Kalangan
Sebagai obat tradisional yang diperkirakan sudah ada sejak 1300 M, tradisi minum jamu hingga kini masih eksis. Saat ini, jamu dapat dikonsumsi dalam bentuk pil, tablet, dan bubuk instan, atau pelayanan spa tradisional.
Beberapa ramuan yang terkenal seperti Jamu kunir asem, jamu beras kencur, jamu pegal linu, jamu kunyit asem, dan jamu sambiloto. Sebenarnya, masih banyak lagi resep racikan jamu yang tersebar di Tanah Air.
Meski demikian, jamu belum menjadi minuman primadona di kalangan anak muda. Padahal, untuk memajukan ramuan jamu hasil kekayaan nenek moyang itu perlu dukungan masyarakat dari berbagai kalangan, termasuk kaum milenial dan gen-Z.
Dr. Reza mengatakan upaya menjadikan jamu melalui wisata medis juga butuh dukungan pemerintah yang tidak hanya berupa kemudahan riset dengan hibah RISTEK BRIN dan Kemendikbud RI melalui berbagai universitas.
Baca Juga: AWMI Siap Latih Nakes untuk “Upgrade Diri” Kembangkan Wisata Medis
Selain itu, diperlukan dukungan berupa kemudahan regulasi yang mengizinkan industri mulai dari UMKM untuk cukup menggunakan bukti empiris sebagai persyaratan perizinan aspek legal menjual dan memperdagangkan jamu.
“Sekarang tinggal kembali balik kepada kita sebagai masyarakat Indonesia, apakah kita akan 200% berjuang mengangkat jamu sebagai andalan unggulan produk wisata medis Indonesia atau membiarkan jamu menjadi punah tergilas oleh teknologi kesehatan kedokteran luar negeri berkembang di Indonesia?” ujar Dr. Reza