Berita Nasional Terpercaya

Pemerintah Klaim Dosis Pertama Vaksin Covid-19 Mencapai 70 Persen

0

JAKARTA, BERNAS.ID – Pemerintah Pusat mengklaim vaksinasi dosis pertama telah mencapai 70 persen. Untuk itu, masyarakat diimbau untuk tetap disiplin untuk penerapan protokol kesehatan.

Reisa Broto Asmoro, Jubir Pemerintah untuk Covid-19 meminta kepada masyarakat agar segera melengkapi vaksin dosis keduanya. Ia pun berpesan keadaan masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan dengan konsisten. “Tetap disiplin menjaga protokol kesehatan, khususnya jelang libur Natal dan Tahun Baru yang dikhawatirkan memunculkan lonjakan kasus,” tuturnya, Sabtu (11/12/2021).

Baca Juga Epidemiolog Sebut Alasan Pemerintah Vaksinasi Capai Target Kurang Tepat

Duta Adaptasi Kebiasaan Baru ini menyampaikan, sejak vaksin Covid-19 pertama kali tiba di Indonesia tanggal 6 Desember 2020 lalu, Indonesia telah menerima lebih dari 400 juta dosis vaksin baik dalam bentuk jadi siap suntik, atau bahan baku yang diproses kemudian oleh PT Bio Farma.

Angka itu disebut dapat dicapai dengan upaya pemerintah mengadakan vaksin melalui berbagai cara, antara lain pembelian langsung, hibah dari negara sahabat, hingga melalui kerja sama internasional seperti COVAX Facility.

Dia menjelaskan, hingga 7 Desember 2021 kemarin, lebih dari 100 juta warga Indonesia telah mendapatkan dosis lengkap vaksinasi Covid-19. Sedangkan yang telah menerima suntikan dosis pertama total hampir 145 juta orang, atau dengan kata lain, hampir 70 persen dari target.

“Berarti masih ada sekitar 45 juta warga yang sedang menunggu dosis keduanya,” kata Reisa.

Guna mendukung ketersediaan vaksin, sejak setahun ini, program vaksinasi Indonesia telah menyediakan setidaknya 7 jenis vaksin, yaitu Sinovac, Vaksin COVID-19 PT Bio Farma, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Pfizer, dan Janssen.

Baca Juga Kemenkes Target Vaksinasi Covid Selesai April 2022

Sedangkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM), menurut Reisa sudah mengeluarkan izin penggunaan darurat untuk 11 jenis vaksin COVID-19 yakni yakni Sinovac, Vaksin COVID-19 PT Bio Farma, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, Pfizer, Sputnik V, Zifivax, Janssen, Convidecia dan Covovax.

“Berkat upaya seluruh pihak, berdasarkan data Our World in Data pada awal Desember 2021 ini, Indonesia menduduki peringkat ke-5 negara dengan jumlah terbanyak vaksinasi COVID-19 dosis lengkap, setelah Tiongkok, India, Amerika Serikat dan Brazil,” katanya.

Reisa mengapresiasi kepada semua pejuang dan aktor vaksinasi yang berjasa sebagai pahlawan yang membantu mengakhiri pandemi. “Kemenkes RI sendiri telah menargetkan vaksinasi lengkap untuk 208,2 juta warga akan dicapai di Maret atau April tahun depan,” paparnya.

Dia menegaskan, vaksin bertujuan untuk mengurangi angka kesakitan berat bahkan kematian apabila sampai terpapar. Laporan dari Satgas Penanganan Covid-19 juga menunjukkan bahwa jumlah pasien sembuh naik secara rata-rata dan jumlah pasien Covid-19 yang meninggal dunia semakin sedikit.

Masyarakat yang sudah mendapatkan dosis lengkap, persyaratan perjalanannya akan jauh lebih mudah untuk masuk ke tempat-tempat umum yang mewajibkan penggunaan aplikasi PeduliLindungi.

Sedangkan dalam konteks perhatian kita terhadap mutasi-mutasi virus Sars Cov-2 termasuk terhadap variant of concern yang terbaru Omicron, kata Reisa, WHO menyatakan bahwa vaksin masih ampuh melindungi dari sakit berat dan kematian.

Badan Kesehatan Dunia WHO juga menyerukan agar setiap pemerintah dan setiap individu harus menggunakan semua alat yang kita miliki saat ini, pencegahan, pengujian, perawatan untuk tetap melawan COVID-19 terutama dengan mempercepat cakupan vaksin pada populasi paling berisiko.

Selain itu, juga mengintensifkan upaya menurunkan penularan dan tetap mempertahankan capaian baik saat ini. “Dengan memperhatikan prinsip-prinsip public health and social measures atau yang kita terapkan dalam bentuk PPKM level di Indonesia,” kata Reisa. 

Ia mengingatkan, meski sampai dengan malam tadi hasil whole genome sequencing dari Indonesia tidak ditemukan varian Omicron, namun kewaspadaan harus diutamakan.

Untuk itu, Reisa mengajak agar ajang perayaan Natal dan Tahun Baru menjadi pembuktian bahwa 280 juta rakyat Indonesia percaya lebih baik mencegah atau memutus penularan sekarang, daripada mengobati dan mengalami lonjakan kasus yang mengkhawatirkan nanti di tahun 2022.

“Mari kita tetap membatasi dan memperketat mobilitas penduduk agar tidak ada lonjakan kasus dan warga tetap sehat setelah perayaan Nataru,” tukas Reisa. (jat)

Leave A Reply

Your email address will not be published.