Berita Nasional Terpercaya

3 Dampak Perang Ukraina vs Rusia Terhadap Ekonomi Dunia

Bernas.id – Perang Ukraina vs Rusia resmi dimulai sejak Presiden Vladimir Putin memerintahkan pasukannya untuk melakukan invasi skala besar ke wilayah tersebut.  Perang tersebut tergolong besar dan merupakan perang paling serius di Eropa sejak 1945.

Pasukan Rusia melakukan serangan udara, merebut pangkalan militer dan maju menuju Kyiv saat warga sipil melarikan diri. Serangan udara tersebut juga berpotensi besar membuat ibu kota Ukraina jatuh.

Mengutip pemberitaan Reuter, sekitar 137 warga Ukraina (baik sipil dan militer) tewas sejak hari pertama invasi Rusia dimulai. Selain itu, sekitar 316 orang mengalami luka-luka.

Secara global, perang Ukraina vs Ukraina juga bisa Invasi Rusia ke Ukraina membawa resiko besar bagi ekonomi dunia yang belum sepenuhnya pulih dari guncangan pandemi Covid-19.

Dampak Perang Ukraina VS Rusia untuk Ekonomi Dunia

Sebelum perang, Ukraina dan Rusia telah mengalami ketegangan selama berminggu-minggu yang menyebabkan harga energi naik sehingga ekonomi dunia terganggu.

Minyak sempat naik melewati $100 per barel untuk pertama kalinya sejak 2014, sementara gas alam Eropa melonjak sebanyak 62%.

Di sisi lain, langkah negara Barat yang memberikan hukuman kepada Rusia juga bisa meningkatkan dampak ekonomi terhadap negara mereka sendiri.

Presiden AS Joe Biden  mengumumkan bahwa Amerika Serikat memberikan sanksi baru kepada bank-bank Rusia sehingga mereka sulit melakukan pertukaran mata uang dollar. Di sisi lain, Pandemi Covid-19 telah memicu terjadinya krisis ekonomi dunia karena membuat inflasi semakin tinggi dan pasar keuangan melemah. Dengan adanya invasi, krisis ekonomi dunia tersebut akan semakin meningkat.

Pada musim dingin, orang-orang membutuhkan bahan bakar untuk pemanas. Akan tetapi, invasi Rusia ke Ukraina bisa memicu peningkatan harga energi yang dibutuhkan untuk menghidupkan pemanas tersebut. Pasar keuangan yang melemah juga bisa mempersulit perusahaan untuk memanfaatkan dana untuk investasi.

Bagi para bankir sentral, hal ini akan membuat mereka semakin sulit untuk mengelola harga dan menjaga pertumbuhan ekonomi negara mereka. Federal Reserve dan Bank Sentral Eropa telah bersiap untuk memperketat kebijakan moneter. 

Menurut data Bloomberg, besarnya dampak perang Ukraina vs Rusia ini akan bergantung pada lamanya perang dan cakupan dari perang itu sendiri.

Dengan adanya sanksi dari negara barat, kemungkinan besar Rusia tidak akan tinggal diam. Potensi lain seperti dari eksodus pengungsi Ukraina hingga gelombang serangan siber Rusia juga semakin tinggi.

Baca juga:  Begini Peran Cryptocurrency Dalam Konflik Rusia dan Ukraina

Kemungkinan dampak perang Ukraina vs Rusia 

Menurut data Bloomberg, ada beberapa skenario terkait dampak perang Ukraina vs Rusia. berikut kemungkinan tersebut:

1. Distribusi Minyak dan Gas Tetap terjaga

Ketika bank-bank besar memberikan sanksi, seperti pembatasan transaksi valas dan akses ke komponen teknologi, mata uang Rusia, Rubel, mengalami penurunan nilai sehingga terjadi inflasi dan kenaikan suku bunga yang besar. 

Sebab, sanksi yang diberikan bank-bank besar tersebut bisa menghambat perdagangan dan penyusutan ekonomi  Rusia. Akan tetapi, kondisi tersebut juga bisa membuat harga energi menjadi lebih mahal di negara-negara Eropa. Harga energi yang mahal dan kondisi keuangan yang ambruk memicu kenaikan suku bunga dari Bank Sentral Amerika Serikat.

Kondisi keuangan mengetat tetapi tidak menyebabkan penurunan berkelanjutan di pasar global. Optimisme semacam itu terbukti di pasar minyak setelah sanksi baru terhadap Rusia diumumkan oleh AS dan sekutunya.

Rusia adalah pemasok utama minyak dan gas sehingga bisa memicu dampak yang serius bagi negara-negara di Uni Eropa. Melonjaknya harga energi menyumbang lebih dari setengah tingkat inflasi kawasan euro pada Januari.

