Berita Nasional Terpercaya

Candi Kalasan dan Candi Sari Dibuka Saat Libur Lebaran Pasca Tutup Selama Pandemi

SLEMAN, BERNAS.ID – Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman dan Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta sepakat untuk kembali membuka 2 Candi Budha, yaitu Candi Kalasan dan Candi Sari. Sebelumnya, dua candi tersebut tutup dari awal Pandemi Covid-19.

Saat ini, ada 3 candi yang sudah buka atau operasional menerima kunjungan wisatawan, yaitu Candi Sambisari, Candi Ijo, dan Candi Banyunibo.

Baca Juga Dispar Sleman Optimis Kunjungan Wisatawan Saat Libur Lebaran Melonjak Tinggi

Kepala Dinas Pariwisata Sleman, Suparmono mengatakan, selama dua tahun masa pandemi, pariwisata Sleman terus bergerak meski mengalami perlambatan, baik usaha pariwisata maupun destinasi-destinasi Sleman. “Proses upaya pemeliharaan dan pengembangan destinasi wisata tetap dilakukan untuk memastikan keberlangsungan destinasi wisata agar tetap mampu menarik wisatawan,” tuturnya, Kamis (28/4/2022).

“Masa liburan panjang besok, kami dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY bersepakat untuk membuka 2 candi lagi setelah sempat tutup mulai awal pandemi. Kami akan operasionalkan 2 candi dengan nilai historis yang sangat menarik Candi Budha yaitu Candi Kalasan dan Candi Sari pada hari kedua libur hari raya Lebaran, Selasa 3 Mei,” imbuhnya.

Lanjut tambahnya, Candi Kalasan dan Candi Sari secara lokasi sangat strategis untuk dikunjungi wisatawan karena terletak tidak jauh dari ruas Jalan Solo Km14 atau sekitar 2 Km sebelah barat Candi Prambanan. “Candi Kalasan mulai kami buka tahun ini setelah berkoordinasi dengan Balai BPCB dan telah dinyatakan selesai proses pemugarannya. Retribusi masuk ke masing-masing candi sebesar Rp6000,” tuturnya.

Suparmono menyampaikan, para pengunjung saat ini sudah dapat masuk ke dalam bangunan candi, tetapi selama masih masa pandemi, jumlah orang yang masuk dibatasi dan bergantian. Khusus untuk Candi Kalasan, pengunjung belum diperbolehkan masuk ke dalam bangunan candi karena masalah teknis perlindungan situs.

“Sebenarnya Candi Barong juga ingin kita buka, tetapi karena masih proses pemugaran belum dapat kami buka tahun ini,” ucapnya.

“Harapan kami, kemegahan situs candi, nilai cerita sejarah, dan letaknya yang strategis dapat menjadi tujuan alternatif bagi wisatawan yang berkunjug ke Yogyakarta,” imbuhnya.

Baca Juga PAD Sektor Pariwisata Sleman Ditopang Sektor UJP

Secara terpisah, Kepala Balai BPCB DIY, Zaimul Azzah membenarkan Candi Kalasan telah selesai proses pemugarannya dan dapat dikunjungi untuk penelitian dan berwisata. Ia menjelaskan Candi Kalasan mempunyai keistimewaan yang tidak dimiliki oleh seluruh candi di Indonesia, yaitu adanya sebuah batu berbentuk setengah lingkaran tepat di depan tangga sisi timur.

“Ini sebagai moonstone atau batu bulan yang lazim terdapat di kuil-kuil Buddha India Selatan. Keistimewaan lainya adalah bagian dinding luar candi dilapisi lepa yang disebut bajralepa diartikan sebagai diamond cement, lapisan seperti acian di jaman sekarang. Juga berfungsi sebagai pencerah warna batu andesit yang hitam keabuan menjadi putih bersinar,” imbuhnya.

Candi Kalasan diperkirakan oleh para peneliti lebih tua dari Candi Prambanan tersebut. Candi Kalasan merupakan sebuah vihara untuk memuja Dewi Tara yang didirikan sekitar tahun 778 M. Dalam penelitiannya, para arkeolog menghubungkan pendirian vihara dengan Candi Sari sebagai semacam asrama atau tempat tinggal para biksu yang terletak di sisi timur Candi Kalasan dengan jarak ± 500 m.

Kata “sari” dalam Candi Sari berarti cantik atau elok. Penamaan tersebut kemungkinan didasari atas kenyataan bahwa Candi Sari memiliki hiasan serta corak gaya bangunan yang indah. Di dalam tubuh candi terdapat tiga bilik (ruangan) yang berjajar yang dihubungkan dengan pintu yang ada pada tembok pemisah.

Diperkirakan Candi Sari mempunyai 2 lantai yang disekat menggunakan kayu. Hal itu diketahui dari adanya lubang-lubang untuk meletakkan ujung balok pada bagian dindingnya.

Candi Kalasan dan Candi Prambanan yang terpaut tidak begitu lama pendiriannya. Hal itu menunjukkan kala itu sudah ada tatanan pemerintahan dan sistem sosial kemasyarakatan yang baik, yang terlihat adanya kerukunan beragama dan hidup berdampingan antara penganut agama Buddha dan Hindu pada masa itu. (jat)

Leave A Reply

Your email address will not be published.