Inilah Deretan Orang Terkaya di Rusia yang Dapat Sanksi dari Uni Eropa dan AS

BERNAS.ID – Invasi Rusia ke Ukraina membuat sejumlah orang terkaya di Rusia harus menerima dampaknya. Mereka dikenai sanksi ekonomi oleh sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Terbaru, pemerintahan Joe Biden menjatuhkan sanksi pada Rusia dengan merilis daftar oligarki negara tersebut, termasuk pemblokiran penuh dan pembatasan tertinggi.
“Kami bergabung dengan sekutu Eropa untuk menemukan dan menyita kapal pesiar, apartemen mewah, dan jet pribadi kalian,” demikian pernyataan Biden seperti dikutip dari The Guardian.
Meski demikian, peraturan di Negeri Paman Sam itu masih lemah dalam hal pengungkapan transaksi real estate oleh individu asing. Dengan begitu, AS menjadi negara tujuan utama bagi orang kaya Rusia yang ingin membeli properti tanpa pengawasan.
Baca Juga: 3 Dampak Perang Ukraina vs Rusia Terhadap Ekonomi Dunia
Para orang terkaya Rusia itu juga gemar membeli jet pribadi dan kapal pesiar mewah yang teregistrasi melalui perusahaan cangkang. Sebagai informasi, perusahaan cangkang biasanya didirikan secara resmi di wilayah tertentu, namun tidak melakukan kegiatan usaha apapun.
Berikut deretan orang terkaya Rusia yang mendapat sanksi ekonomi, seperti yang dikutip dari The Guardian dan BBC:
Alisher Usmanov
Menurut Forbes, kekayaan Alisher Usmanov diperkirakan mencapai 17,6 miliar dollar AS atau sekitar Rp 253 triliun. Ia dianggap sebagai salah satu oligarki Rusia favorit Presiden Vladimir Putin.
Ia pernah menjadi orang terkaya di Rusia hingga 2015. Usmanov merupakan mantan pemain anggar profesional kelahiran Uzbekistan, yang kala itu masih menjadi bagian dari Uni Soviet.
Dia memiliki perusahaan USM Holdings yang menjalankan bisnis di bidang pertambangan dan telekomunikasi, termasuk jaringan seluler terbesar kedua di Rusia, MegaFon.
Dia juga memiliki saham besar di perusahaan raksasa di bidang besi dan baja, Metalloinvest. Usmanov pernah membantu Facebook dengan berinvestasi di jejaring sosial itu pada 2009.
Saat itu, perusahaan milik Mark Zuckerberg mengalami kesulitan pendanaan setelah terjadi krisis keuangan pada 2008. Usmanov menggelontorkan lebih dari 900 juta dolar AS kepada Facebook, dan pernah memiliki 10% saham. Ia menjual sahamnya di Facebook pada 2014. Meski demikian, ia merupakan investor utama di Apple, Twitter, LinkedIn, Groupon, dan Zynga.
Kini, ia harus menghadapi sejumlah sanksi dari Uni Eropa. Pemerintah Jerman telah menyita kapal pesiar mewahnya, Dilbar, senilai 600 juta dolar AS atau sekitar Rp8,6 triliun. Ia juga diketahui masih memiliki pesawat pribadi Airbus A340 senilai 200 juta dolar AS atau sekitar Rp2,8 triliun.
Igor Sechin
Masa lalu Igor Sechin tak banyak diketahui orang, bahkan jumlah kekayaannya juga tidak bisa diperkirakan. Namun yang pasti, kedekatannya dengan Putin membuat Uni Eropa menjatuhkan sanksi kepadanya pada 28 Februari 2022.
Dia disebut sebagai penasihat paling dipercaya dan paling dekat dengan Putin, bahkan bisa dikatakan, Sechin adalah teman dekat Putin. Baru-baru ini, kapal pesiar mewahnya, Amore Vero, telah disita oleh Pemerintah Perancis.
Baca Juga: Kapal Pesiar Mewahnya Disita Perancis, Begini Rekam Jejak Raja Minyak asal Rusia Igor Sechin
Sechin merupakan CEO dari perusahaan minyak raksasa Rusia, Rosneft. Menurut Reuters, Sechin dipandang oleh pengusaha, diplomat, dan pejabat sebagai pemimpin dari kelompok “siloviki” atau orang-orang yang berkuasa dengan dukungan militer atau badan keamanan.
Meski punya pengaruh besar, eksistensi sang raja minyak masih saja misterius. Dia pernah menggugat dua surat kabar independen Rusia pada 2016 atas laporan tentang keberadaan rumah mewah senilai 60 juta dollar AS dan kapal pesiar senilai 100 juta dollar AS yang diduga dimiliki oleh istrinya.
