Berita Nasional Terpercaya

Prospek Bisnis 2022: Optimisme Para Pemimpin Perusahaan Global di Tengah Pandemi

0

Bernas.id – Pandemi Covid-19 telah meluluhlantakkan sejumlah bisnis. Tak hanya di Indonesia, krisis juga terjadi di berbagai negara sehingga berdampak besar pada sektor bisnis. Banyak bisnis bangkur dan tak sedikit pula orang yang kehilangan pekerjaan akibat pandemi. Bahkan, lebih dari hitungan jari pula perusahaan raksasa yang terpaksa harus melakukan pengurangan karyawan demi efisiensi perusahaan.

Di tengah kabar pandemi Covid-19 yang belum menemui akhir, tampaknya banyak orang yang mulai berpikir untuk segera bangkit dari keterpurukan ini. Hal ini terbukti dengan munculnya berbagai peluang bisnis baru di tengah kondisi pandemi. Berdasarkan data terbaru yang diterima Bernas.id, optimisme untuk bangkit dari pandemi ini telah menyebar ke berbagai dunia.

Hal ini terbukti lebih dari 80% pemimpin perusahaan global di 44 industri meyakini pertumbuhan ekonomi tetap positif pada 2022 meski pandemi Covid-10 belum berakhir. Data tersebut diperoleh Bernas.id dari sebuah survei terbaru dari Young Presidents' Organization (YPO), komunitas kepemimpinan global yang mencakup lebih dari 30.000 pemimpin perusahaan (chief executive) di 142 negara).

Baca juga: 5 Cara Capai Tujuan Bisnis di Tengah Imbas Pandemi Covid-19

Hasil Survei

Berdasarkan data tertulis yang didapatkan Bernas.id, survei tersebut berlangsung dari 18 November – 5 Desember lalu, dan melibatkan 1.700 pemimpin perusahaan di 101 negara. Sejumlah temuan yang didapatkan dalam survei tersebut antara lain:

1. Peluang terbuka bagi banyak perusahaan, baik dalam hal pertumbuhan pendapatan dan rekrutmen.

  • Di antara responden survei, 37% mengalami kenaikan pendapatan sebesar 20% bahkan lebih, sejak awal 2021, dan hanya 17% mengalami penurunan pendapatan sebesar 10% atau lebih sejak awal tahun ini.
  • Rekrutmen semakin meningkat, 38% responden mengalami kenaikan 10% atau lebih dalam jumlah tenaga kerja sejak awal 2021, namun, 45% perusahaan menyebutkan bahwa jumlah tenaga kerja tetap sama seperti awal 2021, dan 16% mengalami penurunan jumlah tenaga kerja.

2. Sebagian besar pemimpin perusahaan (71%) sangat atau agak khawatir dengan dampak inflasi terhadap bisnis pada tahun depan. Pemimpin perusahaan di Amerika Serikat (77%) lebih khawatir dengan inflasi ketimbang pemimpin perusahaan global.

  • Kekhawatiran tentang inflasi dapat menjadi kabar buruk bagi konsumen, sebab responden survei di industri-industri Makanan dan Minuman (74%), Manufaktur (73%), serta Penjualan Ritel dan Grosir (62%) berencana menaikkan harga demi merespons inflasi.

3. Tampaknya, isu rantai pasokan belum segera teratasi, hanya 2% responden meyakini bahwa mereka dapat mengatasi isu ini pada awal 2022. Menurut 39% responden, isu ini akan teratasi pada akhir 2022, sementara, 38% responden berkata bahwa isu ini akan teratasi pada 2023 atau setelahnya.

4. Kelangkaan tenaga kerja di dunia terus terjadi, 67% responden merasa agak atau sangat kesulitan menemukan tenaga kerja untuk mengisi posisi umum, sedangkan, 57% responden melaporkan kesulitan serupa ketika merekrut jajaran manajemen dan eksekutif.

5. Meski hanya 1% eksekutif yang disurvei menilai tenaga kerja lebih produktif ketika bekerja di rumah, menurut 74% pemimpin perusahaan, beberapa bentuk cara kerja fleksibel akan menjadi permanen.

6. Setelah pandemi menimbulkan dampak buruk, beberapa perusahaan meningkatkan fasilitas kesehatan mental, 35% responden melaporkan beberapa jenis investasi dalam program kesehatan mental bagi tenaga kerja, sementara, 16% responden berencana menambah program ini.

7. Menjelang 2022, para anggota YPO membagikan hal-hal yang harus dicermati seluruh pemimpin bisnis:

  • Meningkatkan interaksi dengan tenaga kerja dan budaya/retensi kerja
  • Mencari arus kas alternatif/melindungi arus kas yang telah dimiliki
  • Bersiap menghadapi inflasi
  • Berencana mengatasi isu rantai pasok
  • Mempelajari perubahan kebutuhan konsumen

Metodologi Survei

Berdasarkan informasi tertulis yang didapatkan Bernas.id, survei tersebut dilakukan dengan dalam kurun waktu 18 November – 5 Desember 2021 melalui kuesioner online. Survei diikuti oleh 1.700 responden dari  101 negara yang berbeda. Margin kesalahan pengambilan sampel adalah plus atau minus 2,3 poin persentase dengan tingkat  validitas sebesar 95 persen.

Leave A Reply

Your email address will not be published.