Berita Nasional Terpercaya

Kisah Iqbal Hanafri, Menggilai Komputer Hingga Dapat Beasiswa ke Taiwan

0

Bernas.id  – Dibandingkan dengan Jepang, Eropa atau Amerika Serikat, Taiwan mungkin bukan menjadi pilihan banyak orang ketika memilih melanjutkan kuliah di luar negeri.

Namun, siapa sangka Taiwan ternyata punya banyak universitas dengan track record jempolan. Bahkan, Universitas di Taiwan juga banyak yang menyediakan beasiswa, loh.

Salah satu orang Indonesia yang beruntung mendapatkan beasiswa kuliah di Taiwan adalah Muhammad Iqbal Hanafri. Pria yang akrab disapa Iqbal ini sedang melanjutkan studi S3 di  National Taiwan University of Science and Technology.

 

Iqbal berhasil melanjutkan kuliah di luar negeri secara gratis berkat beasiswa dari universitas tersebut. Graduate Institute of Technology Digital Learning menjadi fokus studi yang Iqbal pilih selama kuliah di Taiwan.

 

“Jurusan yang saya pilih mempelajari bagaimana membuat aplikasi untuk pembelajaran sekaligus melihat dampak dari aplikasi tersebut terhadap prestasi siswa. Yah, bisa dibilang tentang bagaimana cara menerapkan teknologi dalam dunia pendidikan,” ucap Iqbal saat sesi wawancara dengan Bernas.id

 

Jatuh Cinta Pada Dunia Komputer

 

Saat sesi wawancara, Iqbal juga bercerita bahwa ia sudah jatuh cinta dengan dunia komputer sedari SMA. Bahkan, saat baru duduk di bangku kelas satu SMA pun Iqbal sudah berhasil membuat web.

 

“Waktu SMA, setiap kali ada tugas dalam pelajaran komputer saya selalu lebih awal sehingga bisa menggunakan komputer dulu. Bahkan, guru saya juga meminta saya untuk mengajarinya membuat web,” ucapnya.

 

Kegemaran Iqbal pada dunia komputer berawal dari perkembangan teknologi yang ia rasa selalu mengalami kemajuan. Dari hal tersebut, Iqbal pun merasa penasaran dan terus mempelajari segala hal yang berkaitan dengan komputer.

 

Meski ia sangat menggilai komputer, Iqbal juga tak pernah menyepelekan mata pelajaran lainnya. Terbukti ia selalu berhasil meraih juara kelas sehingga mendapat kesempatan untuk mengikuti PMDK (penelusuran minat dan kemampuan) di universitas terbaik Indonesia. Berkat kesempatan tersebut, Iqbal pun berhasil masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) hanya dengan bermodalkan nilai rapor.

 

“Waktu itu saya ada dua tawaran untuk PMDK di UNDIP atau IPB. Tapi, saya lebih pilih IPB karena lebih dekat dengan rumah,” ucapnya.

 

Saat kuliah di IPB, Iqbal memilih jurusan perikanan karena menurutnya jurusan tersebut sangat dinamis dan menarik untuk dipelajari. Iqbal juga ingin menggali potensi diri di luar hal yang sudah dikuasainya. Karena itu, ia memilih jurusan Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan.

 

Bagi Iqbal, belajar tak harus melulu tentang hal yang dikuasai. Ia terus berusaha mengeksplor diri untuk mencari hal-hal baru untuk dipelajari.

 

Oleh sebab itu,Iqbal merasa tak pernah salah jurusan meskipun kuliah S1 yang ia pilih bukan bidang studi yang dikuasai sebelumnya.

 

“Bagi saya, belajar itu tak melulu hal yang kita kuasai. Kita harus berani mencoba mengenal hal-hal baru. Karena itu, kuliah S1 hingga S3 yang

saya ambil tidak linear. Saya ingin coba hal-hal yang berbeda saja,” tambahnya.

 

Baca: Mengenal Mohammad Hamli, Founder English Cafe yang Kini Melegenda

 

Pengalaman Mendaftar Beasiswa

 

Iqbal berhasil kuliah di Taiwan secara gratis berkat beasiswa langsung dari National Taiwan University of Science and Technology. Tentu butuh persiapan khusus bagi Iqbal untuk bisa menjadi orang yang terpilih mendapatkan beasiswa tersebut.

 

“Saya apply langsung ke web kampus tujuan lalu saya menghubungi profesornya dan mencoba berkenalan dengan beliau,” ucapnya.

 

Sebelum mendaftar beasiswa, Iqbal harus membuat study plan dan rencana penelitian yang menarik agar pihak penyeleksi beasiswa tertarik dengan lamaran yang diajukannya. Sebelum mendaftar, Iqbal juga melakukan riset khusus mengenai program studi yang akan dipilihnya dan mendaftar ke beberapa universitas.