Gas alam berjangka Eropa mencapai puncaknya di atas 140 euro per megawatt-jam pada hari Kamis, setelah melonjak sebanyak 62% pada hari itu. Ditambah dengan efek minyak, yang bisa membuat inflasi kawasan euro menyentuh 3% pada akhir tahun.

Di AS, bensin yang lebih mahal dan pengetatan keuangan yang moderat akan menghambat pertumbuhan. Negara ini kemungkinan besar akan mengirimkan lebih banyak gas alamnya ke Eropa dan menaikkan harga di dalam negeri. Inflasi IHK dapat melebihi 8% pada bulan Februari dan akhir tahun mendekati 5%, prosentase tersebut tergolong besar dibandingkan dengan konsensus 3,3%.

2. Pasokan energi terganggu serta harga minyak dan gas naik

Jika perusahaan dan bank Rusia terputus dari pasar global, mata uang Rusia akan melemah. Kondisi ini juga akan menimbulkan gejolak pasar dan gangguan perdagangan hingga memicu resesi yang dalam.

Bagi negara Uni Eropa, kondisi ini juga bisa membuat lonjakan harga energi dan gejolak keuangan. Untuk Amerika Serikat, The Fed akan menerapkan kebijakan dovish (penundaan kenaikan suku bunga atau pelonggaran kebijakan moneter) karena terjadi lonjakan harga energi.

Skenario ini bisa terjadi jika pemilik kapal tanker minyak menghindari mengambil minyak mentah Rusia sampai mereka memiliki kejelasan lebih lanjut tentang sanksi yang didapatkan oleh negara tersebut. Pipa gas utama mengalir melalui Ukraina dan bisa terkena dampak dalam pertempuran. Terbatasnya pasokan energi ini dapat memperburuk guncangan harga energi.

Pengembalian harga gas yang berkelanjutan menjadi 180 euro per megawatt-jam dan minyak pada $120 dapat membuat inflasi kawasan euro mendekati 4% pada akhir tahun, mengintensifkan tekanan pendapatan riil. Tekanan material terhadap produk domestik bruto, akan mendorong kenaikan suku bunga ECB (Bank Sentral Eropa)hingga tahun 2023.

Dampak terburuk bagi Amerika Serikat adalah terjadinya lonjakan energi dan ekspektasi inflasi yang tidak terkendali. Hal ini bisa membuat Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed harus melakukan pengetatan.

Di Amerika serikat, kondisi ini bisa mendorong inflasi utama ke 9% di bulan Maret dan berlanjut mendekati 6% di akhir tahun. Pada saat yang sama, gejolak keuangan berkelanjutan dan ekonomi semakin melemah akan memicu konflik pada The Fed.

Baca juga: Kisah Volodymyr Zelensky, dari Pelawak hingga Jadi Presiden Ukraina

3. Pasokan gas Eropa terhenti dan minyak terganggu

Menghadapi sanksi maksimal dari Amerika Serikat dan Eropa — seperti terputus dari sistem pembayaran internasional Swift — Rusia mungkin akan melakukan balas dengan mematikan aliran gas ke Eropa.  Rusia bisa mengalami krisis yang lebih dalam karena sektor anggaran dan energi Rusia mendapat tekanan tambahan. Di sisi lain, Uni Eropa mengalami kekurangan energi dan ketidakpastian yang meningkat potensi resesi. 

Amerika Serikat juga akan mengalami guncangan pertumbuhan yang mengakibatkan sistem keuangan global terganggu. Fokus The Fed akan bergeser ke mempertahankan pertumbuhan.

Tetapi jika harga yang lebih tinggi menyebabkan ekspektasi inflasi mengakar di antara konsumen dan bisnis, itu akan meningkatkan skenario terburuk untuk kebijakan moneter: kebutuhan untuk mengetatkan secara agresif bahkan dalam ekonomi yang lemah.

Beberapa negara, seperti Arab Saudi dan eksportir minyak Teluk lainnya mungkin mendapat manfaat dari perang Ukraina vs Rusia. Akan tetapi, sebagian besar pasar negara berkembang – yang mengalami pemulihan lebih lambat – kombinasi dari harga yang makin naik dan arus keluar modal dapat memberikan pukulan besar, sekaligus memperburuk risiko krisis utang pasca Covid 19.

Contoh ekstrim adalah Turki, importir energi besar yang telah mengalami penurunan mata uang dan inflasi yang melonjak sebelum krisis Ukraina, adalah contoh ekstrim. Itulah kemungkinan besar dampak perang Ukraina vs Rusia terhadap ekonomi dunia. Untuk mengetahui penyebab perang antara Rusia s Ukraina, Anda bisa melihat dalam artikel berjudul Melihat Akar Permasalahan Antara Rusia dan Ukraina.

Leave A Reply

Your email address will not be published.