Rotenberg Bersaudara
Sebelum menjadi taipan terkaya di Rusia, kakak beradik Arkady dan Boris Rotenberg merupakan teman Vladimir Putin di pelatihan judo remaja. Ketika Putin menjadi presiden, ia memberi hadiah kepada keduanya untuk mengendalikan perusahaan milik negara.
Hal itu membuat keduanya meraup kekayaan yang besar. Rotenberg bersaudara kemudian mulai membangun kerajaan investasi internasional di bawah jaringan perusahaan cangkang.
Keduanya pernah mendapatkan sanksi dari AS akibat invasi Rusia ke Krimea pada 2014. Namun, mereka masih terus eksis dengan membeli lebih dari 18 juta karya seni dalam beberapa bulan setelah sanksi diterbitkan.
Bahkan, perusahaan cangkang yang terkait dengan Rotenberg masih melakukan transaksi senilai lebih dari 91 juta dolar AS di dalam sistem keuangan Negeri Paman Sam.
Selain Akardy dan Boris, putra Akardy yang bernama Igor dan lima anggota keluarga lainnya telah ditambahkan dalam daftar penerima sanksi AS pada pekan ini.
Oleg Deripaska
Laporan BBC menyebutkan, ketika Putin berkuasa, Oleg Deripaska sudah sangat kaya, dengan nilai kekayaan mencapai sekitar 28 juta dolar AS. Sekarang, kekayaannya diyakini mencapai 3 miliar dolar AS atau sekitar Rp43 triliun.
Pemerintah AS menuding Deripaska terlibat dalam pencucian uang, penyuapan, dan pemerasan. Bahkan muncul tuduhan, ia telah memerintahkan pembunuhan seorang pengusaha.
Dia juga diklaim punya hubungan dengan kelompok kejahatan terorganisir Rusia. Namun, dia menyangkal semua tuduhan tersebut. Pada krisis keuangan 2008, dia membutuhkan Putin untuk menyelamatkannya.
Yang terjadi malahan, Putin mempermalukannya dengan menyatakan secara terbuka bahwa ia telah mencuri pena. Dia mendirikan perusahaan energi hijau dan logam, En+ Group, yang terdaftar di Bursa Efek London.
Baca Juga: Kisah Volodymyr Zelensky, dari Pelawak hingga Jadi Presiden Ukraina
Sanksi AS pada 2018 membuatnya mengurangi kepemilikan saham di perusahaan itu hingga di bawah 50%. Tidak seperti oligarki lain yang juga dikenai sanksi, ia justru lebih vokal dalam berpendapat tentang perang dengan Ukraina.
Di media sosial, dia menyerukan perdamaian dan berharap negosiasi harus segera dilakukan.
Yevgeniy Prigozhin
Tersebar rumor bahwa Yevgeniy Progozhin mengumpulkan kekayaannya dengan menjual hot dog, tak lama setelah dibebaskan dari penjara karena kasus perampokan.
Bisnisnya sukses besar membuatnya mendirikan restoran kelas atas dalam beberapa tahun. Restoran tersebut kerap dikunjungi Putin sehingga ia mendapatkan julukan sebagai “kokinya Putin”.
Dari situlah, ia masuk ke lingkaran elit Rusia. Dia juga memiliki bisnis Internet Research Agency, yang dikenal dengan operasinya mempengaruhi pendapat di dunia maya demi kepentingan bisnis dan politik Rusia.
Perusahaan tersebut telah mendukung invasi Rusia ke Krimea pada 2014 dan mempengaruhi pemilihan presiden AS 2016 demi terpilihnya Donald Trump. Ia dan perusahaannya didakwa pada 2018 karena hal tersebut.
Bahkan, ia telah ditambahkan dalam daftar buronan FBI pada tahun lalu. Kini, ia harus menerima sanksi AS dan Uni Eropa karena menjalankan kampanye disinformasi untuk mendukung invasi Rusia ke Ukraina.
Leonid Mikhelson
Orang terkaya di Rusia pada 2016 ini merupakan founder dan pemimpin perusahaan produsen gas Novatek. Dia disebut sebagai teman dekat Putin dan mitra pengusaha Gennady Timchenko, yang merupakan miliarder yang telah dikenai sanksi AS sejak 2014.
Dia adalah pecinta seni dan telah mengumpulkan koleksi seni hingga mencapai 200 juta dolar AS atau sekitar Rp2,8 triliun. Dia juga merupakan dewan pengawas New Museum di New York pada 2013.
Mikhelson telah mensponsori pameran seni di Art Institute of Chicago dan Tate Modern di London. Dia dilaporkan memiliki kapal pesiar mewah, the Pacific, yang diyakini mampu menampung dua helikopter.
