Muhammad Mohiuddin, Dokter Asal Pakistan yang Turut Sukseskan Cangkok Hati Babi ke Manusia

BERNAS.ID – Baru-baru ini, publik digemparkan dengan keberhasilan transplantasi jantung babi ke manusia di Amerika Serikat. Cangkok itu dilakukan kepada pasien bernama David Bennett berusia 57 tahun.
Laporan BBC menyebutkan, setelah menjalani 7 jam prosedur operasi di Baltimore pada Jumat pekan lalu, kini dia dalam keadaan baik-baik saja. Namun, belum diketahui keselamatan Bennett dalam jangka panjang.
Meski demikian, kesuksesan transplantasi ini menjadi awal dari harapan dunia medis untuk memecahkan masalah kekurangan donor organ. Di AS, ada 17 orang yang meninggal dunia setiap hari karena menantikan transplantasi organ. Sementara, ada lebih dari 100.000 orang yang berada di daftar tunggu.
Baca Juga: Menanti Kolaborasi Cantik dan Rasa Empati untuk Wisata Kesehatan Indonesia
Di balik keberhasilan para dokter di University of Maryland Medical Center, terdapat sosok pria kelahiran Pakistan. Dia adalah dokter Muhammad M Mohiuddin, MD, yang terlibat langsung dalam prosedur tersebut.
Dokter Mohiuddin menjadi perbincangan setelah muncul untuk menjelaskan tentang klaim kesuskesan cangkok hati babi tersebut. Melansir dari News18, dia adalah ilmuwan, profesor, dan direktur Cardiac Xenotransplantation Program di University of Maryland Medical Center. Dia bermitra dengan dokter Bartley P Griffith, MD, dalam mentransplantasi jantung babi ke dalam tubuh David Bennett.
Xenotransplantasi adalah prosedur medis berupa transplantasi atau pencangkokan sel, jaringan, dan organ dari binatang ke manusia. Dokter Mohiuddin mengaku begitu senang melihat langsung jantung babi berdetak di dalam tubuh manusia.
“Performa dari jantung babi ini sejauh ini berjalan dengan baik. Bahkan ini melampaui ekspektasi kami, sampai sekarang kami belum melihat tanda-tanda penolakan,” ujarnya dalam sebuah awancara yang dirilis UMSM.
Dokter Mohiuddin lahir di Karachi, Pakistan. Dia memperoleh gelar kedokteran atau Bachelor of Medicine and Bachelor of Surgery (MBBS) dari Dow Medical College di Karachi pada 1989.
Dilaporkan Tribune, dia pindah ke Negeri Paman Sam dan menerima beasiswa di bidang biologi transplantasi di University of Pennsylvania. Kemudian, dia meneruskan studinya di bidang transplantasi sumsum tlang di Institute of Cellular Therapeutics, Drexel University.
“FDA menggunakan data dan data kami pada babi percobaan untuk mengizinkan transplantasi pada pasien penyakit jantung stadium akhir. yang tidak memiliki pilihan pengobatan lain,” ujarnya.
Sebagai informasi, FDA adalah Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat.
“Prosedur yang berhasil memberikan informasi berharga untuk membantu komunitas medis meningkatkan metode yang berpotensi menyelamatkan pasien di masa depan,” tuturnya.
Baca Juga: Kisah Pria India di Silicon Valley, Parag Agrawal dari Software Engineer hingga CEO Twitter
Mengutip situs resmi University of Maryland Medical Center, Dokter Mohiuddin, Dokter Griffith, dan tim penelitian mereka menghabiskan lima tahun terakhir menyempurnakan teknis operasi untuk transplantasi jantung babi ke binatang primata.
Dokter Mohiuddin disebut telah berpengalaman dalam bidang xenotransplantasi selama lebih dari 30 tahun. Selama waktu itu, ia menunjukkan hati babi yang dimodifikasi secara genetik dapat berfungsi ketika ditempatkan di abdomen atau rongga tubuh.
Keberhasilan itu tergantung dari kombinasi yang tepat dari modifikasi genetik pada babi donor eksperimental dan obat anti-rejeksi atau imunosupresan, termasuk beberapa senyawa eksperimental.
“Jika xenotransplantasi bisa tersedia, dan diizinkan untuk dipasang pada pasien, mereka semua dapat menerima jantung atau organ lain dari babi yang dimodifikasi ini. Dan kita akan dapat menyelamatkan hidup mereka,” tutur Mohiuddin.
Isu Etika Transplantasi Jantung Babi
Meski menjadi terobosan dalam sejarah medis di dunia, cangkok jantung babi pada tubuh manusia menuai beberapa kritik terkait etika. Salah satunya terkait hak-hak hewan.
Organisasi hak asasi binatang yang berpusat di AS, People for the Ethical Treatment of Animals (PETA), mengutuk keberhasilan transplantasi yang dilakukan kepada Bennett.
PETA menyebutkan aksi tersebut sebagai hal yang tidak etis, berbahaya, dan pemborosan sumber daya yang luar biasa.
“Hewan bukanlah gudang peralatan untuk dijarah, tetapi makhluk yang kompleks dan cerdas,” demikian pernyataan sikap dari PETA, seperti dikutip dari BBC.
Menurut PETA, hal yang dilakukan oleh tim dokter dengan memodifikasi gen binatang untuk menyerupai seperti manusia adalah salah. Sebagai informasi, peneliti mengubah 10 gen pada babi yang jantungnya dipakai untuk transplantasi kepada Bennett. Mengubah gen tersebut merupakan cara supaya jantung babi tidak akan ditolak oleh tubuh Bennett.
Selain hak-hak hewan, isu yang berkembang lainnya mengenai agama. Beberapa kepercayaan mengharamkan penerimaan organ binatang pada tubuh manusia.
Sementara, babi dipilih karena ukuran organnya hampir sama dengan manusia. Babi juga lebih mudah dikembangbiakkan dan dipelihara di peternakan.
Baca Juga: Kisah dr. Ramadhanus: Sempat Bilang Haram, Kini Sembuhkan Luka Batin dengan Hipnosis
Kepada BBC, Rabi yang juga bekerja di Departemen Kesehatan Inggris, Dr Moshe Freedman, mengatakan meski hukum Yahudi melarang umatnya memelihara dan mengonsumsi babi. Namun, dia berpendapat transplantasi hati babi tidak melanggar hukum Yahudi.
“Karena perhatian utama dalam hukum Yahudi adalah keberlangsungan kehidupan manusia, pasien Yahudi boleh menerima transplantasi dari hewan jika menawarkan peluang bertahan hidup lebih besar dan kualitas hidup lebih baik di masa depan,” jelasnya.
Sementara itu, Islam juga memperbolehkan penggunaan material binatang untuk tujuan menyelamatkan nyawa seseorang.