Berita Nasional Terpercaya

Bangkitkan Semangat Korban Erupsi Semeru, PKHI Berikan Bantuan Hipnoterapi

0

BERNAS.ID – Sebagian korban erupsi Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, masih tinggal di pengungsian. Mereka harus menjalani kehidupan sehari-hari dengan mengandalkan bantuan.

Padahal, biasanya mereka bertani, berkebun, dan melakukan aktivitas fisik. Kondisi pengungsian yang tidak senyaman rumah mereka dulu tentu mempengaruhi kesehatan mental mereka.

Inilah yang menjadi perhatian dari Perkumpulan Komunitas Hipnotis Indonesia (PKHI) Jawa Timur. Ninuk Yulianti SE., CHt., CI, Sekretaris DPW PKHI Jawa Timur sekaligus Ketua Pelaksana DPW PKHI Jawa Timur Peduli Semeru, mengatakan PKHI kembali memberikan bantuan hipnoterapi kepada para korban erupsi Semeru.

Baca Juga: Ketika Pengungsi Korban Gunung Semeru Menerima Bantuan Hipnoterapi…

Pada Rabu (29/12/2021), ia dan tim mengunjungi SDN Supiturang  04, Pronojiwo, Lumajang yang dijadikan tempat pengungsian. Sebanyak 6 kelas digunakan sebagai tempat berteduh para pengungsi, yang masing-masing kelas diisi sekitar 8-9 KK.

Kepada Bernas.id, Ninuk mengatakan sebagian korban sudah dapat menerima kondisi yang menimpa mereka. Seperti diketahui, Gunung Semeru meletus pada 4 Desember 2021, menyebabkan 51 orang tewas, 169 terluka, dan 22 orang masih hilang.

“Kemarin itu sebenarnya sebagian sudah melepaskan (beban). Namanya juga musibah, ada yang masih ketakutan,” ujarnya kepada Bernas.id pada Kamis (30/12/2021).

Menurutnya, memang butuh waktu bagi korban untuk mampu mengikhlaskan kehilangan orang yang mereka sayang dan harta benda. Di samping itu, kondisi pengungsian yang harus dihuni bersama keluarga lain membuat tidak ada privasi untuk mereka melepaskan beban.

Ninuk beserta tim memberikan hipnoterapi kepada korban Semeru di pengungsian. Sebelumnya, sebagian orang tua masih ketakutan mendengar suara gemuruh sehingga menyebabkan tangan mereka bergetar tidak terkendali atau tremor.

Dengan terapi yang diberikan, rasa ketakutan itu dapat berkurang. Ia berharap kondisi pengungsi dapat terus membaik dan mengikhlaskan apa yang telah terjadi untuk mampu menatap masa depan.

“Tapi kadang ada keegoisan manusia yang menganggap bahwa materi itu segalanya karena kita sudah berjuang kerja, mencangkul sampai seperti itu, kemudian hilang begitu saja, pasti down-lah,” katanya.

Kasus lain yang muncul di pengungsian, Ninuk mengatakan terdapat seseorang yang masih muda namun mengeluhkan sakit di sebelah kanan dada. Padahal, tidak ada memar dan keluhan medis lainnya.

Bagian dada itu jika dipegang akan terasa nyeri dan panas. Kemudian, ia diberikan forgiveness therapy atau terapi memaafkan. Terapi ini untuk membangkitkan kembali semangat mudanya sehingga tak ragu dengan masa depan.

“Setelah selesai terapi, rasa sakit itu menghilang, dan pikirannya juga tenang. Jadi lebih fokus untuk ke masa depannya,” ujarnya.

Baca Juga: Bagaimana Mengatasi Trauma Korban Bencana Alam Melalui Hipnoterapi?

Sementara itu, kondisi anak-anak di pengungsian sudah jauh lebih baik. PKHI Jawa Timur, PKHI Bekasi, dan Universitas Trisakti Jakarta menyerahkan bantuan kepada SDN Supiturang 04.

Bantuan tersebut berupa meja belajar lipat anak-anak. Mereka masih semangat untuk belajar meski di tengah situasi yang sulit. Menurut Ninuk, anak-anak lebih mudah menerima situasi karena pada usia 0-7 tahun belum terbentuk filter mental.

“Jadi dengan adanya kita bicara dengan mereka, kemudian kita ajak mereka berdoa, kita ajak bermain dengan sugesti-sugesti positif, ini bisa masuk ke pikiran alam bawah sadar mereka,” jelasnya.

“Itu bisa direspons dengan mereka, tentu dengan bahasa anak-anak. Jadi lebih simpel. Anak-anak itu sebenarnya mudah mengikhlaskan daripada orang tua. Jiwanya anak-anak itu lebih lugu dan lebih murni untuk mengikhlaskan,” imbuhnya.

Sebelumnya, PKHI Jawa Timur juga telah memberikan bantuan baik berupa kebutuhan sehari-hari maupun hipnoterapi. Untuk menangani para korban erupsi Gunung Semeru yang masih mengungsi, ada berbagai metode yang diterapkan oleh PKHI.

Leave A Reply

Your email address will not be published.