Berita Nasional Terpercaya

5 Strategi Investasi Hadapi Volatilitas Cryptocurrency

0

Bernas.id – Volatilitas dalam pasar kripto menjadi hal yang lumrah terjadi, bahkan melebihi pasar saham. Seorang investor di pasar kripto harus bersiap dengan ini jika memutuskan untuk berinvestasi. 

Apapun dari mulai cuitan orang terkenal di Twitter hingga peraturan bank sentral AS dapat mempengaruhi harga token digital. Seperti harga token digital Dogecoin yang mendadak meroket karena disebut oleh CEO Tesla, Elon Musk, di Twitter. Komentar negatif Musk juga dapat membuat anjlok mata uang kripto tersebut.

Baca juga: Mengenal Cryptocurrency Bubble, Kehancuran Nilai Cryptocurrency

Menurut editor Coindesk, platform berita mata uang kripto, Ollie Leech, volatilitas dapat dikaitkan dengan 'pasar yang belum matang'. Leech menilai, apapun yang ditulis Elon Musk pada cuitannya mengenai Bitcoin dapat mendorong harga token digital itu naik 10 persen.

Ketidakpastian ini adalah bagian dari alasan mengapa pakar investasi memperingatkan agar tidak menginvestasikan sejumlah besar portofolio Anda ke dalam aset berisiko seperti kripto. Mereka tidak merekomendasikan investor untuk memiliki aset kripto lebih dari 5% dari total portofolio investasi.

Jika dibandingkan dengan pasar saham, pasar mata uang kripto sangatlah fluktuatif. Bitcoin, yang merupakan token digital utama, dapat dijadikan contoh volatilitas pasar yang besar. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Bitwise Asset Management hingga November 2021, volatilitas Bitcoin (BTC) sekitar 7x lebih tinggi dari S&P500. Ini artinya fluktuasi sebesar 12% di bitcoin akan setara dengan 1,7% dalam indeks S&P 500. Selain itu, terdapat juga volatilitas tersirat yang menangkap pandangan pasar tentang kemungkinan perubahan harga, dan ini mencapai 4,7% setiap hari, menurut analisis Skew.

Melihat hal ini, tentunya sangat wajar jika volatilitas ini membuat ciut investor baru. Apalagi untuk para investor yang memiliki rencana jangka panjang dengan dana hasil investasi mereka, inflasi akan menjadi salah satu masalah signifikan untuk dipecahkan. Akibatnya, aspirasi mengenai inflasi tersebut menentukan ketakutan investor terhadap inflasi dan itu menentukan ketakutan terhadap volatilitas mata uang kripto.

Baca juga: 3 Crypto Terbaik dan Terburuk Selama 2021, Ada Dogecoin dan Solana

Tetapi penurunan harga bukanlah hal yang perlu diperhatikan jika Anda berinvestasi di token digital utama seperti bitcoin. Menurut Michael Saylor, CEO Microstrategy, berinvestasi di bitcoin sangatlah menguntungkan, karena meskipuna sangat fluktuatif, bitcoin nantinya dapat mencapapi total aset $100 triliun, hampir 100x lipat dari nilainya saat ini.  “Bitcoin akan fluktuatif, tetapi harganya akan naik selamanya,” kata Saylor.

Daftar Isi :

  1. Kenapa Cryptocurrency Sangat Fluktuatif?
  2. Cara Menghadapi Volatilitas Pasar Kripto

Kenapa Cryptocurrency Sangat Fluktuatif?

1. Pasar kripto masih tergolong baru di industri keuangan 

Bitcoin, sebagai token yang pertama diciptakan, baru berusia 12 tahun, yang menunjukkan bahwa mata uang digital ini masih tergolong baru dalam persaingan dengan pangsa pasar uang fiat. Volatilitas tinggi merupakan hal yang lumrah bagi teknologi baru, sehingga investasi kripto perlu diperlakukan seperti modal ventura karena jauh lebih muda daripada aset utama lainnya.

2. Perdagangan kripto terbuka selama 24/7 

Tidak seperti perdagangan saham dan komoditas, pasar kripto tidak pernah tutup. Bayangkan jika tidak berdagang setiap detik setiap hari, tetapi Anda hanya bisa keluar dari pasar ini lima tahun setelah Anda berinvestasi. 

Seperti halnya investasi modal ventura, Anda akan menandai nilai aset dengan biaya dan menunggu dengan sabar selama lima tahun. Siapa pun yang memperlakukan investasi dengan cara ini telah melihat return yang melimpah.

3. Margin yang besar

Bitcoin diperdagangkan secara besar-besaran dengan margin, dan investor membayarnya dengan uang pinjaman. Beberapa bursa memungkinkan penggunaannya untuk mengambil hingga 100:1 leverage. Akibatnya, aksi jual otomatis memicu efek domino yang mengarah pada likuidasi besar-besaran saat harga turun. Dan mengingat volatilitas Bitcoin, leverage 100x selalu merupakan ide yang buruk.

Baca juga: Pasar Kripto Anjlok di Awal Tahun 2022, Inikah Penyebabnya? 

