Berita Nasional Terpercaya

Kisah Edward Henry yang Rela Jadi ?Tempat Sampah? Para Remaja Melalui Hipnosis

0

BERNAS.ID – Melihat susunan pimpinan Universitas Padjadjaran, kita akan disuguhkan sosok bule bernama Edward Henry, S.IP., MM. Dia merupakan Direktur Sarana, Prasarana, dan Manajemen di perguruan tinggi yang terletak di Bandung tersebut. 

Meski bikin penasaran kenapa bisa ada bule, namun nyatanya Edward merupakan orang Indonesia. Dia memiliki darah Indonesia dari sang ibu. Aktif di dunia pendidikan, ada sisi lain yang menarik dari pria keturunan Rumania ini.

Di samping kesibukannya di kampus, ia begitu dekat dengan hipnosis bahkan telah mencapai level instruktur. Dia membantu mengatasi anak-anak dan remaja yang bermasalah dengan keluarga dan lingkungannya.

Awalnya Edward tidak berpikir akan menekuni profesi hipnotis, yang kerap mendapat stigma dari masyarakat. Lambat laun, dia menemukan ada hal baik yang bisa dilakukan dengan hipnosis.

Baca Juga: Kisah AKP Gusti Komang Sulastra, Anak Petani Jadi Polisi Hingga Mendalami Hipnosis

Bagaimana kisah Edward dan pertemuannya dengan hipnosis? Berikut selengkapnya.

Dari Ploiesti ke Jakarta dan Tasikmalaya

Edward mewarisi darah Indonesia dari sang ayah yang merupakan orang Sunda. Sementara, ibunya berasal dari Rumania. Keluarganya pindah ke Jakarta pada 1979 karena ayahnya yang harus bekerja di Tanah Air.

Sampai di Jakarta, ia harus beradaptasi dengan lingkungan yang sangat berbeda dengan Ploiesti, Provinsi Prahova, atau sekitar 55 km dari Bukares, Ibu Kota Rumania.

Di sana, ia bisa menikmati udara sejuk. Tapi semua berubah ketika ia sampai di Jakarta, yang cuacanya panas. Selain itu, ada lebih banyak orang bertebaran di Kota Metropolitan ini.

“Karena saya terbiasa dengan serba sejuk, kemudian datang ke sini, ke Jakarta, yang mantaplah pokoknya,” ujarnya kepada Bernas.id.

 “Di sana (Ploiesti) orang kan sedikit, di sini umpel-umpelan, di mana-mana banyak orang. Itu juga sempat jadi kendala awal di tahun pertama, orang kok banyak banget sih,” imbuhnya.

Ia dan keluarganya hanya menghabiskan satu tahun di Jakarta karena kemudian sang ayah dipindahtugaskan ke Tasikmalaya. Edward pun menempuh pendidikan SMP dan SMA di kota berjuluk Sang Mutiara dari Priangan Timur itu.

Sejak kecil, Edward memiliki cita-cita yang selalu berubah, mulai dari dokter konsultan hingga arsitek, sampai akhirnya ia kuliah S1 mengambil jurusan Hubungan Internasional di Universitas Katolik Parahyangan.

Baca Juga: Kisah Lan Ananda, Tokoh Taekwondo di Bali yang Menekuni Hipnosis dan Hypnosport

Setelah lulus kuliah, ia mulai bekerja di rental mobil, kemudian mendapat kesempatan untuk berkarier di bank. Ia pernah juga menjadi konsultan sampai akhirnya, ia mengajar di Universitas Langlangbuana di Bandung.

“Singkat kata melamar di Unpad keterima. Jadi sejak 2002, saya di Unpad. Jadi itu 20 tahun lalu,” tuturnya.

Pertemuan dengan Orang India

Sebelum menekuni hipnosis seperti saat ini, ternyata Edward pernah sedikit mengenal metode tersebut pada 1996. Pada suatu hari, ia bertemu dengan orang India di suatu hotel.

Kala itu, ia dan orang tersebut sama-sama sedang menunggu kolega yang tak kunjung datang. Akhirnya, mereka ngobrol dan sampailah pada topik hipnosis. Edward yang belum tahu mendalam tentang hipnosis hanya menganggapnya sekadar tayangan hiburan di televisi.

“Kemudian saya bilang hipnosis itu nggak ada. Itu hanya tayangan saja di televisi. Terus dia bilang, (hipnosis) ada. Waktu itu saya mungkin usia masih 20-an tahun, beliau sudah 65 tahun waktu itu,” katanya,

Selanjutnya, orang tersebut menawari Edward untuk belajar hipnosis. Hanya saja, orang India itu hanya punya sekitar 4 bulan tinggal di Jakarta, sementara ia menetap di Bandung.

