Penduduk Desa di Korea Utara Memakai Darah Rusa Atasi Covid-19
KOREA UTARA, BERNAS.ID – Warga pedesaan Korea Utara menggunakan darah rusa untuk mengatasi infeksi Covid-19. Sebab, Pemerintahan Kim Jong-un mengirim sebagian besar obat-obatan mereka ke Pyongyang.
Di Pyongysong, Provinsi Pyongan Selatan, penjual mempromosikan khasiat darah rusa yang diklaim efektif melawan Covid-19. Sejumlah orang menjual darah rusa di rumah warga secara ilegal.
Baca Juga Militer Rusia Latihan Tembak Rudal Nuklir
Seorang warga di Provinsi Pyongan mengatakan jenis darah rusa yang dijual di pasar gelap adalah darah asli dan bubuk darah kerang. “Darah asli dikemas dalam botol penicillin kecil diberi harga 10 ribu won (Rp161 ribu) dan darah bubuk dalam botol penicillin diberi harga 5 ribu won (Rp80 ribu),” katanya kepada Radio Free Asia.
“Jika Anda menangkap rusa, Anda bisa mengeringkan darahnya. Lalu Anda menempatkan darahnya di kantong plastik. Darah asli tumpah, jadi sulit dijual. Jadi masyarakat mengeringkannya dan menjualnya,” imbuhnya.
Baca Juga Penembakan Dan Ledakan Bom Mewarnai Pilpres Filipina
Saat rusa melahirkan, lanjut warga itu, ada plasenta yang keluar. “Mereka juga mengeringkan dan menjual itu untuk mengatasi virus corona,” ucapnya.
Selain di Pyongan Selatan, darah rusa juga tersedia di Pyongan Utara.Menurut sumber Pyongan Utara, beberapa pekerja di peternakan rusa secara ilegal menjual darah hewan itu di pasar gelap.
“Kasturi atau plasenta rusa dikemas dengan vakum dan biasanya dikirim ke Komite Pusat, tetapi orang yang bekerja di sana menjualnya secara rahasia,” kata sumber itu.
Korut sendiri telah mendeteksi 3,6 juta kasus demam misterius tak lama setelah mereka mengakui keberadaan infeksi Covid-19. Namun masih belum jelas berapa banyak kasus positif Covid-19 dari kasus demam tersebut.
Imbas lonjakan kasus Covid-19 di Korut, obat-obatan untuk mengatasi gejala semakin sulit ditemukan. Tak hanya itu, kebanyakan stok obat malah dikirimkan ke Pyongyang, yang notabene merupakan rumah bagi warga terkaya di Korut.
“Seluruh apotek dibuka 24 jam per hari dalam keadaan darurat maksimal ini, tetapi ada perbedaan yang sangat besar antara Pyongyang dan daerah provinsi, jadi masyarakat di daerah sini tidak puas,” kata sumber ketiga, seorang warga di Pyongan Utara.
Bahkan, di Kota Sinuiju, tak ada satu orang pun yang bisa mendapatkan obat-obatan umum, seperti pereda panas dan pereda nyeri.”Cadangan obat disimpan dalam jumlah yang sangat sedikit di rumah sakit, dan rak apotek kosong,” katanya lagi. (jat)