Baca Juga: Mengenal Jerome Powell, Gubernur Bank Sentral AS yang Bukan dari Kalangan Ekonom
Aset kekayaannya mungkin sangat sulit ditelusuri, namun ketika Panama Papers terungkap pada 2017, ia dilaporkan telah menggunakan perusahaan cangkang untuk mendaftarkan pesawat pribadinya senilai 65 juta dolar AS.
Padahal pada beberapa kasus, kepemilikan jet pribadi di AS itu memerlukan kewarganegaraan AS atau tempat tinggal permanen di negara tersebut. Saat ini, ia memang tidak dikenai sanksi. Namun, perusahaannya Novatek telah masuk dalam daftar penerima sanksi.
Pyotr Aven
Pyotr Aven adalah pemimpin Alfa Group, sebuah perusahaan bank komersial yang telah dikenai sanksi AS. Dari bisnisnya itu, dia berhasil mengumpulkan kekayaan senilai 5,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp79 triliun.
Dia juga pecinta seni dan dilaporkan meminjamkan koleksinya senilai 200 juta dolar AS ke Museum of Modern Art di New York dan Neue Galerie. Dia disebut tak pernah membeli pesawat atau kapal pesiar.
Namun, Aven pernah mengaku jika semua uangnya diperuntukkan untuk seni. Tahun lalu, ia mengajukan gugatan terhadap HarperCollins karena dianggap telah melakukan pencemaran nama baiknya.
HarperCollins merupakan buku yang membahas tentang kebangkitan Putin dan orang-orang di sekitar Putin. Pada Senin lalu, Uni Eropa menerbitkan sanksi kepada dirinya karena dianggap sebagai salah satu oligarki terdekat Putin.
Dia juga diyakini salah satu dari dari sekitar 50 pengusaha kaya raya Rusia yang bertemu dengan Putin di Kremlin. Sejauh ini, AS dan Inggris belum mengeluarkan sanksi untuk Aven.
Mikhail Fridman
Dia adalah mitra bisnis Aven, yang juga merupakan founder Alfa Group. Pria kelahiran Ukraina ini dilaporkan mengeluarkan 1 miliar dolar AS pada 2011 untuk membeli properti di pantai timur AS.
Melalui perusahaan investasinya, LetterOne, dia menyuntikan modal senilai 200 juta dolar kepada Uber dan 50 juta dolar untuk startup FreedomPop.
Kekayaannya diyakini mencapai 12 miliar dolar AS atau sekitar Rp172 triliun. Dia tinggal di London, dekat dengan Lord's Cricket Ground dan memiliki properti yang besar di Athlone House di London utara. Rumah itu dibelinya pada 2016 senilai 65 juta poundsterling.
Dalam konferensi pers pada Selasa lalu, dia mengatakan perang Ukraina adalah tragedi besar. Meski demikian, dia tidak melontarkan kritikan kepada pemerintah Rusia. Kini, ia harus menghadapi sanksi dari Uni Eropa.
Roman Abramovich
Dari deretan orang terkaya di Rusia, Roman Abramovich bisa dibilang lebih banyak dikenal luas oleh publik, terutama karena dia adalh pemilik klub sepak bila asal London, Inggris, Chelsea FC.
Anggota parlemen Inggris menyebutnya sebagai “pendukung utama” pemerintahan Putin. Namun, klaim tersebut telah dibantah oleh Abramovich. Sejauh ini, ia belum dikenai sanksi karena dianggap kurang berpengaruh dibandingkan sekutu Putin lainnya.
Baca Juga: Jual Chelsea Imbas Perang Rusia-Ukraina, Ini Profil Konglomerat Roman Abramovich
Meski demikian, seberapa pengaruh sang taipan terhadap pemerintah Rusia masih banyak diperdebatkan. Kekayaan Abramovich diperkirakan mencapai 12,4 miliar dolar AS atau sekitar Rp178,3 triliun.
Abramovich telah mengumumkan akan menjual Chelsea dan rumahnya yang berada di Kensington Palace Gardens, London. Melalui laman resmi The Blues, Roman meyakini keputusan tersebut demi kepentingan terbaik bagi Chelsea, penggemar, karyawan, serta sponsor, dan mitra klub.
“Saya tidak akan meminta pinjaman apa pun untuk dilunasi. Ini bukan tentang bisnis atau uang bagi saya, tetapi tentang hasrat murni untuk pertandingan dan klub,” tulisnya dalam laman resmi Chelsea FC.
Dalam instruksinya, dia akan mendirikan yayasan amal yang akan mengelola semua hasil bersih dari penjualan Chelsea. Yayasan tersebut didedikasikan bagi kepentingan semua korban perang di Ukraina.
“Ini termasuk menyediakan dana penting untuk kebutuhan mendesak dan segera bagi para korban, serta mendukung pekerjaan pemulihan jangka panjang,” imbuhnya.