 

“Sebelum kuliah disini, saya riset dulu jurusan apa yang menarik. Lalu saat memutuskan mengambil digital learning karena saat ikut seminar yang pembicaranya seorang profesor dari Jepang. Waktu di seminar itu, dia berbicara tentang computer science yang diaplikasikan di bidang pendidikan. Kok, menarik banget. Akhirnya saya pilih jurusan itu,” ucapnya.

 

Setelah memutuskan jurusan yang akan diambil, Iqbal pun mencari kampus yang menyediakan jurusan pilihannya. Kemudian ia memilih Taiwan berkat sebuah forum bernama Indonesian Scholar Network. Indonesian Scholar Network merupakan sebuah organisasi khusus dosen dan para ilmuwan terpilih yang biasa sharing tentang teknologi dan hal-hal berkaitan beasiswa.

 

“Awalnya saya nggak tahu Taiwan itu seperti apa. Lalu ketua Indonesia Scholar Network, yang kebetulan alumni dari universitas di Taiwan, bilang kalau dia mau bikin grup yang membahas tentang beasiswa Taiwan. Saya pun gabung dengan grup itu,” ungkap Iqbal.

 

Berkat grup tersebut, Iqbal pun mendapatkan berbagai informasi mengenai langkah-langkah untuk mendapatkan beasiswa di Taiwan, termasuk cara menghubungi profesor yang bersedia menjadi supervisor.

 

“Di grup itu juga diberitahu nama-nama profesor yang bisa jadi supervisor kita selama kuliah di Taiwan. Kita pilih mana yang cocok, terutama dari segi penelitian yang dilakukannya. Lalu kita hubungi beliau. Setelah menghubungi, kita tunggu saja responnya,” ucapnya.

 

Setelah menghubungi sekitar 12 profesor dari kampus berbeda, ada dua profesor yang tertarik dengan Iqbal. Setelah itu, Iqbal mencoba melakukan follow up. Pilihan Iqbal pun jatuh pada National Taiwan University of Science and Technology.

 

“Di kampus saya, untuk S3 ada tiga orang yang dapat beasiswa. Ada beasiswa full, parsial, ada yang dapat SPP saja. Awal kuliah saya dapat parsial. Lalu setelah satu tahun kuliah, saya dapat beasiswa full,” ucap Iqbal.

 

Menurut Iqbal, pihak kampus bersedia memberikannya beasiswa penuh karena membantu project dan membuat aplikasi profesor di kampusnya. Untuk mendapatkan beasiswa seperti Iqbal, ia berkata bahwa pelamar tidak perlu melakukan tes wawancara. Hal terpenting adalah nilai dokumen yang digunakan saat mendaftar.

 

“Supaya jadi kandidat kuat, IPK kita harus bagus.Selain itu, kita juga harus buat rencana penelitian yang menarik,” Ucap Iqbal.

 

Untuk membuat rencana penelitian yang menarik, Iqbal menyarankan agar pelamar bisa memberikan latar belakang penelitian dan rumusan masalah yang kuat, serta dilengkapi dengan riset GAP. Selain itu, kita juga perlu membuat rencana belajar (study plan) yang mampu menunjukkan bahwa setelah lulus kuliah kita bisa memberikan output yang besar bagi masyarakat luas.

 

“Kita juga perlu bukti sertifikat kemampuan bahasa Inggris. Bisa pakai TOEIC atau TOEFL. Yah, ada sekitar 50 pendaftar waktu itu di jurusan saya namun yang dipilih ada tiga. Tidak ada patokan khusus namun kita harus menjadi yang terbaik dari pelamar lain yang juga mendaftar,” ungkapnya.

 

Baca juga: Kisah Muslih, Dalami Kesehatan Mental hingga Terbang Ke Taiwan

 

Strategi Lolos Beasiswa di Taiwan

 

Meski tidak ada nilai patokan khusus dalam seleksi beasiswa di Taiwan, Iqbal mengatakan bahwa kita tetap memerlukan strategi khusus agar bisa menjadi kandidat yang kuat. Menurut Iqbal, agar bisa lolos seleksi beasiswa di Taiwan kita perlu melakukan update resume atau curriculum vitae (CV).

 

“Update CV itu penting. Jadi, kita harus punya banyak pengalaman. Meski ada pelamar yang nilainya lebih tinggi, pengalaman juga menjadi penilaian tersendiri. Di, kita harus memperbanyak ikut organisasi, pelatihan, atau short course,” ucapnya.

 

Memiliki CV yang menarik, menurut Iqbal, bisa menjadi strategi lolos beasiswa di Taiwan ketika nilai IPK kita tidak terlalu bagus. Sebab pihak penyeleksi beasiswa mempertimbangkan banyak hal, tidak melulu dari nilai akademik, saat meloloskan kandidat dalam beasiswa.

 

“Selain CV, rencana penelitian juga perlu dibuat menarik agar profesor menarik. Jadi, kita coba cari celah penelitian yang membuat penelitian yang orang lain jarang meneliti. Ini harus banyak membaca. Kita bisa cari referensi dari Google Scholar atau Scopus.

Leave A Reply

Your email address will not be published.