Hanya sekadar untuk basa-basi, Edward pun menyanggupi dan mau belajar hipnosis. Empat bulan sejak pertemuan itu, ia kembali ke Jakarta dan teringat dengan orang India tersebut.

Singkat cerita, mereka pun bertemu dan Edward belajar hipnosis untuk pertama kalinya. Dalam waktu sehari, ia belajar teknik-teknik dasar. Dari momen itu, ia mengubah pendiriannya bahwa hipnosis benar-benar ada.

“Sejak itu saya tidak pernah sengaja gitu untuk belajar meningkatkan kemampuan. Yang penting buat saya waktu itu sudah mengerti, sudah tahu dan kalau belum dapat dibilang bisa karena cuma belajar satu hari,” ucapnya.

Garis hidup Edward nyatanya tak bisa dipisahkan dengan hipnosis. Pada 2019, ia diajak temannya untuk mengikuti pelatihan hipnosis di Indonesian Hypnosis Center (IHC).

Merasa sudah pernah belajar sebelumnya, ia pun menerima ajakan sang teman. Mulai dari level 1, dua pekan kemudian dia diajak lagi untuk mengikuti pelatihan level 2. Waktu terus berjalan sampailah ia belajar hingga level 4 atau level tertinggi.

“Sebelum pandemi, saya diajak teman ada pelatihan hipnosis di Bandung. Kemudian ya ikut akhirnya, kayaknya asyik, dulu saya pernah belajar,” tuturnya.

Dengan begitu, ia menyandang status sebagai infrastruktur dan sekarang aktif mengajar di IHC. Edward pun dipercaya untuk memimpin PKHI wilayah Jawa Barat. Ia dilantik pada akhir Januari 2021.

Hipnosis di Jawa Barat

Selama setahun menjadi Ketua DPW PKHI Jawa Barat, ia berusaha untuk mengumpulkan data-data anggota. Menurutnya, ada sekitar 800-an orang yang bergabung pada organisasi profesi tersebut di wilayah Jawa Barat.

Ia mengatakan Jawa Barat merupakan wilayah keempat dengan jumlah profesi hipnotis terbanyak. Di depannya, terdapat Jawa Timur, Bali, serta DKI Jakarta dan sekitarnya.

“Kalau secara rasio harusnya kita urutan pertama, karena penduduk Indonesia paling banyak ada di Jawa Barat, hampir 50 juta penduduk,” katanya.

Baca Juga: Kisah Riswan Ekananta, Buktikan Cleaning Service Bisa Berkarier Bahkan Jadi Instruktur Hipnosis

Untuk terus menjalin kedekatan di antara anggota dan berdiskusi, ia kerap mengadakan open house di rumahnya. Sebanyak 30 hingga 50 orang yang menekuni hipnosis berkumpul rutin tiap Jumat untuk berbagi ilmu, latihan, dan sharing.

“Kami kumpul, dari Jumat sore, kadang sampai subuh. Jadi mulai dari yang jago banget sampai yang baru belajar,” tuturnya.

Bagi Edward masih ada banyak PR yang harus diselesaikan terkait hipnosis, salah satunya adalah memperbaiki imej. Seperti diketahui, hipnosis kerap menjadi kambing hitam dalam sejumlah kasus kriminal seperti penipuan dan perampasan.

Padahal, hipnosis memiliki manfaat yang luar biasa bagi manusia. Inilah yang membuat ia jatuh cinta dengan hipnosis. Dengan hipnosis, ia merasa menjadi lebih mengenal dirinya sendiri.

“Karena menurut saya yang paling sulit mencari diri sendiri. Mencari orang lain gampang, di-Googling juga bisa,” ujarnya.

Sejak menekuni hipnosis, ia semakin banyak berdialog dengan diri sendiri, merapikan yang masih perlu dibereskan dalam diri, dan meningkatkan hal yang sudah menjadi potensi atau kompetensi.

Menjadi “Tempat Sampah” Remaja

Dalam membantu klien, Edward lebih condong menangani remaja yang memiliki masalah dengan keluarga dan lingkungan. Ia berusaha untuk memahami remaja yang sedang dalam masa pemberontakan dan mencari jati diri.

Kebanyakan para orangtualah yang membawa anak mereka untuk mendapatkan terapi hipnosis. Edward memulai terapi dengan membangun keakraban dengan kliennya.

Hal itu bertujuan untuk menciptakan rasa percaya. Ia biasanya melemparkan guyonan yang akan membuat klien merasa nyaman.

