Berita Nasional Terpercaya

Kisah Prasetio Erlimus, Sukses Bisnis Digital Melalui Compro

0

Bernas.id – Di zaman serba digital ini, hampir semua orang memiliki ponsel pintar atau smartphone. Segala aktivitas manusia pun mulai bergantung dengan smartphone. Fenomena meningkatnya pengguna smartphone tersebut akhirnya diubah sebagai peluang bisnis oleh para pendiri Compro.

 

Sebagai informasi, Compro adalah platform yang memudahkan semua orang untuk membuat dan aplikasi berbasis android dan ios tanpa harus memiliki kemampuan programing. Bahkan, aplikasi yang dibuat pun bisa dipublikasikan melalui Google Play Store dan Apple App Store.

 

Platform yang memang didirikan khusus untuk membantu pemasaran produk UMKM ini telah membantu lebih dari 3.000 pengusaha, baik dari Indonesia maupun luar negeri. Lalu bagaimana awal mula Compro berdiri? Berikut kisahnya.

Berawal dari Maraknya Pengguna Smartphone

Tim Bernas.id mendapatkan kesempatan untuk berbincang dengan salah satu CEO Compro, yaitu Prasetio Erlimus. Dengan keramahtamahannya, Pras, begitu sapaan akrabnya, menceritakan bagaimana ia dan teman-temannya membangun bisnis di era digital ini.

 

“Awalnya, kami lihat hari ini sudah banyak pengguna smartphone. Hampir setiap hari aktivitas manusia pakai smartphone. Pastinya, butuh aplikasi untuk mengisi smartphone tersebut. Kenapa nggak kita manfaatkan saja untuk membuat aplikasi yang membantu pengusaha  agar bisa go online, go mobile, dan go global,” ucapnya Pras.

 

Pras mengatakan bahwa tujuan Compro berdiri adalah untuk memberdayakan manusia dan bisnis melalui teknologi. Sebab, di zaman digital ini semua hal mulai bergantung dengan teknologi.

 

“Goals kita mendirikan Compro ini, yah, untuk membantu UKM agar lebih mudah memasarkan produknya. Dan ternyata, usaha kita mendapat sambutan hangat. Bukan hanya UKM saja yang bergabung, ada juga perusahaan besar atau individu yang ingin melakukan personal branding,” tambahnya.

 

Menurut Pras, pembuatan aplikasi seringkali memakan waktu yang lama dan butuh biaya banyak. Karena itu, dia berusaha agar semua orang, meskipun tidak memiliki kemampuan programming, bisa membuat aplikasi mobile dengan dana minim.

 

“Ketika orang buat aplikasi, sekali butuh biaya mahal dan lama. Makanya kami mikir untk buat platform agar semua orang bisa membuat aplikasi meski tidak memiliki kemampuan programming,” ungkapnya.

 

Untuk membuat sebuah aplikasi mobile, kata Pras, seseorang mesti mengeluarkan biaya hingga ratusan juta rupiah. Kendala tersebut seringkali membuat banyak orang butuh waktu lama agar bisa memiliki aplikasi khusus untuk memasarkan produknya.

 

“Sampai saat ini, orang bikin aplikasi mobile itu bisa sampai ratusan juta. Kalau nunggu punya uang, ya tentu lama. Kendala itu yang coba kami hapuskan. Jadi, kami menawarkan aplikasi mobile yang bisa di publish di android atau iso, bahkan juga bisa punya websitenya, dengan harga murah,” tambah Pras.

 

Baca juga: Mengenal Mohammad Hamli, Founder English Cafe yang Kini Melegenda

 

Membantu UKM

 

Seperti yang diceritakan sebelumnya, Pras dan tim mendirikan Compro dengan target market utama adalah pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM). Hal ini dilakukan bukan tanpa maksud. 

 

Menurut Pras, UKM di Indonesia telah memiliki banyak produk berkualitas dan sudah layak unk go internasional. Sayangnya, keterbatasan media promosi muat popularitas produk UKM tersebut kurang terlihat.

 

“UKM di Indonesia ini produknya bagus-bagus. Sayangnya, keterbatasan promosi membuat mereka mudah dikenal. Kalau mereka punya aplikasi, konsumen mereka jadi lebih mudah dalam mengenal produk mereka,” tambahnya.

 

Pras juga berkata, sebagian besar UKM enggan melirik manfaat aplikasi mobile sebagai media promosi karena biaya yang mahal. Karena itulah, ia dan timnya berusaha semaksimal mungkin agar bisa membuat aplikasi murah dan mudah demi membantu kemajuan UKM di Indonesia.