Cara Menghadapi Volatilitas Pasar Kripto

1. Pahami Fluktuasi Bitcoin

Pasar mata uang kripto sangat berkorelasi dengan pergerakan Bitcoin. Biasanya, jika harga Bitcoin naik, kapitalisasi pasar dari total pasar kripto juga meningkat. Hal ini juga berlaku untuk sebaliknya, nilai bitcoin turun akan berpengaruh juga ke pasar kripto secara keseluruhan. Dengan demikian, calon investor harus memfokuskan analisis pada pergerakan harga Bitcoin untuk memahami siklus pasar kripto.

 

2. Volatilitas jangka pendek hampir tidak dapat diprediksi

Pasar kripto secara historis mengalami volatilitas besar dalam jangka pendek. Misalnya, pada 4 Desember 2021, bitcoin anjlok sebesar 21% atau turun sekitar 30% dari rekor tertinggi hampir $69.000 yang dicapai pada 10 November 2021. Ini terutama karena kapitalisasi pasar bitcoin yang relatif kecil dibandingkan dengan aset lain seperti emas atau real estat. 

Fluktuasi jangka pendek terutama didorong oleh berita dan opini orang-orang berpengaruh, seperti Elon Musk, serta manipulasi pasar oleh pemegang bitcoin institusional seperti hedge fund. Karakteristik ini membuat prediksi harga jangka pendek menjadi sangat sulit dan berisiko.

Baca juga: 90 persen Bitcoin Telah Ditambang, Bagaimana Nilainya di Masa Depan?

 

3. Gunakan strategi rutin menabung atau 'dollar cost averaging (DCA)

Karena ketidakpastian jangka pendek dari harga bitcoin, banyak investor sepenuhnya menghindari kekhawatiran seputar volatilitas dengan membeli dan menahan aset dalam jangka panjang. 

Tentunya ini didukung oleh kepercayaan investor bahwa nilai bitcoin akan terus meningkat tanpa batas karena sifat kelangkaannya. Jumlah bitcoin dibatasi hanya hingga 21 juta koin dan saat ini sekitar 90% dari jumlah tersebut telah ditambang. Selain itu, token digital ini didukung oleh jaringan blockchain yang kuat.

Untuk berinvestasi kripto dalam jangka panjang, strategi dollar-cost-averaging (DCA) dapat mengurangi risiko membeli aset jangka pendek yang dinilai terlalu tinggi. DCA berarti menginvestasikan jumlah yang telah ditentukan sebelumnya secara berkala selama periode waktu tertentu. Misalnya, jika seseorang ingin menginvestasikan Rp 10 juta ke bitcoin, mereka dapat menginvestasikan Rp 1 juta setiap minggu selama 10 minggu. Hal ini karena volatilitas dalam 10 minggu ini tentunya akan berbeda, kadang naik dan kadang turun.

Keuntungan utama dari strategi ini adalah mengurangi efek psikologi investor pada portofolio mereka. Dengan berkomitmen pada pendekatan ini, investor menghindari risiko dari membuat keputusan kontra-produktif karena keserakahan atau ketakutan, seperti membeli lebih banyak saat harga naik atau 'panic selling' saat harga turun. 

Secara historis, para investor yang menggunakan strategi ini dan menahan aset bitcoin selama empat tahun tidak pernah mengalami keuangan dari uang yang mereka investasikan.

Akan tetapi, strategi ini tidak dapat diterapkan secara serupa dengan mata uang kripto lainnya karena daya saing pasar. Namun, investor masih dapat mengidentifikasi fundamental yang kuat dari proyek kripto seperti teknologi yang mendasarinya, proposisi nilai, tim pengembang, ekosistem yang ada, dan lain sebagainya untuk membuat keputusan investasi yang terinformasi.

Baca juga: Mengenal Cryptowatch, Situs Pengamat Cryptocurrency

 

4. Jangan Terlalu Sering Mengecek Investasi Anda

Setelah melakukan strategi rutin menabung dengan dollar-cost averaging, investor disarankan untuk tidak terlalu sering mengecek hasil investasi. Para konsultan keuangan menyebut, emosi investor saat melihat hasil investasinya dapat berpengaruh besar dan mendorong ke keputusan yang salah, misalnya menjual pada waktu yang salah.

Strategi 'hold' yang secara harfiah berarti 'menahan' ini, dimaksudkan agar investor menghindari aksi jual di waktu yang tidak tepat. Ini tidak hanya berlaku dalam berinvestasi pada bitcoin, tapi juga di pasar saham.

 

5. Cari keuntungan dengan memahami siklus pasar kripto 

Siklus penuh pasar kripto biasanya terjadi setiap empat tahun, ketika pasokan bitcoin yang ditambang berkurang separuhnya. Setiap siklus ini dimulai dengan pasar bullish yang kuat, pertumbuhan kapitalisasi pasar yang cepat dan diikuti dengan pasar bearish ketika harga turun drastis lagi. Tingkat harga rata-rata setiap siklus secara signifikan lebih tinggi dari masing-masing siklus sebelumnya.

Peristiwa 'halving' bitcoin ini yang diasumsikan telah memicu semua siklus pasar kripto setiap empat tahun. Saat 'halving' terjadi, pasokan bitcoin yang ditambang akan berkurang separuhnya. Karena pasokan tiba-tiba berkurang tanpa memengaruhi permintaan, token digital ini menjadi lebih langka yang mengarah ke tingkat harga yang lebih tinggi.

Baca juga: 3 Prediksi Besar Perkembangan Cryptocurrency di 2022 

 

Leave A Reply

Your email address will not be published.