“Karena saya tidak bisa melakukan apa-apa kalau trust-nya nggak ada. Biasanya yang paling mujarab bercanda dengan bahasa mereka. Jadi saya harus tahu bahasa-bahasa gaul,” katanya,

Edward mengatakan remaja hanya memerlukan tong sampah untuk meluapkan segala emosinya. Perasaan yang jengkel karena tidak didengarkan oleh orangtua, atau ada masalah dengan lingkungan pertemanan.

Emosi yang dipendam itu akhirnya dilepaskan ketika mendapatkan hipnosis. Jadi, para remaja itu biasanya meledak-ledak pada saat sesi terapi. Tak jarang dari mereka menangis, bahkan teriak. Setelah meluapkan emosinya, ada perasaan lega dalam jiwa mereka.

“Sejujurnya, anak-anak itu cuma butuh tempat sampah ya. mereka merasa tidak didengar, mereka butuh tempat untuk membuang. Ya sudah, nggak apa-apa buang ke saya saja,” ucapnya.

Pernah suatu ketika, ia harus menangani klien remaja perempuan kelas 2 SMA yang mogok bicara. Remaja itu bahkan suka menyakiti dirinya. Saat ngobrol Edward, gadis itu tidak fokus dan tidak nyambung saat diajak bercanda.

“Kemudian saya bilang ke dia, 'Dek kalau, saya hipnosis bersedia nggak?' Jawabannya terserah,” cerita Edward.

“Dengan modal terserah itu, artinya dia tidak menolak, tidak juga mengiyakan. Kemudian saya coba dan begitu dia masuk kondisi hipnosis. Kemudian dia seperti kesurupan,” katanya.

Baca Juga: Kisah Fauzan Asmara Bantu Sesama Temukan Kebahagiaan Melalui Hipnoterapi

Hipnosis dilakukan Edward bersama seorang rekan perempuannya di sebuah ruangan, di rumah orangtua remaja tersebut. Setelah satu jam gadis tersebut naik-turun emosinya, bahkan berteriak-teriak, akhirnya ia bisa tenang.

Setelah dua kali sesi hipnoterapi, remaja itu dalam kondisi baik dan menjadi sahabat dekat ayahnya. Edward menjelaskan apa yang terjadi pada remaja perempuan  tersebut. 

“Itu tekanan yang terlalu lama, kemudian makin lama kalau ibarat balon itu kan makin lama makin kembung. Pada saat dengan saya, itu seperti ditusuk pakai jarum seolah, boom,” jelasnya.

“Sehingga apa yang keluar perilakunya yang tidak normal, namanya juga meledak tak terkendali,” imbuhnya.

Masalah utama dari remaja biasanya dipicu oleh orangtua yang keras. Orangtua memiliki karakter yang suka mendikte. Namun, cara mendikte itu dapat berbeda-beda, ada yang secara halus, dengan sentuhan, melotot, atau bahkan berapi-api.

Orangtua yang sudah kelelahan setelah sibuk bekerja mencari nafkah kemudian menggunakan cara yang simpel untuk berkomunikasi dengan anak mereka, yakni dengan dibentak.

“Tapi kalau itu dilakukan terus menerus jadi berbekas sama mereka. Suatu hari bakal terjadi sesuatu,” ujarnya.

Cita-cita Besar

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, Edward selalu mengucapkan doa yang sama, ia hanya ingin usia yang panjang, dalam keadaan sehat, dan bermanfaat. Tak ada materi atau jabatan yang menjadi prioritasnya. Namun, ia masih harus mencari dirinya yang selama ini belum ditemukan.

Baca Juga: Kisah Avifi Arka Perjuangkan Hipnotis sebagai Profesi Mulia dan Memberi Manfaat Positif

“Doa saya dari dulu sampai sekarang sama.Saya tidak pernah mengubah doa saya setiap hari. Doanya begini, saya Muslim, maka doa saya ‘Ya Allah, panjangkan usia saya, dalam keadaan sehat dan bermanfaat’,” ujar Edward.

Terkait hipnosis, dia menargetkan jumlah anggotanya akan bertambah. Namun yang paling penting baginya adalah memberikan dampak yang lebih dapat dirasakan oleh masyarakat dengan kehadiran hipnosis. 

“Saya harus melakukan sesuatu di 2022 untuk ke masyarakatnya, entah kerja sama dengan lembaga pemasyarakatan, karena orang di situ pasti banyak yang stres karena dikurung,” katanya.

“Kemudian dengan rumah sakit jiwa. Kami sedang coba mengobrol cobalah dengan beberapa pihak, konkretnya pada 2022,” imbuhnya.

Leave A Reply

Your email address will not be published.