 

“Kalau di kita cuma sistem beli akun yang harganya murah, lalu bayar maintenance setiap tahun yang juga harganya bisa dijangkau oleh seluruh lapisan pengusaha,” ungkapnya.

Tantangan Terbesar

Tentu tidak semudah membalikan telapak tangan ketika mendirikan sebuah perusahaan, termasuk dalam mendirikan Compro. Dalam sesi wawancara dengan Bernas.id, Pas mengatakan bahwa edukasi ke market adalah tantangan terbesar dalam mendirikan Compro. 

 

Menurutnya, masih banyak orang yang lebih memilih aplikasi gratis atau aplikasi dari pihak ketiga yang sudah memiliki banyak user untuk memasarkan produknya.

 

“Yah, tantangan terbesarnya itu, edukasi ke market kalau punya aplikasi sendiri itu penting. Mereka lebih pilih aplikasi yang gratis, padahal punya aplikasi sendiri itu sangat penting dalam memasarkan produk,” ungkapnya.

 

Meski menemukan tantangan, Pras dan timnya ternyata berhasil melakukannya. Hal ini terbukti dengan banyaknya pengusaha yang mulai melirik Compro untuk membuat aplikasi khusus dalam memasarkan produknya, bahkan penggunanya pun hingga berada di tingkat internasional.

 

“Sekarang, nggak cuma UKM yang bergabung. Ada lebih dari 3000 ribu perusahaan yang sudah bikin akun di Compro. Jadi, mereka datang ke platform kami, lalu beli akun dan bisa buat aplikasi sendiri sesuai keinginan mereka. Ada perusahaan yang bergerak di sektor fesyen, hotel,bahkan ada individu yang tujuannya untuk personal branding pakai aplikasi mobile dari Compro,” tambahnya.

 

Bahkan, sebelum pandemi melanda Compro telah memiliki kantor cabang di delapan kota dan beberapa negara seperti gapura, Kamboja, Malaysia, dan Kanada.

 

“Karena pandemi, semua jadi online dan orang tidak bisa berkunjung ke kantor cabang. Jadi, semuanya sekarang berpusat di kantor pusat yang ada di Jakarta. Tadinya mau buka di Thailand,Filipina, dan Vietnam. Namun karena pandemi, semuanya kita tunda,” tambahnya.

 

Selain berhasil diterima oleh banyak sektor bisnis, usaha Pras dalam bisnis di era digital ini membuahkan hasil gemilang. Tahun 2020, Pras menerima penghargaan sebagai tokoh pria paling inspiratif dalam bidang transformasi digital. Penghargaan bergengsi itu pun ia terima berkat kiprahnya bersama Compro yang terus melakukan inovasi di bidang transformasi digital.

 

Baca juga: Kisah Issa Kumalasari Membantu Sesama Lewat NLP

Jatuh Cinta Pada Bisnis dan Teknologi

Selain melihat tingginya pengguna smartphone, Pras memutuskan terjun ke dunia bisnis digital ini karena kecintaannya dengan bisnis dan teknologi. Karena itu, memilih jurusan teknik dan manajemen industri di Universitas Surabaya (UBAYA) sebagai pilihannya selepas masa putih abu-abu.

 

“Yah, dari kecil sudah senang aja sama bisnis dan teknologi. Senang aja, kalau melihat ada orang punya masalah dan kita bisa bantu, ada rasa kebanggaan tersendiri. Lalu saya merasa kalau saya mendalami dunia bisnis dan teknologi ini, saya bisa membantu orang menyelesaikan masalahnya sekaligus dapat penghasilan,” ungkapnya.

 

Selain berbisnis di bidang aplikasi mobile, Pras juga memiliki berbagai bisnis di banyak sektor usaha. Hal tersebut merupakan bukti bahwa pilihannya terjun ke dunia bisnis bukan hal yang main-main belaka.

 

“Selain bisnis di teknologi, kamu juga ada percetakan, lalu ada bisnis interior. Sekarang kami juga lagi ngembangin bisnis yang membantu kita mencegah dan sembuh dari virus ini agar kita aman,” ucap Pras.

 

Di tengah pandemi ini, Pras juga bereksperimen dengan membuka bisnis berupa menciptakan produk yang membantu orang agar terhindar dan aman dari virus Corona. Produk yang telah diluncurkan lebih dari setahun tersebut sudah dipasarkan secara online dan didistribusikan di Jakarta, Surabaya, Medan,bali, Jateng, Yogyakarta, Makassar, dan Samarinda.

 

“Jadi, produk yang lagi kita produksi ini sifatnya bisa membunuh virus dan bakteri jika kita pakai setiap hari,” ungkapnya.

Leave A Reply

Your email address will not be published.